15
peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap merupakan respon evaluative yang dapat berbentuk positif atau negatif Azwar, 2007, h. 25.
Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting dalam mengukur suatu respon. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses yang ada dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan
keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi Adi, 2000, h. 27. Dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Peran serta
merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah dan
kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa indikator
dari respon itu adalah senang positif dan tidak senang negatif. Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga
menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang ataupun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang http:repository.usu.ac.id diakses pada
tanggal 02 Februari 2015 pukul 20.24 WIB.
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri
oleh masyarakat.Jadi, pendekatan pemberdayaan titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek,
16
tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum Setiana, 2005, h. 6.
Pada dasarnya, memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat
Kartasasmita, dalam Setiana, 2005, h. 6. Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai
dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Dalam mencapai tujuan
pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi, di antara strategi tersebut adalah modernisasi yang mengarah pada perubahan struktur
sosial, ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat setempat Setiana, 2005, h. 6. Strategi-strategi ini dapat secara luas diklasifikasi di bawah
judul-judul kebijakan dan perencanaan, aksi sosial dan politik, dan pendidikan dan penyadar-tahunan.
Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan dicapai dengan mengembangkan atau mengubah struktur-struktur dan lembaga-lembaga untuk
mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.Pemberdayaan melalui
aksi sosial dan politik menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif. Pemberdayaan melalui pendidikan dan
penyadar-tahunan menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam pengertian luas dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini
memasukkan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran –membantu masyarakat
17
memahami masyarakat dan struktur operasi, memberikan masyarakat kosakata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan yang efektif dan seterusnya Ife
Tesoriero, 2008, h. 147-148. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlu diketahui potensi atau
kekuatan yang dapat membantu proses perubahan agar dapat lebih cepat dan terarah, sebab tanpa adanya potensi atau kekuatan yang berasal dari masyarakat itu sendiri
maka seseorang, kelompok, organisasi atau masyarakat akan sulit bergerak untuk melakukan perubahan. Kekuatan pendorong ini di dalam masyarakat harus ada atau
bahkan diciptakan lebih dulu pada awal proses perubahan dan harus dapat dipertahankan selama proses perubahan itu berlangsung. Jenis-jenis kekuatan di
masyarakat adalah beragam dan dapat dikelompokkan ke dalam: 1. Kekuatan pendorong motivational forces;
Kekuatan pendorong dalam masyarakat adalah orang-orang yang punya ciri- ciri sebagai berikut:
a. Tidak puas dengan situasi kondisi yang ada. b. Mempunyai perasaan adanya sesuatu yang belum dimiliki secara
kejiwaanpsychologist. Orang-orang ini akan mudah terdorong untuk mencari hal-hal baru. Bagi
seorang motivator atau penyuluh lapangan, seandainya sasaran penyuluhan sudah merasa puas dengan kondisi situasi yang ada, maka tugas si penyuluh
adalah menciptakan kekuatan pendorong dengan jalan seperti berikut. a. Menimbulkan rasa tidak puas terhadap sesuatu hal yang dianggap perlu
dimiliki mereka. Hal demikian perlu sekali dilakukan demi maksud- maksud pembangunan yang diarahkan pada perubahan situasi yang lebih
baik dari situasi yang sudah ada.
18
b. Menimbulkan rasa bersaing untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang akan berdampak pada kehidupan mereka.
c. Menunjukkan kekurangan-kekurangan dan menyadarkan bahwa kekurangan tersebut perlu untuk diatasi, tidak dibiarkan.
2. Kekuatan bertahan resistance forces; Kekuatan ini punya tujuan untuk mempertahankan sesuatu yang telah ada di
masyarakat, mereka pada umumnya menentang inovasi yang masuk atau hanya terbatas pada inovasi tertentu yang dianggap dapat menimbulkan
perubahan langsung terhadap mereka.Ciri-ciri orang yang tergolong dalam kelompok ini adalah sebagai berikut.
a. Apatis dan tidak mudah percaya terhadap pihak luar yang dianggap sering mengecewakan.
b. Punya rasa takut yang tinggi dan lebih suka mempertahankan apa yang telah mereka punyai daripada menggantinya dengan sesuatu yang belum
mereka pahami atau ketahui. 3. Kekuatan pengganggu interference forces;
Kekuatan ini dapat kita temukan pada setiap masyarakat. Timbulnya kekuatan ini karena adanya kekuatan masyarakat yang saling bersaing untuk
dapat dukungan masyarakat dalam proses pembangunan, baik dalam alokasi biaya, persaingan harga atau tujuan politis tertentu. Kekuatan ini pada
umumya meginginkan ketidakkompakan atau perpecahan, karena mereka menyadari, jika demikian akan lebih mudah memperalat mereka untuk tujuan
pribadi atau golongan. Kekuatan pengganggu dalam masyarakat sangat penting untuk diantisipasi karena adanya kekuatan pengganggu dapat
19
mengurangi keberhasilan suatu proyek kemasyarakatan Setiana, 2005, h. 7- 9.
2.3 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.3.1 Kebijakan Publik