Model Digester Teknik Pembuatan Biogas

20 menjadi asam, maka tahap kedua dari proses anaerobic digestion adalah pembentukan gas methana dengan bantuan bakteri pembentuk methana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Perkembangan proses anaerobic digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampahlimbah yang keberadaanya sangat melimpah dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis. Aplikasi anaerobic digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri, limbah pertanian, limbah peternakan.

2.2.2. Model Digester

Kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam beberapa waktu, dengan sendirinya akan membentuk gas methan. Jika gas tidak ditampung maka akan hilang menguap ke udara. Bermacam kontruksi yang dibuat khusus penampung gas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester pengolah gas yaitu batch fedding dan continuous fedding Simamora, dkk. 2006. • Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik campuran kotoran ternak dan air dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru. • Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas mulai berproduksi. Pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari dengan jumlah tertentu. Ada dua model continuous fedding yaitu model tetap fixed dan model terapung floating. Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas yang dihasilkan. Model floating, pengumpul gasnya terapung diatas sumur pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan femanfaatan gas untuk memasak. Model tetap fixed, model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen 20 ini memang membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia keekonomiannya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya sederhana. Model digester tetap kontinu memerlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, bata merah, besi kontruksi, cat, dan pipa paralon. Gambar 1. Digester Model Tetap

2.2.3. Teknik Pembuatan Biogas

Proses pembentukan biogas dalam digester model yang tetap kontinu akan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Menampung kotoran Sapi di Bak Penampungan Sementara Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang ditampung di dalam bak penampungan sementara. Bak penampungan sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan. 2. Mengalirkan Kotoran Sapi ke Digester Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada dipuncak kubah sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah. 3. Menambahkan Starter Pada pemasukan pertama diperlukan lumpur kotoran sapi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Untuk membangkitkan 20 proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama ini perlu menambahkan starter sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan RPH sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5-5,0 m 3 . 4. Membuang Gas yang Pertama Dihasilkan Hingga hari ke-8, kran yang ada di atas dan gasnya dibuang. Pembuangan ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO 2 . Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH 4 54 persen dan CO 2 27 persen maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas di dapur. 5. Memanfaatkan Biogas yang Sudah Jadi Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Proses pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang digunakan sebagai pupuk organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

2.3. Pengertian Pupuk Organik