20 3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation
KTK serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
2.3.1. Klasifikasi Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk dan lengkap karena unsur haranya lebih dari
satu unsur serta mengandung unsur mikro Suherman, 2005. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk cair dan padat.
1. Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau keseluruhannya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan
kotoran manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dapat dibedakan menjadi pupuk kandang, humus, kompos, dan pupuk
hijau. 2. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kandungan bahan kimia di dalamnya
maksimum 5 persen. Penggunaan pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
a. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat.
b. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebih mudah diserap tanaman.
c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat.
d. Percampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.
2.3.2. Pupuk Organik
Hasil Keluaran Biogas
Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapat dijadikan pupuk organik, walaupun bentuknya berupa lumpur sludge. Pemanfaatan lumpur
keluaran biogas ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran biogas ini berbentuk lumpur dan
20 telah mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk
memupuk tanaman. Di suatu kawasan peternakan sapi perah, lumpur biogas dapat langsung dialirkan kekebun rumput untuk memupuk rumput. Kualitasnya akan
lebih baik dibandingkan dengan kotoran sapi perah yang langsung dialirkan ke kebun rumput Simamora, 2006.
Kualitas lumpur sisa proses pembuatan biogas lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang, dikarenakan pada proses fermentasi terjadi
perombakan anaerobik bahan organik menjadi biogas dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah asam asetat, asam propionate, asam butirat,
dan asam laktat. Dengan demikian konsentrasi N, P, dan K akan meningkat. Dengan keadaan seperti ini, sludge lumpur biogas sudah menjadi pupuk organik
padat dan pupuk organik cair. Hasil buangan dari digester biogas berupa sludge lumpur sisa pembuatan
biogas dan mempunyai sifat kompos, sehingga hasil keluaran dari reaktor biogas dalam bentuk padatan dijual sebagai pupuk kompos oleh peternak atau petani.
Tabel 5. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair Beberapa Jenis
Ternak
Jenis Ternak
Jenis Kotoran
Kandungan hara makro Nitrogen Fosfor Kalium Kalsium
Kuda Padat Cair
0,56 1,24
0,13 0,004
0,23 1,26
0,12 0,32
Kerbau Padat Cair
0,26 0,62
0,08 -
0,14 1,34
0,33 -
Domba Padat Cair
0,65 1,43
0,22 0,01
0,14 0,55
0,33 0,11
Sapi Padat Cair
0,33 0,52
0,11 0,01
0,13 0,56
0,26 0,007
Babi Padat Cair
0,57 0,31
0,17 0,05
0,38 0,81
0,06 -
Sumber : Hadisuwito 2007
20 Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui perbandingan kandungan makro
antara kotoran hewan yang berbentuk padat dan cair. Pada kotoran padat, kandungan nitrogen dan kaliumnya lebih kecil dibandingkan jumlah persentase di
dalam kotoran ternak.
2.3.3. Pengertian Kompos