Peranan Pekerja Sosial Dalam Pemberdayaan KAT

39

2.5 Peranan Pekerja Sosial Dalam Pemberdayaan KAT

1. Pekerja Sosial sebagai EnablerFasilitator Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan fasilitator seringdisebut sebagai pemungkin enabler. Keduanya bahkan seringdipertukarkan satu-sama lain. Seperti dinyatakan Parsons, Jorgensen danHernandez 1994:188, The traditional role of enabler in social work implies education, facilitation, and promotion of interaction and action. Peranan Pekerja Sosial sebagai enabler ini adalah untuk memungkinkan dan memfasilitasi serta mengartikulasikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh klien agar perubahan yang diinginkan bias terwujud. 2. Pekerja Sosial sebagai Broker Ada tiga kata kunci atau prinsip utama dalam berperan sebagai broker. Tiga kata kunci itu adalah, menghubungkan linking. Pekerja sosial akan menghubungkan klien warga Partukkoan dengan lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan. Yang kedua adalah barang-barang dan pelayanan goods and services. Goods adalah barang-barang yang nyata, seperti makanan,uang, pakaian, perumahan, obat- obatan. Sedangkan services mencakupkeluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memenuhikebutuhan hidup klien, misalnya dalam hal perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan, konseling, pengasuhan anak dan yang ketiga adalah Quality Control, yang merupakan proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produk-produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.Proses ini memerlukan monitoring yang terus menerus terhadap lembagadan semua jaringan 40 pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan memilikimutu yang dapat dipertanggungjawabkan setiap saat. Selanjutnya dalam melaksanakan peran sebagai broker, ada dua pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki pekerja sosial: 1 Pengetahuan dan keterampilan melakukan asesmen kebutuhan masyarakat community needs assessment, yang meliputi: a jenis dan tipekebutuhan, b distribusi kebutuhan, c kebutuhan akan pelayanan, d pola-pola penggunaan pelayanan, dan e hambatan-hambatan dalammenjangkau pelayanan. 2 Pengetahuan dan keterampilan membangunkonsorsium dan jaringan antar organisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk amemperjelas kebijakan- kebijakan setiap lembaga, b mendefinisikan perananlembaga-lembaga, c mendefinisikan potensi dan hambatan setiap lembaga,d memilih metode guna menentukan partisipasi setiap lembaga dalammemecahkan masalah sosial masyarakat, e mengembangkan prosedur guna menghindari duplikasi pelayanan, dan f mengembangkan prosedur guna mengidentifikasi dan memenuhi kekurang-an pelayanan sosial. 3. Pekerja Sosial sebagai Mediator Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya.Peran ini sangat penting dalam paradigm generalis.Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Ketika adanya kesalahpahaman antara warga dengan pihak lembaga atau pemerintah dalam menjalankan programnya, disini pekerja social harus hadir sebagai mediator antara warga dan lembaga agar terjadi komunikasi yang baik demi berlangsungnya kegiatan pemberdayaan.Kegiatan-kegiatan yang dapat 41 dilakukan dalam melakukan peranmediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga,serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upayayang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk mencapai win-win solution.”Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela di mana bantuan pekerja sosial diarahkan untuk memenang-kan kasus klien atau membantu klien memenangkan dirinya sendiri. 4. Pekerja Sosial sebagai Advokat Pembela Seringkali pekerja sosial harus berhadapan sistem politik dalam rangkamenjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalammelaksanakan tujuan-tujuan pendampingan sosial.Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela advokat. Peran pembelaan atau advokasimerupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengankegiatan politik.Beberapa strategi dalam melakukan peran pembela adalah: keterbukaan membiarkan berbagai pandangan untuk didengar, perwakilan luas mewakili semua pelaku yang memiliki kepentingan dalam pembuatan keputusan, keadilan kesetaraan atau kesamaan sehingga posisi- posisi yang berbeda dapat diketahui sebagai bahan perbandingan, pengurangan permusuhan mengembangkan keputusan yang mampu mengurangi permusuhan dan keterasingan, informasi menyajikan masing- masing pandangan secara bersama dengan dukungan dokumen dan analisis, pendukungan mendukung patisipasi secara luas, kepekaan mendorong para pembuat keputusan untuk benar-benar mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap minat-minat dan posisi-posisi orang lain. 5. Pekerja Sosial sebagai Educator 42 Pekerja sosial disini berperan sebagai pendidik dan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan. Dalam sosialisasi program Pemberdayaan KAT, kemungkinan sebahagian masyarakat belum terlalu mengerti soal hukum, operasionalisasi, tujuan dan fungsi program itu sendiri. Dalam hal inilah pekerja sosial dapat memberikan pengetahuan yang berkenaan dengan program Pemberdayaan KAT itu sendiri. Pengetahuan lainnya juga bisa berupa sistem sumber eksternal, sumber dana , sumber ahli, berbagai petunjuk pelaksanaan program, presentasi dan pelatihan-pelatihan. 6. Pekerja Sosial sebagai Protector Pelindung Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung olehhukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindungprotectorterhadap orang-orang yang lemah danrentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindungguardian role,pekerjasosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang berisiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakuppenerapan berbagai kemampuan yang menyangkut hal-hal: akekuasaan, b pengaruh, c otoritas, dan d pengawasan sosial Hatu, 2010.

2.6 Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

3 82 130

Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

0 26 98

PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT) (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur)

0 18 2

Pengentasan kemiskinan komunitas adat terpencil melalui program pemberdayaan (studi kasus pemukiman sosial masyarakat sakai dusun Jiat Penaso, kecamatan Pinggir, kabupaten Bengkalis)

0 7 101

Analisis Sumber-Sumber dan Distribusi Pendapatan Masyarakat Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir

0 5 70

Respon Warga Binaan Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

0 7 108

Hubungan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Dengan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Di Desa Meranti Barat Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Warga Binaan Dusun Partukkoan Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provi

0 0 42

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Respon Warga Binaan Dusun Partukkoan Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Respon Warga Binaan Dusun Partukkoan Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

0 0 13