rendah, 11 partisipasi rendah, 12 beban kependudukan tinggi yang disebabkan oleh tanggungan keluarga yang besar, 13 tata kelola pemerintahan yang buruk
yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, korupsi dan jaminan sosial terhadap masyarakat rendah.
2.6. Konsep-Konsep Kemiskinan
Dalam penjabaran mengenai konsep-konsep kemiskinan yang ada, Gapri 2003 membaginya dalam tiga konsep, yaitu:
a. Ketimpangan Inequality
Suatu kemiskinan dan ketimpangan biasanya selalu berjalan bersamaan. Banyak kasus kemiskinan yang disebabkan oleh adanya ketimpangan.
Ketimpangan disini bisa dalam hal pendapatan, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan sarana prasarana
. Mencermati suatu keadaan ketimpangan pada gilirannya dapat
memotret seberapa besar kondisi gap antara satu kelompok, wilayah, gender dengan
kelompok lainnya. Hasil yang diperoleh dari analisis keduanya adalah tingkat
kedalaman dan keparahan kemiskinan. Dengan diketahuinya tingkat kedalaman
kemiskinan suatu wilayah dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan dari pemerintah pusat. Sehingga kebijakan yang diambil akan berpihak pada kondisi
masyarakat lokal. Akibatnya adalah kebijakan tersebut tepat sasaran.
b. Kerentanan Vulnerability
Suatu keadaan masyarakat yang miskin, dengan segala permasalahan yang ada sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan di sini bisa dari
pemerintah, seperti kebijakan penghapusan subsidi BBM, atau dari kondisi pasar. Perubahan yang terjadi walaupun kecil akan membawa dampak yang sangat besar
bagi masyarakat miskin. Konsep kerentanan dilandasi bahwa guncangan ekonomi maupun non-
ekonomi dapat memperparah permasalahan kemiskinan, misalnya krisis ekonomi. Kerentanan dapat diakibatkan oleh faktor eksternal seperti bencana alam yang
terjadi sesaat, seperti gunung meletus dan tsunami; gejolak alam yang bersifat musiman, seperti kekeringan, banjir atau datangnya ombak besar; gejolak ekonomi
makro yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja atau naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok; dan gangguan keamanan atau gejolak politik yang
mengganggu kestabilan aktivitas kerja; serta kematian atau sakitnya anggota keluarga.
Kerentanan juga dapat disebabkan oleh faktor internal berupa kondisi kesehatan, pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai, ataupun perilaku
dan kebiasaan yang cenderung mengakibatkan terjadinya kemiskinan seperti kebiasaan berjudi atau pola hidup yang terlalu konsumtif dan tidak adanya
kebiasaan menabung. Pemerintah sebagai pihak pembuat kebijakan dan sebagai stabilisator harus
mampu membaca kondisi kerentanan yang ada di masyarakat. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan potensi suatu wilayah, baik dari sisi
produksi dan dari sisi nilai tambah.
c. Ketersisihan Exclusion