Inflow Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas dan Pupuk Kompos Fakultas Peternakan

Hasil analisis Switching Value menunjukkan bahwa batas maksimal penurunan penjualan sebesar 17,46 persen, sedangkan untuk peningkatan biaya operasional hanya diperbolehkan sampai 100,09 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka pengusahaan ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Besarnya penurunan produksi sebesar 17,46 persen, menunjukkan bahwa usaha ini akan tetap layak dijalankan jika penurunan produksi tidak melebihi 17,46 persen. Kenaikan harga pupuk sebesar 100,09 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak jika melebihi 100,09 persen. Besaran penurunan harga jual yang dapat masih mendatangkan keuntungan bagi produsen sebesar 17,46 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap usaha UPP Darul Fallah dapat disimpulkan bahwa produksi dan harga jual merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Fluktuasi kenaikan biaya tidak berpengaruh secara signifikan karena penggunaan pupuk tidak terlalu besar dan harganyapun masih dapat terjangkau. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha pada UPP Darul Fallah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Analisis Switching Value pada UPP Darul Fallah No Uraian Besar Perubahan 1 Penurunan Jumlah Produksi atau harga penjualan susu, biogas dan pupuk organik padat turun 17,46 2 Kenaikan Biaya Operasional 100,09

7.2. Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas dan Pupuk Kompos Fakultas Peternakan

7.2.1. Inflow

Aliran kas dalam proyek pengusahaan sapi perah dalam rangka pemamfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk inflow berasal dari penerimaan penjualan susu, biogas dan penjualan pupuk organik cair tanpa merk dengan penjualan pupuk organik padat dengan merk “Super Organik” dan penjualan sapi disaat umurnya sudah tidak optimal lagi. Arus kas keluar outflow berasal dari pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional. Selisih antara arus kas masuk dengan arus kas keluar merupakan suatu keuntungan atau kerugian dari proyek sapi perah, biogas dan pupuk organik cair dan padat atau pupuk kompos. Analisis arus kas masuk dipengaruhi oleh besar penerimaan inflow, dimana dipengaruhi oleh harga yang dibentuk dan jumlah produksi setiap tahunnya. Besarnya penerimaan sangat bergantung oleh susu yang dihasilkan sapi, banyaknya feces limbah ternak sebagai bahan baku utama biogas. Biogas yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar gas sebagai pengganti elpiji pada peternakan Fakultas Peternakan. Harga jual dari biogas sendiri, merupakan hasil konversi dengan harga gas elpiji yang digunakan oleh peternakan sebagai bahan bakar. Dimana 1m 3 setara dengan 0,46 kg gas elpiji, sehingga harga biogas 1 m 3 = 0,46 kg elpiji Rp 5.000 = Rp 2.300. Pada tahun pertama jumlah produksi susu belum optimal, dalam sehari hanya mencapai 10 liter, dengan lama masa laktasi 300 hari atau 10 bulan, sehingga pendapatan pertama untuk susu sebesar Rp 216.000.000. Tahun kedua dan seterusnya penerimaan mulai optimal kecuali susu, pada tahun keenam sapi betina baru bunting pertama kali sehingga produksinya masih sedikit. Sama halnya dengan peternakan UPP Darul Fallah rata-rata produksi susu pada awal laktasi hanya berkisar 10 liter per hari, sedangkan untuk tahun berikutnya laktasi kedua sampai kelima produksi mulai meningkat, produksi untuk tahun ke dua sampai kelima produksi susu mencapai rata-rata produksi susu per hari berkisar 14,5 liter per hari. Produksi susu pada awal laktasi atau sapi bunting pertama kali susu yang dihasilkan masih sedikit, peternakan di Indonesia hanya mencapai rata-rata susu yang dihasilkan pada awal laktasi 3 liter sampai 10 liter per hari. Namun pada laktasi ke dua sampai kelima sampai umur optimal prosuksi dapat meningkat, sapi betina dapat memproduksi susu 20 liter sampai 25 liter per hari, sapi dengan produksi tinggi dapat diperah empat kali sehari, hal ini tergantung bagaimana peternakan mengelolaan tata laksana peternakan mulai dari mutu ternak ataupun makanan yang diberikan kuantitas ataupun kualitas sangat penting untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi Sudono, 2003. Penerimaan biogas pada tahun pertama dihitung mulai ke-4 karena kondisi pembangunan instalasi biogas yang mencapai tiga bulan, sehingga jumlah penerimaan biogas pada tahun pertama Rp 19.872.000 , sama halnya dengan pupuk organik cair dan padat penerimaan pada tahun pertama Rp 22.500.000 untuk pupuk padat, dan Rp 81.000.000 untuk pupuk cair. Produksi biogas berdasarkan limbah yang dihasilkan pada peternakan, perhitungan untuk limbah dilihat dari rata-rata berat badan dan bobot limbah yang dihasilkan, sehingga untuk rata-rata limbah yang dihasilkan per hari sebesar 20 kg per hari, karena ternak pada perusahaan memiliki beberapa variasi baik bobot berat badan, serta limbah yang dihasilkan. Pada Fakultas Peternakan kapasitas instalasi biogas 32 m 3 . Penerimaan pada tahun kedua dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penerimaan pada Tahun ke-2 pada Fakultas Peternakan Jenis Penerimaan Jumlah Satuan Harga Satuan Nilai Perbulan Pertahun Penjualan Susu 232 Liter 4,500 31,320,000 313,200,000 Biogas 32 m 3 2,300 2,208,000 26,496,000 Pupuk Organik Padat 500 karung 5,000 2,500,000 30,000,000 Pupuk Organik Cair 30 Liter 10,000 9,000,000 108,000,000 Pedetanak sapi 16 ekor 1,000,0000 9,000,000 Penerimaan lain yaitu berupa anak sapi pedet, dan penjualan sapi afkir sapi tidak layak pakai ditahun kelima. Tiap tahun sapi induk betina melahirkan satu anak, sehinggga total anak sapi pedet tiap tahun 16 pedet. Harga anak sapi pedet per ekor Rp 1.000.000 sehingga penerimaan terhadap anak sapi tiap tahun sebesar Rp 16.000.000. Sapi induk afkir pada tahun kelima dengan sapi induk betina afkir dihargai dengan Rp 7.000.000 tiap ekor dan sapi jantan afkir Rp 8.000.000. Sehingga total penerimaan sapi afkir ditahun kelima dan kesepuluh sebesar Rp 144.000.000.

7.2.2. Nilai Sisa