Analisis kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

SKRIPSI

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Di Bawah bimbingan RITA NURMALINA.

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah satu energi terbarukan yang dikembangkan adalah biogas. Biogas merupakan wujud lain dari pemanfaatan gas biomassa. Biogas menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan sangat mungkin didesentralisasikan hingga ke pedesaan, bahkan ke rumah-rumah. Energi biogas bisa diperoleh dengan memproses limbah bio atau biomassa dapat berupa kotoran ternak maupun limbah manusia, sisa-sisa panen seperti jerami, sekam, serta daun-daunan sortiran sayur dan bahan organik lainnya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. Ternak selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).

Dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti biogas. Hal ini didukung bahwa limbah dari usaha peternakan sapi perah memiliki komposisi yang lebih besar dibandingkan peternakan lainnya termasuk sapi potong. UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bersama-sama memiliki usaha peternakan sapi perah yang didalamnya sedang mengembangkan instalasi percontohan yang menghasilkan biogas dan pupuk kompos, sehingga perlu ditelaah lebih jauh apakah usaha ini layak untuk didesentralisasikan.

Penelitian bertujuan mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. Penelitian ini juga difokuskan menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) kedua perusahaan.

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi peternakan, pembangunan kandang serta bangunan lainnya, teknis pembuatan biogas dan proses operasional yang dilakukan sehingga menghasilkan susu, biogas dan pupuk kompos. UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan membangun sentra peternakan yang jauh dari perumahan penduduk, sehingga potensi pengembangan biogas dikawasan ini sangat bagus. Penempatan instalasi biogas akan lebih baik jika berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Instalasi biogas yang berada di UPP Darul Fallah dan Fakulas Peternakan bertipe fixed dome. UPP Darul Fallah dengan kapasitas 18 m3 dirancang untuk 10 ekor sapi. Fakultas Peternakan dengan kapasitas 32 m3 dirancang untuk 20 ekor sapi. 

Strategi pembentukan dan pengembangan pasar bergantung pada besar, posisi atau kedudukan perusahaan dalam industri, sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan susu yang


(3)

dihasilkan sebenarnya diolah kembali menjadi produk-produk turunan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan susu segar juga dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan dan KPS (Koperasi Susu). Perusahaan juga memasarkan produk tidak hanya melalui agen-agen tapi dengan menggunakan media cetak, seperti pemasaran dengan pemasangan iklan seperti leaflet. Sama halnya dengan Fakultas Peternakan, juga mengolah susu menjadi beberapa produk turunan, tetapi juga menjual susu yang masih segar.

Analisis aspek manajemen melihat bentuk usaha, struktur organisasi, sistem pembagian kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Struktur organisasi berbentuk lini atau garis, dimana perintah langsung diberikan langsung oleh atasan kepada bawahan. Meskipun terlihat sederhana, namun peternakan masih butuh proses pengembangan yang lebih sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang besar, sehingga struktur ini dinilai efektif untuk kondisi UPP Darul Fallah pada saat ini. Struktur organisasi pada Fakultas Peternakan karena berupa Perusahaan Negara, sehingga yang menangani berupa pengajar dan karyawan, dimana semua unit adalah orang-orang yang kompeten pada bidang masing-masing. Pengajar merupakan tenaga ahli yang masuk dalam penelitian, baik dalam peternakan, biogas dan pupuk organik. Dalam penelitian dibatasi hanya beberapa orang-orang yang benar-benar terlibat dalam peternakan sapi perah, baik biogas dan pupuk organik.

Analisis aspek sosial dan lingkungan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari proyek ini terhadap lingkungan, masyarakat dan Negara. Biogas mempunyai beberapa keungulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifat dari biogas yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Berdasarkan analisis finansial pada usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp. 202.456.789,33 yang artinya bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai NPV sebesar Rp. 202.456.789,33menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku (8,75 persen). Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang menyatakan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,74 artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial usaha adalah 26,13 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang diasumsikan yaitu sebesar 8,75 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 26,13 persen dan karena IRR > 8,75 persen maka usaha ini layak dan menguntungkan. Pada usaha peternakan UPP Darul Fallah ini memiliki periode pengembalian investasi selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.

Hasil analisis switching value diketahui bahwa usaha peternakan sapi perah UPP Darul Fallah sebesar 17,46 persen merupakan usaha yang paling


(4)

sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual atau jumlah produksi pada UPP Darul Fallah masih memberikan keuntungan pada usaha peternakan sapi perah Fakultas Peternakan yaitu sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional, tidak berpengaruh besar terhadap usaha, dalam analisis terlihat kenaikan biaya yang besar masih mendatangkan keuntungan bagi kedua usaha ini. Usaha peternakan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah UPP Darul Fallah merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis non finansial adalah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos, dinilai mendatangkan keuntungan pada kedua perusahaan. Hasil analisis finansial pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan dapat mendatangkan keuntungan. Jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV usaha Fakultas Peternakan>NPV UPP Darul Fallah. Namun secara finansial kedua usaha ini sangat layak untuk didesentralisasikan.

Hasil analisis switching value, besarnya penurunan jumlah tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, walaupun hasil menunjukkan penurunan jumlah produksi lebih berpengaruh pada usaha UPP Darul Fallah, jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan. Kenaikan biaya operasional tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, hal ini disebabkan proporsi penggunaan campuran pupuk, dan pakan ternak biayanya sangat terjangkau dan mudah didapatkan.

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu 1) Peternakan sapi perah sangat berpotensi besar dalam pengembangan energi alternatif, sehingga kedepannya perlu mengembangkan usaha ini. Usaha peternakan sapi perah tidak hanya menghasilkan output utamanya, yaitu susu, daging, anak sapi, limbahnya pun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik (pupuk kompos) 2) Biogas merupakan program pemerintah dalam penghematan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga keterkaitan usaha peternakan dalam pengembangan biogas sangat besar, mengingat potensi usaha ini kedepan yang sangat besar 3) Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemanfaatan energi. Pengetahuan atau pemberdayaan energi alternatif perlu dilakukan, mengingat biogas dapat dihasilkan dari seluruh sampah organik, dan pengusahaan biogas ini dapat dilakukan oleh rumah tangga sendiri, tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.


(5)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

Nama : Yosi Kumala Santi Siregar

NIM : H34066133

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar H34066133


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 November 1984. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Yusuf Siregar dan Ibunda Hj. Dermala Sari Harahap.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 15 Padangsidimpuan pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 1 Padangsidimpuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Padangsidimpuan diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Komunikasi Pembangunan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan, serta junjungan besar Nabi Muhammad SAW atas perjuangannya terhadap ummatnya membawa alam kegelapan ke alam terang benderang, sehingga dapat merasakan nikmatnya kehidupan dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis ucapkan atas terselesaikannya penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, kendati demikian saran dan kritik sangat diharapkan untuk membangun skripsi ke arah yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini untuk ke depannya berguna sekaligus bermanfaat bagi penulis dan pihak yang terkait khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar H34066133


(10)

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, MSi atas kesediaan sebagai dosen penguji utama dalam siding skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Arif Karyadi Uswandi, SP atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Orangtua penulis yang memberikan kepercayaan kepada penulis, Ayah dan Ibunda tercinta. Saudara-saudaraku, Yul Andri, Yunita Sari Marina, Yushar Yahya Martua, dan Yani Sukriah yang sangat penulis sayangi serta yang memberikan semangat, dan membesarkan hatiku.

6. Bapak Ir. Salundik, MSi dari Fakultas Peternakan yang banyak memberikan masukan serta membantu penulis dalam penelitian.

7. Bapak Ucu Wahidin, SPt yang banyak membantu dalam penelitian ini. 8. Bapak Sukiman, bapak Adih, yubi, omin, nurul dan orang-orang yang

tidak saya sebutkan yang banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB, terutama mba nur sebagai guru atau mentor penulis dan kesediaannya membantu penulis.

10. Teman-teman kosan mba hendry, mba rini, retno, shovia, dian, yusni, rury, asry, indah, isty. Teman-teman sekaligus menjadi sahabat yang banyak memberikan masukan, bantuan, dan yang selalu menjadi penyemangat, membesarkan hatiku, fifi, ayla, fajar, amy, zuba, riski, k’nova, pipin, arif,


(11)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

SKRIPSI

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Di Bawah bimbingan RITA NURMALINA.

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah satu energi terbarukan yang dikembangkan adalah biogas. Biogas merupakan wujud lain dari pemanfaatan gas biomassa. Biogas menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan sangat mungkin didesentralisasikan hingga ke pedesaan, bahkan ke rumah-rumah. Energi biogas bisa diperoleh dengan memproses limbah bio atau biomassa dapat berupa kotoran ternak maupun limbah manusia, sisa-sisa panen seperti jerami, sekam, serta daun-daunan sortiran sayur dan bahan organik lainnya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. Ternak selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).

Dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti biogas. Hal ini didukung bahwa limbah dari usaha peternakan sapi perah memiliki komposisi yang lebih besar dibandingkan peternakan lainnya termasuk sapi potong. UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bersama-sama memiliki usaha peternakan sapi perah yang didalamnya sedang mengembangkan instalasi percontohan yang menghasilkan biogas dan pupuk kompos, sehingga perlu ditelaah lebih jauh apakah usaha ini layak untuk didesentralisasikan.

Penelitian bertujuan mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. Penelitian ini juga difokuskan menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) kedua perusahaan.

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi peternakan, pembangunan kandang serta bangunan lainnya, teknis pembuatan biogas dan proses operasional yang dilakukan sehingga menghasilkan susu, biogas dan pupuk kompos. UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan membangun sentra peternakan yang jauh dari perumahan penduduk, sehingga potensi pengembangan biogas dikawasan ini sangat bagus. Penempatan instalasi biogas akan lebih baik jika berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Instalasi biogas yang berada di UPP Darul Fallah dan Fakulas Peternakan bertipe fixed dome. UPP Darul Fallah dengan kapasitas 18 m3 dirancang untuk 10 ekor sapi. Fakultas Peternakan dengan kapasitas 32 m3 dirancang untuk 20 ekor sapi. 

Strategi pembentukan dan pengembangan pasar bergantung pada besar, posisi atau kedudukan perusahaan dalam industri, sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan susu yang


(13)

dihasilkan sebenarnya diolah kembali menjadi produk-produk turunan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan susu segar juga dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan dan KPS (Koperasi Susu). Perusahaan juga memasarkan produk tidak hanya melalui agen-agen tapi dengan menggunakan media cetak, seperti pemasaran dengan pemasangan iklan seperti leaflet. Sama halnya dengan Fakultas Peternakan, juga mengolah susu menjadi beberapa produk turunan, tetapi juga menjual susu yang masih segar.

Analisis aspek manajemen melihat bentuk usaha, struktur organisasi, sistem pembagian kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Struktur organisasi berbentuk lini atau garis, dimana perintah langsung diberikan langsung oleh atasan kepada bawahan. Meskipun terlihat sederhana, namun peternakan masih butuh proses pengembangan yang lebih sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang besar, sehingga struktur ini dinilai efektif untuk kondisi UPP Darul Fallah pada saat ini. Struktur organisasi pada Fakultas Peternakan karena berupa Perusahaan Negara, sehingga yang menangani berupa pengajar dan karyawan, dimana semua unit adalah orang-orang yang kompeten pada bidang masing-masing. Pengajar merupakan tenaga ahli yang masuk dalam penelitian, baik dalam peternakan, biogas dan pupuk organik. Dalam penelitian dibatasi hanya beberapa orang-orang yang benar-benar terlibat dalam peternakan sapi perah, baik biogas dan pupuk organik.

Analisis aspek sosial dan lingkungan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari proyek ini terhadap lingkungan, masyarakat dan Negara. Biogas mempunyai beberapa keungulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifat dari biogas yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Berdasarkan analisis finansial pada usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp. 202.456.789,33 yang artinya bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai NPV sebesar Rp. 202.456.789,33menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku (8,75 persen). Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang menyatakan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,74 artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial usaha adalah 26,13 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang diasumsikan yaitu sebesar 8,75 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 26,13 persen dan karena IRR > 8,75 persen maka usaha ini layak dan menguntungkan. Pada usaha peternakan UPP Darul Fallah ini memiliki periode pengembalian investasi selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.

Hasil analisis switching value diketahui bahwa usaha peternakan sapi perah UPP Darul Fallah sebesar 17,46 persen merupakan usaha yang paling


(14)

sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual atau jumlah produksi pada UPP Darul Fallah masih memberikan keuntungan pada usaha peternakan sapi perah Fakultas Peternakan yaitu sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional, tidak berpengaruh besar terhadap usaha, dalam analisis terlihat kenaikan biaya yang besar masih mendatangkan keuntungan bagi kedua usaha ini. Usaha peternakan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah UPP Darul Fallah merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis non finansial adalah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos, dinilai mendatangkan keuntungan pada kedua perusahaan. Hasil analisis finansial pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan dapat mendatangkan keuntungan. Jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV usaha Fakultas Peternakan>NPV UPP Darul Fallah. Namun secara finansial kedua usaha ini sangat layak untuk didesentralisasikan.

Hasil analisis switching value, besarnya penurunan jumlah tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, walaupun hasil menunjukkan penurunan jumlah produksi lebih berpengaruh pada usaha UPP Darul Fallah, jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan. Kenaikan biaya operasional tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, hal ini disebabkan proporsi penggunaan campuran pupuk, dan pakan ternak biayanya sangat terjangkau dan mudah didapatkan.

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu 1) Peternakan sapi perah sangat berpotensi besar dalam pengembangan energi alternatif, sehingga kedepannya perlu mengembangkan usaha ini. Usaha peternakan sapi perah tidak hanya menghasilkan output utamanya, yaitu susu, daging, anak sapi, limbahnya pun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik (pupuk kompos) 2) Biogas merupakan program pemerintah dalam penghematan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga keterkaitan usaha peternakan dalam pengembangan biogas sangat besar, mengingat potensi usaha ini kedepan yang sangat besar 3) Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemanfaatan energi. Pengetahuan atau pemberdayaan energi alternatif perlu dilakukan, mengingat biogas dapat dihasilkan dari seluruh sampah organik, dan pengusahaan biogas ini dapat dilakukan oleh rumah tangga sendiri, tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.


(15)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(16)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

Nama : Yosi Kumala Santi Siregar

NIM : H34066133

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(17)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar H34066133


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 November 1984. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Yusuf Siregar dan Ibunda Hj. Dermala Sari Harahap.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 15 Padangsidimpuan pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 1 Padangsidimpuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Padangsidimpuan diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Komunikasi Pembangunan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan, serta junjungan besar Nabi Muhammad SAW atas perjuangannya terhadap ummatnya membawa alam kegelapan ke alam terang benderang, sehingga dapat merasakan nikmatnya kehidupan dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis ucapkan atas terselesaikannya penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, kendati demikian saran dan kritik sangat diharapkan untuk membangun skripsi ke arah yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini untuk ke depannya berguna sekaligus bermanfaat bagi penulis dan pihak yang terkait khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar H34066133


(20)

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, MSi atas kesediaan sebagai dosen penguji utama dalam siding skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Arif Karyadi Uswandi, SP atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Orangtua penulis yang memberikan kepercayaan kepada penulis, Ayah dan Ibunda tercinta. Saudara-saudaraku, Yul Andri, Yunita Sari Marina, Yushar Yahya Martua, dan Yani Sukriah yang sangat penulis sayangi serta yang memberikan semangat, dan membesarkan hatiku.

6. Bapak Ir. Salundik, MSi dari Fakultas Peternakan yang banyak memberikan masukan serta membantu penulis dalam penelitian.

7. Bapak Ucu Wahidin, SPt yang banyak membantu dalam penelitian ini. 8. Bapak Sukiman, bapak Adih, yubi, omin, nurul dan orang-orang yang

tidak saya sebutkan yang banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB, terutama mba nur sebagai guru atau mentor penulis dan kesediaannya membantu penulis.

10. Teman-teman kosan mba hendry, mba rini, retno, shovia, dian, yusni, rury, asry, indah, isty. Teman-teman sekaligus menjadi sahabat yang banyak memberikan masukan, bantuan, dan yang selalu menjadi penyemangat, membesarkan hatiku, fifi, ayla, fajar, amy, zuba, riski, k’nova, pipin, arif,


(21)

risman, welly, mimi, ocha, k’erna, k’agnes, k’nesty dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu jauh sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak atas support hingga skripsi ini mencapai hasil yang maksimal.

11. Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus) dan rekan-rekan AGB yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas segala amal kebaikan yang telah dilakukan, Amin, dan Terima Kasih.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar

         


(22)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah ... 7

2.1.1. Perencanaan Usaha Peternakan Sapi Perah ... 7 2.2. Sejarah Perkembangan Biogas ... 9 2.2.1.Pengertian Biogas ... 11 2.2.2.Model Digester ... 13 2.2.3.Teknik Pembuatan Biogas ... 14 2.3. Pengertian Pupuk Organik ... 15 2.3.1.Klasifikasi Pupuk Organik ... 16 2.3.2.Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas ... 16 2.3.3. Pengertian Kompos ... 18 2.4. Tinjauan Studi Terdahulu ... 20 2.4.1. Studi Empiris Mengenai Kelayakan Usaha ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 3.1. Studi Kelayakan ... 24 3.2. Teori Biaya dan Manfaat ... 26 3.3. Analisis Kelayakan Investasi ... 27 3.4. Analisis Finansial ... 27 3.4.1. Net Present Value (NPV) ... 29 3.4.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ... 29 3.4.3. Internal Rate Return (IRR) ... 30 3.4.4. Pay Back Periode (PBP) ... 30 3.5. Analisis Sensitifitas ... 30 3.6. Kerangka Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 34 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34 4.2. Jenis Data dan Sumber Data ... 34 4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 35 4.4. Asumsi Dasar ... 40


(23)

Halaman V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42 5.1 Sejarah Singkat Yayasan Darul Fallah ... 42

5.1.1. Visi,Misi, dan Tujuan Unit Pengolahan

Peternakan Darul Fallah ... 43 5.2 Sejarah Singkat Fakultas Peternakan ... 44

5.2.1. Sejarah Singkat Program Studi

Teknologi Hasil Ternak ... 45 5.2.2. Sejarah Singkat Laboratorium

Teknologi Hasil Ternak ... 48

VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ... 51 6.1 Aspek Teknis ... 51 6.1.1. Lokasi Proyek ... 51 6.1.2. Populasi Ternak Sapi Perah ... 52 6.1.2.1. Produktivitas Sapi Perah ... 53 6.1.2.2. Pakan Ternak ... 54 6.1.2.3. Teknis Pembuatan Kandang ... 56 6.1.2.4. Aktivitas Pemerahan ... 58 6.1.2.5. Pencegahan Penyakit ... 59 6.1.2.6.Perkawinan ... 59

6.1.3. Teknologi Pembuatan Instalasi Biogas ... 59 6.1.4. Tehnik Operasional Instalasi Biogas ... 63 6.1.5. Pengolahan Pupuk Organik Cair dan Padat ... 64

6.2 Aspek Pasar ... 66 6.2.1. Karakteristik Produk ... 67 6.2.2. Potensi Pasar ... 68 6.2.3. Strategi Pemasaran ... 70 6.3. Aspek Manajemen ... 71

6.3.1. Bentuk dan Struktur Organisasi pada

UPP Darul Fallah ... 71 6.3.2. Struktur Organisasi pada Fakultas Peternakan ... 73 6.4. Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 73

VII HASIL KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ... 76 7.1 Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas, dan Pupuk Kompos

UPP Darul Fallah ... 77 7.1.1. Inflow ... 77

7.1.2. Penerimaan Sampingan ... 78 7.1.3. Nilai Sisa ... 79 7.1.4. Arus Biaya ... 79


(24)

7.1.4.1. Biaya Investasi ... 79 7.1.4.2. Biaya Operasional ... 80 7.1.4.3.Biaya Tetap ... 81

7.1.5. Analisis Rugi Laba ... 82 7.1.6. Kriteria Kelayakan Investasi Pengusahaan Sapi Perah ... 82 7.1.7. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) ... 83

7.2. Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas, dan Pupuk Kompos

Fakultas Peternakan ... 85 7.1.1. Inflow ... 85

7.1.2. Penerimaan Sampingan ... 86 7.1.3. Nilai Sisa ... 86 7.1.4. Arus Biaya ... 86 7.1.4.1. Biaya Investasi ... 87 7.1.4.2. Biaya Operasional ... 88 7.1.4.3.Biaya Tetap ... 88

7.1.5. Analisis Rugi Laba ... 89 7.1.6. Kriteria Kelayakan Investasi Pengusahaan Sapi Perah ... 89 7.1.7. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) ... 90

7.4 Perbandingan Kelayakan Finansial pada UPP Darul Fallah

Dan Fakultas Peternakan ... 92 7.5 Perbandingan Analisis Switching Value pada UPP Darul Fallah

Dan Fakultas Peternakan ... 92

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94 8.1. Kesimpulan ... 94 8.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN ... 98


(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Bobot, Produksi Kotoran, dan Bahan Kering

pada Peternakan ... 2 2. Perbandingan Biogas dari Limbah Masyarakat ... 3 3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lainnya ... 11 4. Komposisi Gas dalam Gasbio (%) antara Kotoran Sapi dan Campuran

Kotoran Ternak dengan Sisa Pertanian ... 12 5. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair

Beberapa Jenis Ternak ... 17 6. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik ... 18 7. Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ... 23 8. Sumber informasi penunjang penelitian ... 35 9. Jumlah Sapi Perah UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan ... 52 10. Produksi Susu Sapi Perah UPP Darul Fallah

dan Fakultas Peternakan ... 54 11. Jumlah dan Komposisi Pemberian Pakan pada Sapi Perah ... 55 12. Pemberian Susu per Hari per Anak Sapi ... 56 13. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak Dalam Merubah Makanan Ternak

Menjadi Protein Hewani dan Kalori ... 68 14. Penerimaan Penjualan Usaha Peternakan Sapi Perah pada

UPP Darul Fallah pada Tahun ke-1 ... 78 15. Penerimaan Penjualan Usaha Peternakan Sapi Perah pada

UPP Darul Fallah pada Thun ke-2 ... 78 16. Rekapitulasi Biaya Investasi ... 80 17. Biaya Tetap pada UPP Darul Fallah ... 82 18. Hasil Kriteria Investasi Usaha Peternakan pada UPP Darul Fallah ... 83 19. Hasil Analisis Switching Value pada UPP Darul Fallah ... 84 20. Penerimaan pada Tahun ke-2 pada Fakultas Peternakan ... 86 21. Rekapitulasi Investasi ... 87 22. Analisis Biaya Tetap pada Fakultas Peternakan ... 89 23. Hasil Kriteria Investasi pada Usaha Peternakan Fakultas Peternakan ... 90


(26)

Nomor Halaman 24. Hasil Analisis Switching Value pada Fakultas Peternakan ... 91

25. Tabel Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah ... 92 26. Tabel Switching Value pada kedua Usaha ... 92


(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Digester Model Tetap ... 14 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33 3. Sapi Perah Jenis Fries Holland ... 53 4. Kandang Sapi Perah pada UPP Darul Fallah ... 57 5. Kandang Sapi Perah pada Fakultas Peternakan ... 58 6. Instalasi Biogas pada UPP Darul Fallah ... 62 7. Instalasi Biogas pada Fakultas Peternakan .... 62 8. Diagram Alir Proses Produksi Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah .. 66


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner ... 99 2. Ciri-Ciri Bangsa Sapi Perah Eropa ... 103 3. Investasi UPP Darul Fallah ... 104 4. Cash Flow UPP Darul Fallah ... 105 5. Rugi Laba UPP Darul Fallah ... 107 6. Switching Value Penurunan Penjualan Susu, Biogas, dan

Pupuk Organik Padat sebesar 17,46% ... 108 7. Rugi Laba Penurunan Penjualan Susu, Biogas dan

Pupuk Organik Padat sebesar 17,46% ... 110 8. Switching Value Peningkatan Biaya Operasional sebesar 100,09% ... 112 9. Laporan Rugi Laba Kenaikan Biaya Operasional pada

UPP Darul Fallah sebesar 100,09% ... 114 10. Investasi Fakultas Peternakan pada Tahun ke-1 ... 116 11. Cashflow Fakultas Peternakan ... 117 12. Analisis Rugi Laba Fakultas Peternakan ... 119 13. Cashflow Switching Value Fakultas Peternakan Penurunan Penjualan

Pupuk Organik Padat dan Cair sebesar25,08% ... 120 14. Analisis Rugi Laba Penurunan Penjuala n Susu, Biogas, Pupuk Organik

Padat dan Cair Fakultas Peternakan 25,08% ... 123 15. Cashflow Switching Value Kenaikan Biaya Operasional pada

Fakultas Peternakan sebesar 75,08% ... 125 16. Analisis Rugi Laba Kenaikan Biaya Operasional Fakultas Peternakan


(29)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia mempunyai kebijakan energi nasional yang berprinsip pada kebijakan harga, diversifikasi, dan konversi energi. Pemerintah telah merumuskan kebijakan strategis pengelolaan energi nasional tahun 2005-2025 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Kebijakan energi nasional merupakan pengembangan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Diversifikasi energi adalah pemanfaatan energi altenatif, salah satunya adalah Bahan Bakar Nabati (BBN) yang merupakan energi alternatif yang dapat dengan mudah diperoleh di Indonesia. Intruksi Presiden No. 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai bahan bakar lain, merupakan suatu intruksi yang menegaskan pentingnya pengembangan BBN (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah satu yang berpotensi dalam pengembangan energi terbarukan adalah peternakan. Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang sangat berpotensi tinggi dalam pengembangan energi alternatif salah satunya biogas. Peternakan yang berpotensi besar dalam menghasilkan limbah yang sangat banyak (biomassa) untuk mendukung pengembangan energi terbarukan ini adalah peternakan sapi perah. Hal ini didukung oleh potensi limbah yang dihasilkan oleh peternakan sapi perah sangat tinggi dibandingkan peternakan lain, dapat dilihat pada Tabel 1.


(30)

Tabel 1. Perbandingan Bobot, Produksi Kotoran, dan Bahan Kering pada Peternakan

Jenis Ternak Bobot Ternak (kg)

Produksi Kotoran (kg/hari)

Bahan Kering

Sapi

• Sapi Potong

• Sapi Perah

520 640 29 50 12 14 Ayam • Petelur • Broiler 2 1 0.1 0.06 26 25

Babi Dewasa 90 7 9

Domba 40 2 26 Sumber : Wahyuni, 2009

Pengusahaan sapi perah juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya susu yang dihasilkan oleh peternakan, sebagai output utama dari peternakan sapi perah. Manfaat susu sebagai salah satu jenis pangan yang sehat tidak diragukan, hampir semua zat gizi yang terkandung didalam susu bermutu tinggi. Protein dan lemak susu memiliki kecernaan yang tinggi, kandungan vitamin dan mineralnya juga relatif lengkap sehingga susu memiliki peranan signifikan dalam meningkatkan kualitas gizi, melalui pemenuhan kebutuhan protein dan mineral serta berbagai vitamin penting yang terkandung didalamnya. Dapat disimpulkan peternakan sapi perah memiliki keunggulan dibandingkan peternakan lainnya, mengingat komsumsi masyarakat akan susu terus meningkat dalam rangka pemenuhan kualitas gizi yang baik bagi masyarakat. Hasil lain yang memiliki keuntungan dari peternakan sapi perah, daging yang dapat diperjulbelikan serta limbah yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik (Wahyuni, 2009).

Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan, seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah pemotongan hewan, dan pengolahan produk ternak. Limbah ternak meliputi limbah padat dan limbah cair, seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,


(31)

tulang, tanduk, dan isi rumen. Semakin besar skala usaha, limbahnya semakin banyak.

Pada peternakan kecil, limbah tidak begitu menjadi masalah. Jumlah limbah yang sedikit bisa ditangani dengan mudah. Berbeda dengan usaha peternakan skala besar, limbah yang dihasilkan akan banyak. Jika pengelolaan tidak dilakukan secara baik, bisa berakibat buruk. Sebagai gambaran, seekor sapi dengan berat 454 kg akan menghasilkan 30 kg limbah yang terdiri dari feses dan urine setiap hari. Dapat dibayangkan berapa banyak limbah yang dihasilkan jika 100 ekor sapi yang dipeternakan, dimana limbah dapat mencapai 3 ton perhari. Jumlah yang sangat besar, dan keberadaan limbah akan menjadi masalah serius, masyarakat di sekitar peternakan akan terganggu. Tidak saja baunya yang mengganggu, tetapi keberadaanya juga akan mencemari lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa menjadi vektor penyakit (Simamora, 2006).

Selama ini, limbah berupa feses dan urine banyak dimanfaatkan sebagai pupuk oleh sebagian besar peternak. Kebanyakan petani langsung membawanya ke kebun tanpa melakukan pengomposan terlebih dahulu. Feses tersebut, masih bersifat panas dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Dari kebiasaan tersebut sebenarnya kita bisa mengembangkan instalasi biogas. Dengan instalasi biogas, peternak akan mendapatkan gas sebagai bahan bakar, pupuk organik padat dan pupuk organik cair dari suatu fermentasi bahan organik dalam digester biogas yang dibangun (Simamora, 2006).

Potensi limbah ternak khususnya kotoran sapi dalam menghasilkan biogas, nilai kalori yang dihasilkannya sangat tinggi dibandingkan limbah yang lainnya. Perbandingan biogas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Biogas dari Limbah Masyarakat

Bahan Isian Nilai Kalori Biogas yang Dihasilkan

Tinja Manusia 5000

Sampah dan tinja manusia 5450

Tinja Sapi 5.500-6.000

Sampah Kota + urea 5400-5.500

Kotoran Sapi* 6.513

Sumber : Sahid, 1983

*Keterangan : Kotoran Sapi yaitu seluruh limbah yang dihasilkan oleh sapi, baik tinja, urine, darah, air mandi, kuku, dan sebagainya.


(32)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa limbah sapi atau kotoran sapi sangat berpotensi untuk menghasilkan biogas, dibandingkan limbah lainnya. Pengusahaan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) sangat berpotensi dikembangkan pada peternakan, karena input yang dibutuhkan berupa limbah sapi, sehingga terdapat kemudahan dalam memperoleh input untuk proyek ini.

Disamping itu, limbah ternak yang dapat menghasilkan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar gas. Biogas ini merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biocycle Farming ini merupakan cikal bakal pertanian ramah lingkungan. Kompos juga dapat dibuat dari hasil sampingan pengolahan limbah cair (black and grey water). Limbah cair tersebut sebelumnya diolah dengan menggunakan sistem pengolahan limbah biologis dalam unit Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Dalam proses pengolahannya akan terjadi penumpukan padatan (lumpur) pada dasar IPAL yang dikenal dengan istilah sludge7.

1.2. Perumusan Masalah

UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB sama-sama memiliki peternakan sapi perah yang didalamnya sedang mengembangkan instalasi percontohan untuk mengolah limbah ternak menjadi biogas, dimana hasil lainnya berupa pupuk kompos (pupuk organik padat dan pupuk organik cair). Dari level percontohan akan dikembangkan menjadi suatu bisnis, maka diperlukan kajian lebih komprehensif terkait dengan aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek finansial sehingga diperoleh gambaran utuh apakah pengembangan usaha pengolahan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dapat menguntungkan atau tidak untuk dijalankan. Aspek-aspek tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan.

Beberapa kendala dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk biogas, adalah ketersediaan bahan, keamanan supply, harga, kemudahan

      

7

Agung Suryawan Wiranatha.http://www.cybertokoh.com/mod.php. Limbah Bahan Baku Kompos. 7 januari 2008. (Diakses 3 Desember 2008). 


(33)

penanganan dan penggunaannya. Faktor-faktor eksternal seperti pengembangan teknologi, subsidi, isu-isu lingkungan dan perundang-undangan memainkan peranan dalam pengembangan energi terbarukan. Dengan mempertimbangkan potensi produksi biogas dan penggunaannya untuk bidang pertanian di pedesaan, penelitian-penelitian energi terbarukan dalam hal pengelolaan konservasi energi dan penggunaan secara efisien adalah penting untuk dilakukan8.

Instalasi biogas bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi masalah limbah ternak bagi masyarakat (Dinas Peternakan, 2007). Proyek instalasi biogas yang merupakan proyek percontohan, perlu ditelaah lebih jauh apakah layak atau tidak untuk dilaksanakan, dalam menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat). Analisa kriteria investasi digunakan untuk melihat bagaimana investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peternak, tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat-manfaat lainnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan?

2. Apakah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) layak secara finansial untuk dilaksanakan dilokasi penelitian?

3. Bagaimana sensivitas dengan Switching Value kelayakan proyek terhadap perubahan komponen biaya dan manfaat dalam pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) di lokasi penelitian?

      

8

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis di Pedesaan. (Diakses 9 Desember 2008). 


(34)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan.

2. Menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilokasi penelitian.

3. Menganalisis sensivitas kelayakan proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) lokasi penelitian.

Penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai energi alternatif, yang dapat dimanfaatkan melalui biomassa (limbah ternak). Terutama bagi peternak ataupun petani, pemanfaatan instalasi biogas tidak hanya mendapatkan gas saja, tetapi mendapat nilai lebih berupa pupuk organik cair dan pupuk organik padat berupa kompos yang ramah lingkungan. Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat dapat lebih menghemat penggunaan energi bumi yang semakin langka, dengan memanfaatkan bahan-bahan organik di sekitar kita yang dapat dijadikan sumber energi.

Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi, penelitian ini dapat menambah informasi pembaca yang membutuhkan. Dapat menambah wawasan mengenai biogas baik peneliti ataupun bagi pihak yang membutuhkan informasi.

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini difokuskan pada kelayakan usaha peternakan sapi perah yang fokus utamanya adalah susu segar, sedangkan limbahnya digunakan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik atau pupuk kompos pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan.


(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Usaha peternakan merupakan suatu usaha produksi yang didasarkan pada proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia, maka manusia campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai pertumbuhan hewan ternak. Berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu peternak rakyat, peternak semi komersil dan peternak komersil. Peternak rakyat dengan cara memelihara ternaknya secara tradisional.

Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Pendapatan suatu usaha peternakan akan berubah dengan reorganisasi usaha peternakan tersebut dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan peternak. Faktor-faktor produksi yang dapat diatur untuk reorganisasi usaha peternakan sapi perah ialah :

• Jumlah sapi yang diperah

• Luas lahan yang ditanami hijauan pakan ternak

• Kandang

• Peralatan

• Tenaga kerja (Sudono, 2002)

Dibandingkan dengan usaha peternakan hewan lainnya, beberapa keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori, memiliki jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang tetap, pakan yang relatif mudah dan murah, kesuburan tanah dapat dipertahankan, menghasilkan pedet yang bisa dijual jika jantan atau betina yang dapat mengahasilkan susu (Sudono, et al., 2003).

2.1.1 Perencanaan Usaha Peternakan Sapi Perah

Faktor menurut yang terpenting untuk usaha sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri (Sudono, 1999). Peternak harus tahu bagaimana dan bagaimana penanaman modal untuk usaha peternakan, serta


(36)

dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang didapat untuk tiap-tiap investment. Peternak harus dapat menggabungkan tata laksana yang baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi yang produksi tinggi, pemakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai untuk tanaman hijauan serta pemasaran yang baik.

Ada beberapa faktor menurut (Susono, 1999) yang menjadi pertimbangan pengusahaan sapi perah yaitu :

1. Mencari pemasaran yang baik

Dalam mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu, maka peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport mudah atau mudah menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat karena susu cepat atau mudah rusak. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke penjual (dealer) di kota, atau secara bersama-sama membentuk koperasi distribusi penjualan susu tersebut. Dalam hal lain dealer mencari pasaran yang secara teratur membayar pada tingkat harga yang tinggi dan mempunyai reputasi menjual susu yang berkualitas tinggi.

2. Lahan dan air

Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang penting dan harus diselidiki tingkat kesuburan lahan tersebut. Pada dasarnya yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus tak dapat atau sulit ditingkatkan kesuburannya. Disamping itu tipologi iklim (curah hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal penting yang tak dapat diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam jumlah yang banyak, karena peternakan sapi perah membutuhkan air untuk minum, pembersihan kandang dan kamar susu. Untuk setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air minum sebanyak 3,5 – 4 liter.

3. Besarnya usaha peternakan

Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung daripada luas lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Di Indonesia, sekitar kota-kota besar rata-rata sapi yang diperah 25 ekor, sedangkan di daerah pegunungan rata-rata sapi yang diperah 75 ekor per peternakan.


(37)

Dengan pemeliharaan yang baik, penambahan jumlah sapi yang diperah dalam suatu peternakan pada umumnya akan meningkatkan efisiensi perusahaan. 4. Tenaga Kerja

Usaha peternakan pada saat sekarang harus memiliki tenaga yang terampil dan berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan untuk dapat menarik tenaga tersebut dan bekerja dengan baik pada peternakan. 5. Sapi yang berproduksi tinggi

Walaupun perhatian banyak dicurahkan pada efisiensi penggunaan lahan dan tenaga kerja, tetapi produksi susu yang tinggi setiap sapi masih merupakan faktor yang sangat penting. Hendaknya sapi-sapi berproduksi tinggi yang seragam, jangan sangat bervariasi, sebab usaha peternakan dengan produksi tinggi merata dan menggunakan pejantan-pejantan unggul yang baik, maka produksi susu dapat ditingkatkan dan dipertahankan dari generasi ke generasi.

6. Penggunaan tanaman pakan ternak

Penggunaan tanaman pakan ternak yang diproduksi sendiri perlu dimaksimumkan, karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan lahan untuk ditanami tanaman pakan ternak. Efisiensi produksi tergantung pada cara pemberian makanan yang ekonomis, dan pakan hijauan diharuskan berasal dari tanaman sendiri sedangkan pakan konsentrat dibeli dari luar.

2.2. Sejarah Perkembangan Biogas

Kebudayaan mesir, Cina, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini dengan cara dibakar untuk menghasilkan panas. Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Alessandro Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1776, dimana Volta pertama kali mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan sayuran. William Henry pada tahun 1806 mengidentifikasi gas yang dapat terbakar tersebut sebagai gas methan yang kemudian dilanjutkan oleh Avogadro. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tapeiner (1882), menunjukkan asal mikrobiologis dari


(38)

pembentukan methan. Tahun 1884, Louis Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini9.

Akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian pada masa antara perang dunia. Selama Perang dunia II banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk mengerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya, pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Di Negara-negara berkembang juga demikian karena harga energi yang murah dan selalu tersedia, sehingga biogas kurang berkembang (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Biogas bukanlah teknologi baru, sejumlah Negara telah mengaplikasikannya beberapa tahun lalu, seperti Rusia dan Amerika Serikat. Negara yang populasi ternaknya besar, seperti Amerika Serikat, India, Taiwan, Korea, Cina telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar. Di benua Asia, India merupakan Negara pelopor dan pengguna energi biogas ketika masih dijajah Inggris. Kegiatan produksi biogas di India dilakukan sejak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun di India pada tahun 1900. India sendiri memiliki lembaga khusus yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research Institute dan Gobar Gas Research Station. Di Indonesia baru mengadopsi teknologi pembuatan biogas awal tahun 1970-an.

Negara berkembang lainnya, seperti Cina, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), serta pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Pemanfaatan teknologi tertentu, gas methan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik,

      

5

N. Agung Pambudy. http://heruwahyu.wordpress.com. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif . 25 Februari 2008. (Diakses 29 Nopember 2008) 


(39)

menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas, seperti halnya elpiji (Prihandana dan Hendroko, 2008).

2.2.1. Pengertian Biogas

Gas Bio atau biogas (Prihandana dan Hendroko, 2008) adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (anaerobic process). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos (Hadisuwito, 2007). Produk dari digester tersebut berupa gas methan yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm310.

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas methan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, dkk. 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas methan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Menurut Maramba (1978) produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan menjalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.

Tabel 3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lainnya

Biogas (1m3) Volume

• Elpiji

• Minyak tanah • Minyak solar • Bensin • Gas kota

Kayu bakar

0,46 kg 0,62 liter 0,52 liter 0,80 liter 1,50 m3 3,50 kg Sumber : Wahyuni (2009)

      

6

http://www.iatpi.org. Mengubah Limbah Ternak Menjadi Energi. 29 Nopember 2008. (Diakses 29 Nopember 2008. 


(40)

20 Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil gasbio dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Gas dalam Gasbio (%) antara Kotoran Sapi dan Campuran Kotoran Ternak dengan Sisa Pertanian

Jenis gas Kotoran sapi Campuran kotoran ternak dan sisa pertanian

• Metan (CH4)

• Karbondioksida (CO2)

• Nitrogen (N2)

• Karbonmonoksida (CO)

• Oksigen (O2)

• Propen (C3H8)

• Hidrogen sulfida (H2S)

• Nilai kalor (kkal/m3)

65.7 27.0 2.3 0.0 0.1 0.7 tidak terukur 6513 54-70 45-27 0.5-3.0 0.1 6.0 - sedikit sekali 4800-6700

Sumber : Harahap et al. (1978)11.

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobic digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 persen) berupa methana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraikan melalui dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama, material organik akan didegradasi menjadi asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana (Prihandana dan Hendroko, 2008). Setelah material organik berubah

      

7 http://tumoutou.net. Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. (Diakses 29 Nopember 2008) 


(41)

20 menjadi asam, maka tahap kedua dari proses anaerobic digestion adalah pembentukan gas methana dengan bantuan bakteri pembentuk methana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium.

Perkembangan proses anaerobic digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah/limbah yang keberadaanya sangat melimpah dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis. Aplikasi anaerobic digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri, limbah pertanian, limbah peternakan.

2.2.2. Model Digester

Kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam beberapa waktu, dengan sendirinya akan membentuk gas methan. Jika gas tidak ditampung maka akan hilang menguap ke udara. Bermacam kontruksi yang dibuat khusus penampung gas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas) yaitu batch fedding dan continuous fedding (Simamora, dkk. 2006).

Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik (campuran kotoran ternak dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru.

Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas mulai berproduksi. Pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari dengan jumlah tertentu. Ada dua model continuous fedding yaitu model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas yang dihasilkan. Model floating, pengumpul gasnya terapung diatas sumur pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan femanfaatan gas untuk memasak.

Model tetap (fixed), model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen


(42)

20 ini memang membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia keekonomiannya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya sederhana. Model digester tetap kontinu memerlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, bata merah, besi kontruksi, cat, dan pipa paralon.

Gambar 1. Digester Model Tetap

2.2.3. Teknik Pembuatan Biogas

Proses pembentukan biogas dalam digester model yang tetap kontinu akan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Menampung kotoran Sapi di Bak Penampungan Sementara

Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang ditampung di dalam bak penampungan sementara. Bak penampungan sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan.

2. Mengalirkan Kotoran Sapi ke Digester

Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada dipuncak kubah sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah.

3. Menambahkan Starter

Pada pemasukan pertama diperlukan lumpur kotoran sapi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Untuk membangkitkan


(43)

20 proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama ini perlu menambahkan starter sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5-5,0 m3.

4. Membuang Gas yang Pertama Dihasilkan

Hingga hari ke-8, kran yang ada di atas dan gasnya dibuang. Pembuangan ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO2. Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH4 54 persen dan CO2 27 persen maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas di dapur.

5. Memanfaatkan Biogas yang Sudah Jadi

Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Proses pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang digunakan sebagai pupuk organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

2.3. Pengertian Pupuk Organik

Pupuk organik (Simamora, dkk. 2006) merupakan bahan pembenah tanah paling baik dan alami dibandingkan dengan pupuk anorganik. Beberapa sifat pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting bagi lahan pertanian sebagai berikut :

1. Memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi dan drainase lebih baik, meningkatkan pengikatan antar partikel, serta meningkatkan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan longsor.

2. Memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mkroflora, dan mikrofauna tanah lainnya.


(44)

20 3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation

(KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.

2.3.1. Klasifikasi Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk dan lengkap karena unsur haranya lebih dari satu unsur serta mengandung unsur mikro (Suherman, 2005). Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk cair dan padat.

1. Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau keseluruhannya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dapat dibedakan menjadi pupuk kandang, humus, kompos, dan pupuk hijau.

2. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5 persen. Penggunaan pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat.

b. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebih mudah diserap tanaman.

c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat.

d. Percampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut. 2.3.2. Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas

Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapat dijadikan pupuk organik, walaupun bentuknya berupa lumpur (sludge). Pemanfaatan lumpur keluaran biogas ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran biogas ini berbentuk lumpur dan


(45)

20 telah mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Di suatu kawasan peternakan sapi perah, lumpur biogas dapat langsung dialirkan kekebun rumput untuk memupuk rumput. Kualitasnya akan lebih baik dibandingkan dengan kotoran sapi perah yang langsung dialirkan ke kebun rumput (Simamora, 2006).

Kualitas lumpur sisa proses pembuatan biogas lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang, dikarenakan pada proses fermentasi terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi biogas dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah (asam asetat, asam propionate, asam butirat, dan asam laktat). Dengan demikian konsentrasi N, P, dan K akan meningkat. Dengan keadaan seperti ini, sludge (lumpur biogas) sudah menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Hasil buangan dari digester biogas berupa sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) dan mempunyai sifat kompos, sehingga hasil keluaran dari reaktor biogas dalam bentuk padatan dijual sebagai pupuk kompos oleh peternak atau petani. Tabel 5. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair Beberapa Jenis

Ternak Jenis

Ternak

Jenis Kotoran

Kandungan hara makro (%)

Nitrogen Fosfor Kalium Kalsium Kuda Padat Cair 0,56 1,24 0,13 0,004 0,23 1,26 0,12 0,32 Kerbau Padat Cair 0,26 0,62 0,08 - 0,14 1,34 0,33 - Domba Padat Cair 0,65 1,43 0,22 0,01 0,14 0,55 0,33 0,11 Sapi Padat Cair 0,33 0,52 0,11 0,01 0,13 0,56 0,26 0,007 Babi Padat Cair 0,57 0,31 0,17 0,05 0,38 0,81 0,06 - Sumber : Hadisuwito (2007)


(46)

20 Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui perbandingan kandungan makro antara kotoran hewan yang berbentuk padat dan cair. Pada kotoran padat, kandungan nitrogen dan kaliumnya lebih kecil dibandingkan jumlah persentase di dalam kotoran ternak.

2.3.3. Pengertian Kompos

Pengomposan (Aminah, 2003) didefenisikan sebagai proses kimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Pengomposan juga dimaksudkan untuk menurunkan kadar karbon terhadap nitrogen atau sering disebut C/N ratio (Marsono dan Sigit, 2002). Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

Tabel 6. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik

Asal Bahan 1. Pertanian

Limbah dan residu tanaman

Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa

Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas

Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air 2. Industri

Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan

makanan dan pemotongan hewan

Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit 3. Limbah rumah tangga

Sampah Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota

Sumber: Wikipedia, 200812

      


(1)

 

Lampiran 15.

Cashflow Switching Value

Kenaikan Biaya Operasional pada Fakultas Peternakan sebesar 75,08%

Uraian Tahun

INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pejualan

Penjualan Susu

216,000,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 216,000,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 Biogas

19,872,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 Pupuk Organik Padat

22,500,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 Pupuk Organik Cair

81,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 Penjualan Pedet

16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000

Penjualan Sapi Afkir 144,000,000 144,000,000

2. Nilai Sisa 180,300,000

Total Inflow

355,372,000 493,696,000 493,696,000 493,696,000 637,696,000 396,496,000 493,696,000 493,696,000 493,696,000 817,996,000

1. Biaya Investasi

Tanah

180,000,000

Bangunan Biogas

25,000,000

Gudang

20,000,000

Kandang

10,000,000

Bangunan Unit Pengolahan

60,000,000

Pompa Hidrolic

80,000,000

Kenderaan

65,000,000


(2)

128,000,000 Sapi Pejantan

52,000,000 52,000,000

Peralatan Biogas

Kompor

600,000 600,000 600,000

Tabung

2,400,000

Milk Can

6,500,000 6,500,000

Ember Stainless

800,000 800,000 800,000 800,000 800,000

Freezer

6,000,000

Mesin Pemerahan

1,000,000

Selang

150,000 150,000

Paralon

300,000 300,000

Dirigen

1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000

Ember

400,000 400,000 400,000 400,000 400,000

Ayakan

75,000 75,000 75,000 75,000 75,000

Cangkul

60,000

Sekop

60,000 60,000

Mesin Penggilingan

1,000,000

Timbangan Duduk

700,000 700,000

Timbangan Gantung

150,000

Total Biaya Investasi

641,445,000 - 2,525,000 - 3,125,000 187,710,000 2,525,000 - 3,125,000 -


(3)

A. Upah TK Pemerahan

42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 Tukang Kebun

16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 Pengadukan dan

Packaging

37,816,311 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 Pengangkutan

18,908,156 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 B. Bahan Campuran

Pupuk

- - -

Pupuk Organik Cair

- - -

Tepung Tulang

11,344,893 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 Tepung Darah

11,344,893 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 Kerabang Telur

11,344,893 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 15,126,524 EM4

28,362,233 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 37,816,311 Pupuk Organik Padat

- - -

Tepung Tulang

3,151,359 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 Tepung Tulang Darah

3,151,359 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 Kerabang Telur

3,151,359 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 4,201,812 Pakan Sapi

- - -

Rumput

13,130,664 - 6,565,332 6,565,332 6,565,332 6,565,332

Ampas Tahu

1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 Ampas Tempe

1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 1,260,544 Konsentrat

6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 Obat-obatan


(4)

C. Pemasaran

4,727,039 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 D. Kemasan

5,514,879 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 Total Biaya Operasional

223,799,030 256,940,824 263,506,156 256,940,824 263,506,156 256,940,824 263,506,156 256,940,824 263,506,156 256,940,824

3. Biaya Tetap

Pengelola

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Tenaga Ahli Unit Biogas

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Tenaga Ahli Unit Pupuk

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Unit Pengolahan

36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 Listrik

4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 PBB

29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 Total Biaya Tetap

124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 124,300,000 Pajak Pendapatan Usaha

(4,192,937) 8,979,588 7,854,588 8,979,588 51,054,588 (3,840,206) 7,854,588 8,979,588 7,854,588 52,179,588 TOTAL OUTFLOW

985,351,092 390220412.5 398185744.3 390220412.5 441985744.3 565110618.4 398185744.3 390220412.5 398785744.3 433420412.5 Net Benefit -629979092.4 103475587.5 95510255.72 103475587.5 195710255.7 -168614618.4 95510255.72 103475587.5 94910255.72 384575587.5

Df 8,75% 0.920 0.846 0.778 0.715 0.657 0.605 0.556 0.511 0.470 0.432

PV/Tahun -579291119.4 87494221.16 74261242.44 73981109.19 128667024.1 -101934132.3 53093963.69 52893679.07 44611800.65 166222211.4 NPV (0.00)

IRR 8.75% PV Positif

681,225,251.69 PV Negatif

(681,225,251.69)

Net B/C 1.00


(5)

Lampiran 16. Analisis Rugi Laba Kenaikan Biaya Operasional Fakultas Peternakan sebesar 75,08%

Uraian Tahun

INFLOW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pejualan

Penjualan susu

216,000,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 216,000,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000 313,200,000

Biogas 19,872,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000 26,496,000

Pupuk Organik Padat 22,500,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000 30,000,000

Pupuk Organik Cair 81,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000

Penjualan Pedet

16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000 16,000,000

Penjualan Sapi Afkir 144,000,000 144,000,000

Total Inflow 355,372,000 493,696,000 493,696,000 493,696,000 637,696,000 396,496,000 493,696,000 493,696,000 493,696,000 637,696,000

Biaya Operasional

A. Upah TK

Pemerahan

42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 42,018,123 Tukang Kebun

16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 16,807,249 Pengadukan dan

packaging

37,816,311 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748 50,421,748

Pengangkutan

18,908,156 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874 25,210,874

B. Bahan Campuran Pupuk

Pupuk Organik Cair 62,396,913 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884 83,195,884

Pupuk Organik Padat 9,454,078 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437 12,605,437

C. Pakan ternak

Rumput

7,500,000 3,750,000 3,750,000 3,750,000 3,750,000

Ampas Tahu


(6)

Ampas Tempe

720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 Konsentrat

3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Obat-obatan

2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

D. Pemasaran 4,727,039 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719 6,302,719

E. Kemasan 5,514,879 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172 7,353,172

Total Biaya Operasional 212,582,748 251,355,206 255,105,206 251,355,206 255,105,206 251,355,206 255,105,206 251,355,206 255,105,206 251,355,206 Laba Kotor (Margin

kontribusi) 142,789,252 242,340,794 238,590,794 242,340,794 382,590,794 145,140,794 238,590,794 242,340,794 238,590,794 386,340,794

Biaya Tetap

Pengelola

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Tenaga Ahli Unit Biogas

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Tenaga Ahli Unit Pupuk

18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 Unit Pengolahan

36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000

Listrik 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000

Pajak Bumi dan Bangunan 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000 29,500,000

Penyusutan

29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 29,775,500 Total Biaya Tetap 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500 154,075,500

Laba bersih sebelum pajak (11,286,248) 88,265,294 84,515,294 88,265,294 228,515,294 (8,934,706) 84,515,294 88,265,294 84,515,294 232,265,294

Pajak Pendapatan Usaha (4,192,937) 8,979,588 7,854,588 8,979,588 51,054,588 (3,840,206) 7,854,588 8,979,588 7,854,588 52,179,588 Laba bersih setelah pajak (7,093,311) 79,285,706 76,660,706 79,285,706 177,460,706 (5,094,500) 76,660,706 79,285,706 76,660,706 180,085,706