Populasi Ternak Sapi Perah

instalasi biogas akan lebih baik jika berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Kemudahan dalam menempatkan instalasi biogas diharapkan dapat menghemat tenaga dan biaya. Adapun pembuatan instalasi biogas berada dekat dengan kandang sapi, untuk memudahkan proses pengolahan biogas dan pupuk kompos, dimana input yang dibutuhkan dapat dengan mudah didapatkan, banyak tersedia dan berkelanjutan. Kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi dengan baik, proyek ini memperkerjakan orang-orang yang berpengalaman dalam bidang peternakan dan pengolahan biogas dan pupuk kompos. Ketersediaan sarana penunjang lainnya seperti listrik, air, jalan dan telekomunikasi sudah memadai. Proyek instalasi biogas dibangun dilokasi yang berorientasi pada rumah tangga peternak.

6.1.2. Populasi Ternak Sapi Perah

Bangsa sapi yang dipelihara di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan adalah Fries Holland FH dengan warna bulu hitam putih, bangsa sapi ini dipilih berdasarkan beberapa faktor, bahwa FH merupakan sapi yang produksi susunya tertinggi dibandingkan jenis sapi jenis Eropa lainnya dan sapi perah tropis. Tidak hanya susu yang tinggi, bobot badan sapi betina yang dapat mencapai yang ideal dapat mencapai 682 kg, dan sapi jantan dewasa dapat mencapai 1000 kg, sehingga untuk menghasilkan daging juga sangat baik. Perbandingannya sapi perah dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah sapi perah dihitung berdasarkan kapasitas instalasi biogas, sehingga pada UPP Darul Fallah, kapasitas 10 ekor sapi perah ataupun 10 ST Satuan Ternak, pada Fakultas Peternakan dengan kapasitas 20 ekor sapi perah atau 20 ST. Tabel 9. Jumlah Sapi Perah UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan Kriteria Sapi PT Dafa Fakultas Peternakan Sapi Laktasi 9 16 Sapi Jantan 1 4 Jumlah 10 20 Sumber : Data Primer, 2009 Total sapi laktasi di UPP Darul Fallah berjumlah 9 ekor atau 9 ST, dan Fakultas Peternakan berjumlah 16 ekor atau 16 ST. Untuk lebih mengenal jenis sapi yang diternakkan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sapi Perah Jenis Fries Holland Pertumbuhan sapi FH sangat cepat dan menghasilkan karkas yang sangat baik. Bobot lahir anak sapi tinggi yaitu 43 kg, ditambah lagi warna lemak daging putih, sehingga baik sekali untuk produksi veal daging anak sapi. Sapi FH termasuk masak kelamin lambat, sehingga untuk betina proses perkawinan harus menunggu umur 2 tahun sampai 2,5 tahun.

6.1.2.1. Produktivitas Sapi Perah

Produksi susu yang dicatat mencakup jumlah susu segar yang dijual. Hasil produksi susu rata-rata diasumsikan di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan adalah 14,50 liter per ekor hari dengan rataan 9 ST pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan 16 ekor sapi laktasi atau 16 ST. Sapi jenis Fries Holland pada awal bunting pertama kali pada umumnya produksi susu masih sedikit, hal ini dikarenakan sapi betina belum cukup umur untuk dikawinkan sehingga produksi susu sedikit, biasanya hanya mencapai 5 liter – 10 liter per hari. Sehingga penerimaan pada tahun pertama untuk produksi susu hanya didapatkan dari 10 liter susu segar. Pada laktasi kedua dan seterusnya hingga umurnya optimal dapat mencapai 10 liter hingga 14 liter lebih. Kadang kala untuk sapi yang produksi susunya tinggi dapat menghasilkan susu hingga 25 liter per hari, namun dalam pada umumnya mengambil rata-rata terbesar yang bisa dihasilkan oleh sapi per hari. Produksi susu yang tinggi tergantung dengan tata laksana dari peternakan, keberhasilan dari suatu peternakan juga berdasarkan pada tata cara pemberian pakan oleh peternak, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari susu bisa didapatkan dari cara pemberian pakan yang berkualitas Susono, 2003. Sapi yang produksi susu yang tinggi dapat diperah empat kali sehari susunya dapat mencapai 25 liter per hari Susuno, 1999. Produksi susu segar pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan pada tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Produksi Susu Sapi Perah UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan Produksi Susu Waktu Pemerahan Literekorhari Jumlah rata- rata Sapi Laktasi Totalliter UPP Darul Fallah Pagi 6.70 9 60,3 Siang 3,90 9 35,1 Malam 3,90 9 35,1 Total susu segarhari 130,5 Fakultas Peternakan Pagi 6,70 16 107,2 Siang 3,90 16 62,4 Malam 3,90 16 62,4 Total susu segarhari 232 Sumber : Data Primer 2009

6.1.2.2. Pakan Ternak

Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Cara pemberian pakan yang salah dapat menyebabkan produksi menurun. Peternak umumnya menyadari bahwa pakan yang diberikan mempengaruhi produksi susu, sehingga peternak berusaha mencukupi kebutuhan bagi sapi. Pakan ternak yang diberikan pada sapi perah, umumnya sama terdiri dari pakan hijauan yang mengandung serat kasar tinggi dan pakan penguat konsentrat yang mengandung serat kasar rendah. Pada umumnya setiap perusahaan memberikan makanan sama, sehingga masing-masing perusahaan dalam pemberian pakan tidak jauh berbeda. Jenis pakan hijauan yang diberikan adalah rumput gajah Pennisetum Purpureum, rumput raja Pennisetum Purputhypoides dan rumput lapang. Rumput ini didapatkan dengan dari sekitar lahan yang dimiliki oleh perusahaan, dan jika kekurangan biasanya rumput dibeli dengan harga Rp 250025 kg. Ampas tahu dan ampas tempe digunakan sebagai pakan bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberian konsentrat dengan alasan faktor ekonomis. Harga konsentrat Rp 500kg, dan pemberiannya 1 kg sampai 3 kg untuk 1 ekor sapi dewasa. Ampas tahu dan ampas tempe harganya berkisar Rp 100,000,5 kg, dan pemberiannya 0,5 kg ampas tahu dan 0,5 kg ampas tempe setiap 1 ekor sapi dewasa. Ampas tahu dan ampas tempe umumnya didapatkan dari pabrik pembuat tahu dan tempe. Pemberian pakan pada sapi juga berbeda-beda, untuk sapi laktasi atau sapi dewasa umumnya 25 kgekorhari. Dara 10 kg sampai 1 kg, sedangkan anak sapi atau pedet umur 3 bulan masih didominasi oleh susu sebagai pakannya. Pemberian pakan pada sapi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan Komposisi Pemberian Pakan pada Sapi Perah Uraian Pakan hijauan ekor hari Konsentrat ekor hari Ampas Tahu dan ampas tempe ekor hari UPP Darul Fallah 25 kg 3 kg 1 kg Fakultas Peternakan 25 kg 3 kg 1 kg Sumber : Data Primer 2009 Pemberian pakan pada sapi dilakukan tiga kali sehari, pada pagi, siang dan sore hari. Pakan hijauan diberikan sebelum pemerahan dan sesudah pemberian pakan penguat. Pakan penguat diberikan tiga kali sehari sebelum pemerahan. Anak sapi yang baru lahir atau pedet, makanan berupa susu dari induknya atau dapat diganti dengan susu murni dengan berbagai campuran penguat. Pakan anak sapi atau pedet dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pemberian Susu per Hari per Anak Sapi Umur Macam Susu Banyaknya pemberian liter 2 - 3 hari Kolostrum 2 – 3 liter, 3 kali per hari 4 -6 hari Susu 3 liter, 2 kali per hari 7 hari Susu 4 liter, 2 kali per hari 3 minggu – 1 bulan Susu 5 – 6 literhari + ¼ kg konsentrat 1 ½ bulan Susu 4 – 5 literhari + ½ kg konsentrat 2 bulan Susu 3 – 4 literhari + ¾ kg konsentrat 2 ½ bulan Susu 2 – 3 literhari + 0,9 kg konsentrat 3 bulan Susu 2 literhari + 1 kg konsentrat 3 ½ bulan Susu 1 literhari + 1 kg konsentrat 4 bulan Susu Disapih Sumber : Susono, 2003 Pada Tabel 12 pedet yang disapih artinya siap dilepas dari induknya, pada umumnya perusahaan memberikan susu 8 literharipedet sampai waktunya tiba pedet akan dijual. Disamping pemberian susu tersebut pada tabel diatas pada umur satu minggu rata-rata peternakan telah mulai mengajari anak sapi makan rumput muda yang segar dan tidak berembun sedikit demi sedikit. Semakin besar anak sapi semakin banyak rumput yang diberikan. Pada umurnya anak sapi mulai makan calf starter makanan konsentrat pada umur satu minggu dalam jumlah sedikit. Pada awal memakan konsentrat dapat diajarkan dengan mengoles-oleskan makanan konsentrat pada mulutnya atau menambah sedikit makanan konsentrat tersebut pada ember sesudah anak sapi minum susu. Sesudah anak sapi dapat menghabiskan makanan konsentrat sebanyak ½ kg per hari, maka pemberian susu dapat dihentikan.

6.1.2.3. Teknis Pembuatan Kandang

Kandang merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam peternakan sapi perah. Hal ini menyangkut pengawasan dan kesehatan ternak. Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari aspek-aspek lingkungan yang sekiranya merugikan. Termasuk aspek-aspek lingkungan yang merugikan sapi perah antara lain, angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara malam hari yang dingin, dan adanya pencurian oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Peternak sapi dituntut untuk menyediakan bangunan kandang yang dapat mengamankan sapi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping bangunan, kandang ini memberi jaminan terhadap kesehatan dan kenyamanan hidup sapi. Kandang juga sangat menunjang tatalaksana, tanpa kandang peternak sangat sulit melakukan kontrol, pemberian makan, pengawasan, memerah, memandikan, mengumpulkan kotoran, usaha higienisasi, dan lain sebagainya. UPP Darul Fallah membangun kandangnya sangat berdekatan dengan kantor, ini dilakukan agar pemantauan terhadap sapi mudah dilakukan. Sistem perkandangan adalah head to head untuk memudahkan pemberian pakan, posisi Tail To Tail artinya sapi-sapi yang dikandangkan saling membelakangi atau ekor dengan ekor. Kandang yang digunakan untuk sapi perah oleh perusahaan berbentuk kandang permanen yang beratap genteng dan berlantai semen. Setiap ternak memiliki makan dan minum sendiri-sendiri. Tiap Pedet disatukan dalam kandang tapi terpisah dengan induknya dan diberikan alas dari serbuk gergaji atau sekam. Gambar 4. Kandang Sapi Perah pada UPP Darul Fallah Pada Fakultas Peternakan, membedakan kandang kontruksi kandang menurut kegunaan dan tingkatan umur sapi yang dipelihara. Sistem kandang yang digunakan Tail To Tail dimana sapi-sapi yang dikandangkan saling membelakangi atau ekor dengan ekor saling berhadapan dan bertolak belakang dengan pembatas tiap ekor. Pedet dipisahkan dengan kandang sapi dewasa, dan diberikan alas dari serbuk gergaji atau sekam. Gambar 5. Kandang Sapi Perah pada Fakultas Peternakan

6.1.2.4. Aktivitas Pemerahan

Aktivitas pemerahan dilakukan tiga kali sehari yaitu, semakin sering sapi diperah pada umumnya susunya akan semakin banyak. Waktu pemerahan dilakukan mulai dari pagi pada pukul 04.00 WIB, pada siang hari pada pukul 12.00 WIB, dan pada malam hari pukul 19.00 WIB. Pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan pemerahan dilakukan dengan dua cara yaitu pemerahan secara manual dan pemerahan memakai mesin pemerahan, tetapi lebih utamanya secara manual. Sebelum dilakukan pemerahan terlebih dahulu ambing sapi dibersihkan dengan menggunakan lap dan air hangat. Pemerahan harus dilakukan sampai air susu yang didalam ambingnya keluar habis dan setelah selesai pemerahan putingnya disemprot atau dicelup dengan desinfektan, hal ini untuk mencegah terjadinya mastitis pada sapi perah. Produksi susu pada perusahaan ditentukan oleh lamanya laktasi pada sapi perah. Pada umumnya produksi sapi perah Indonesia adalah rendah, dimana hasil susu rata-rata sapi per hari berkisar antara 3 liter sampai 10 liter tergantung bagaimana pengelolaan peternakannya. Pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan rata-rata produksi susu dapat mencapai 14,5 liter, tergantung mutu ternak yang dipelihara, pemberian pakan yang baik, sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dipenuhi. Lama laktasi pada perusahaan diasumsikan maksimal 10 bulan sehingga masa laktasi 300 hari dalam satu tahun. Harga dari susu segar per liter yang dijual senilai Rp 4.500,00.

6.1.2.5. Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit yang dilakukan perusahaan adalah dengan memandikan sapi tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam hari bersamaan dengan membersihkan kandang agar sapi tetap bersih dan terhindar dari bakteri. Selain membersihkan kandang, dilakukan pemeriksaan kesehatan ternak sapi perah di peternakan pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan. Pada umumnya penyakit yang banyak menyerang ternak sapi perah di peternakan diantaranya adalah diare dan mastitis, dapat diatasi dengan perlengkapan obat- obatan seperti vitamin, dan antibiotika.

6.1.2.6. Perkawinan

Pengaturan perkawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam tatalaksana pemeliharaan sapi perah. Pada UPP Darul Fallah, perkawinan dilakukan dengan alami dan dengan bantuan inseminasi buatan, hal ini dikarenakan bahwa sapi pejantan berumur 2 tahun hanya mampu mengawini sapi betina 2 - 3 sapi betina dalam seminggu dan jumlah sapi jantan dipeternakan hanya 1 ekor. Pada waktu berumur 3 tahun - 4 tahun, mampu mengawini 3 sampai 4 sapi betina dalam seminggu, tetapi perkawinan cara tersebut jangan lebih dari dua minggu berturut turut. Setelah perkawinan terakhir ini, sapi pejantan diberi istirahat cukup selama 10 hari. Sebaiknya seekor pejantan mengawini 2 kali seminggu, karena terlalu sering pejantan dipakai akan menurunkan daya fertilitasnya. Bobot badan sapi pejantan dapat dipakai untuk kawin sebesar 350 kg, dan telah berumur 15 sampai 18 bulan. Sapi betina pada peternakan dikawinkan pada umur dua tahun, karena kondisi sapi betina yang cukup umur untuk kawin dengan berat badan kurang lebih 275 kg.

6.1.3 Teknologi Pembuatan Biogas