Analisis Sensitivitas METODE PENELITIAN

39 I : Jumlah modal investasi usaha peternakan ulat sutera Ab : Keuntungan bersih tiap tahun dari usaha peternakan ulat sutera Nilai payback period berbanding terbalik dengan nilai NPV, semakin tinggi nilai NPV maka nilai payback period yang dihasilkan semakin kecil. Semakin kecil nilai payback period yang didapat maka manfaat yang diperoleh semakin besar karena investasi pada usaha peternakan ulat sutera yang ditanamankan cepat dikembalikan.

4.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas menggunakan nilai pengganti switching value perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat kelayakan dari usaha ini jika terjadi perubahan-perubahan pada jumlah produksi, harga jual, dan harga input. Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol, nilai Net BC sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga. Dengan analisis switching value akan dicari nilai maksimal dari peningkatan harga input atau nilai maksimal dari penurunan harga output dan jumlah produksi yang nantinya akan menjadi batas dimana sebuah usaha peternakan ulat sutera layak untuk dijalankan. Switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ulat sutera, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran. Penentuan variabel-variabel tersebut didasarkan pada pengalaman usaha selama ini. Dari sisi penerimaan, analisis switching value dilakukan pada variabel harga jual kokon dan jumlah produksi kokon per tahun. Sedangkan dari sisi pengeluaran, variabel utama adalah harga input, namun harga input bibit ulat sutera ukuran instar III tidak pernah mengalami perubahan harga. Sejak tahun 2005 hingga saat ini, harga input ulat sutera ukuran instar III per box sekitar Rp 105.000,-. Kebijakan harga input bibit ulat sutera ukuran instar III juga dipengaruhi oleh kebijakan pengendalian harga telur ulat sutera yang dilakukan Departemen Kehutanan. Dari sisi input, sehingga variabel yang akan dianalisis switching value adalah keseluruhan biaya operasional yang dikeluarkan pada usaha peternakan ulat sutera per tahunnya. 40

V. GAMBARAN UMUM USAHA

5.1. Gambaran Umum Desa Karyasari 5.1.1 Kondisi Fisik Desa Karyasari Peternakan ulat sutera yang menjadi objek penelitian terletak di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa Karyasari merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang. Desa Karyasari memiliki luas wilayah terbesar dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Leuwiliang, yaitu sebesar 1.123,2 Ha. Desa Karyasari yang memiliki ketinggian antara 300-600 meter di atas permukaan laut berada di kaki hingga puncak Gunung Pongkor. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa karyasari adalah sebesar 24 -28 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 1.200 mm. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang ada, pembudidayaan ulat sutera sesuai untuk diusahakan di Desa Karyasari. Batas wilayah Desa Karyasari adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Desa Karacak Sebelah timur : Kecamatan Pamijahan Sebelah barat : Desa Pabangbon Sebelah selatan : Desa Puraseda

5.1.2 Pemanfaatan Lahan

Tidak semua lahan di Desa Karyasari telah dimanfaatkan. Dari 1.123,2 Ha luas wilayah, baru sekitar 1.003,2 Ha atau 89,32 persen lahan yang dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian, sisanya sekitar 120 Ha atau 10,68 persen merupakan lahan yang tidak dimanfaatkan. Pemanfaatan lahan di Desa Karyasari mayoritas adalah untuk pesawahan dan kawasan hutan produksi. Pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman murbei di Desa Karyasari baru mencapai 2 Ha atau sekitar 0,18 persen. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 10.