Keterangan:
1 Tingkat kemiskinan desa ke-i adalah penggabungan dari jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Pra Sejahtera 1 yang ada pada data PODES tahun 2000, 2003, dan 2006.
2 Penduduk, dalam variabel penduduk ini dipergunakan persentase jumlah penduduk miskin dan tingkat kepadatan penduduk miskin. Untuk kepadatan penduduk miskin diperoleh dengan formulasi:
3
Wilayah Luas
Miskin Penduduk
Jumlah Miskin
Penduduk Kepadatan
Tingkat =
dengan satuan jiwakm
2
. 4 Matriks Kontiguitas adalah matriks yang entri-entrinya adalah nilai pembobotan yang diberikan
untuk perbandingan antar daerah. Matriks Kontiguitas merupakan matriks invers yang distandarisasi dengan didasarkan pada data dari nilai centroid dari tiap desa terhadap pusat kegiatan dari kabupaten
yang membawahi. 5 Kedekatan dengan konsentrasi jumlah penduduk =
1 1
−
ij
d
x Pdk
i
6 Kedekatan dengan jarak pasar =
1 1
−
ij
d
x JrPsr
i
7 Kedekatan dengan jumlah industri =
1 1
−
ij
d
x Inds
i
8
Kedekatan dengan luas wilayah =
1 1
−
ij
d
x Ls
i
3.5. Kerangka Pemikiran
Persoalan kemiskinan adalah suatu permasalahan yang sudah ada sejak dahulu. Kemiskinan biasanya digambarkan dengan keterbelakangan dan
ketertinggalan. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan
lainnya yang tersedia. Dalam penelitian ini, isu mengenai kemiskinan menjadi dasar utama. Kondisi nyata yang terjadi di masyarakat dengan segala permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat dengan bermuara pada masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah ditemukan di mana-mana. Fakta
kemiskinan baik menyangkut individu maupun masyarakat akan mudah dilihat, walaupun baru sekedar persepsi atau penilaian kualitatif. Kemiskinan dari sisi
ekonomi dan waktu sangat berfluktuasi dan sangat rentan terhadap gejolak ekonomi makro, guncangan politik, dan sebab lain. Walaupun jumlah penduduk
miskin di suatu waktu menurun, pada sebagian orang hanya sesaat saja dan akan kembali miskin apabila ada guncangan.
Persebaran dari kemiskinan yang terjadi pada suatu kawasan bisa membentuk suatu pola karakteristik dari persebaran kemiskinan yang sering
disebut dengan kantong kemiskinan. Salah satu fenomena yang muncul adalah semakin jauh suatu tempat dari titik pertumbuhan growth centre akan semakin
tingkat kemiskinan penghuninya. Titik pertumbuhan itu sendiri biasanya berlokasi di perkotaan yang merupakan pusat administrasi pemerintahan, pusat perdagangan,
serta pusat dari berbagai fasilitas sosial dan ekonomi. Selain itu persebaran dari kantong kemiskinan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik dan ciri
dari kantong kemiskinan tersebut, yaitu: 1 Daerah Terpencil Remote Area yaitu daerah yang jauh dari titik pertumbuhan yang hampir tidakbelum tersentuh oleh
pembangunan. 2 Daerah Perdesaan Rural Area, secara relatif daerah perdesaan lebih miskin dari daerah perkotaan. Lebih spesifik lagi, yang dimaksud dengan
daerah perdesaan di sini adalah daerah yang basis perekonomiannya dari sektor pertanian. 3 Daerah Pinggiran Kota Sub-urban Area. Masyarakatnya dapat
dikategorikan berpenghasilan menengah ke bawah yang rentan perekonomiannya dan potensial untuk menjadi miskin. 4 Daerah Kumuh Perkotaan Urban Slum.
Penghuni daerah kumuh perkotaan ini biasanya kaum migran. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan
bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana
ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan
pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak
dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan
tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama
akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan
kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan. Substansi penelitian ini bertujuan untuk menjawab 3 tiga pertanyaan
penelitian mengenai permasalahan kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Lebak. Permasalahan pertama yang ditinjau dalam penelitian ini adalah adanya isu
mengenai adanya kantong kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Lebak. Untuk mengetahui bagaimana pola dari kantong kemiskinan yang terjadi dilakukan
analisis visual spasial diskriptif, yaitu dengan melakukan pemetaan terhadap variabel persentase jumlah penduduk miskin dan tingkat kepadatan penduduk
miskin serta gabungan dari kedua variabel tersebut yang terjadi di Kabupaten Lebak. Penggunaan data PODES untuk analisis autokorelasi spasial dengan Indeks
Geary dan Moran sebagai alat analisisnya dimaksudkan untuk memperkuat pola spasial kemiskinan tingkat desa di Kabupaten Lebak yang dihasilkan dari analisis
visual spasial diskriptif. Dari hasil pengolahan indeks ini akan terlihat pola spasial persebaran kemiskinan yang terjadi, apakah mengelompok, menyebar atau random.
Setelah diketahui pola sebaran dari kantong kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Lebak, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis faktor yang
menyebabkan munculnya kemiskinan di Kabupaten Lebak. Penyebab kemiskinan di Kabupaten Lebak dalam penelitian ini di bagi menjadi 4 kategori, yaitu:
pertama, faktor karakteristik wilayah. Kedua, karakteristik struktur ekonomi dan sosial. Ketiga, sarana dan prasarana. Keempat, dari sisi sumber daya manusia.
Identifikasi analisis dari faktor penyebab kemiskinan yang terjadi dilakukan melalui suatu analisis regresi spasial. Penggunaan analisis regresi spasial
dimaksudkan untuk mengetahui faktor penyebab kemiskiskinan di Kabupaten Lebak selain dari faktor yang disebutkan dalam kategori diatas, juga melihat dari
unsur kedekatan antar daerah desa di Kabupaten Lebak. Unsur kedekatan disini ditunjukkan dalam bentuk matriks kontiguitas Matriks Wd
ij
, yang digunakan sebagai pengkali terhadap variabel yang dianggap mempunyai unsur spasial.
Hasil dari perhitungan autokorelasi spasial dengan menggunakan Indeks Geary dan Moran, dan regresi spasial dihubungkan dengan kebijakan-kebijakan
yang berlaku di Kabupaten Lebak. Kebijakan ini dalam bentuk RPJPD, RPJMD,
dan RTRW. Dalam langkah ini, yang dilihat adalah apakah hasil dari pemetaan dan perhitungan dalam regresi spasial sudah mendukung atau sesuai dengan langkah
kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lebak. Setelah sebaran dan faktor penyebab kemiskinan diketahui,
maka diharapkan pemerintah mampu membuat suatu kebijakan yang mendukung pengentasan kemiskinan yang terjadi. Kebijakan di sini diharapkan mampu
menjawab harapan dari masyarakat. Jika melihat dari masih banyak faktor yang menjadi penyebab dari munculnya kemiskinan masyarakat, dengan masing-masing
karakteristik dari persebaran kemiskinan yang terjadi antar wilayah yang tidak sama, maka sewajarnya pemerintah yang berwenang mampu menetapkan suatu
kebijakan penanganan kemiskinan dengan mulai mempertimbangkan karakteristik dari tiap kemiskinan yang terjadi. Diagram kerangka pemikiran dan matriks
analisis penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.2.
Gambar 3.2. Kerangka Pemikiran
Kondisi Permasalahan Masyarakat
Kemiskinan
• Daerah Terpencil Remote Area
• Daerah Pedesaan Rural Area • Daerah Pinggiran Kota Sub-
urban Area • Daerah Kumuh Perkotaan
Urban Slum
Faktor penyebab :
- Karakteristik wilayah - Struktur ekonomi dan
sosial - Sarana prasarana
- SDM
Rekomendasi Kebijakan :
Bentuk Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Karakteristik Persebaran
Kemiskinan
Tabel 3.2. Matriks Analisis Penelitian
No Tujuan
Metode Analisis Jenis dan Sumber
Data Keluaran
1 Menganalisis pola spasial
sebaran kemiskinan di
Kabupaten Lebak.
• Spasial Autocorrelation
Geary’s Moran Index
• Analisis visual- spasial
deskriptif Data PODES
Kabupaten Lebak Tahun 2000, 2003,
dan 2004. Sumber : BPS
• Pola spasial persebaran
kemiskinan
2 Menganalisis
faktor-faktor penyebab
kemiskinan di Kabupaten
Lebak. Regresi spasial
Data PODES Kabupaten Lebak
Tahun 2000, 2003, dan 2006.
Sumber : BPS Faktor-faktor spasial
dan non spasial yang mempengaruhi
kemiskinan
3 Menganalisis kebijakan
pemerintah daerah untuk
pengentasan kemiskinan
Analisis Deskriptif
mengenai: • Strategi dan
arah kebijakan pembangunan
• Kendala yang dihadapi
• Ketercapaian • Data RTRW
Tahun 2008-2028 • Data RPJPD
Tahun 2008-2028 • RPJMD Tahun
2009-2014 Sumber : Bappeda
Rekomendasi kebijakan
dihubungkan dengan hasil analisis.
3.6. Hipotesis Penelitian