Rendahnya Kepemilikan Aset Jenis-Jenis Kemiskinan

2.10. Kebijakan Pengembangan

Wilayah. Perumusan kebijaksanaan termasuk salah satu bentuk kegiatan manajemen perencanaan Harmadi, 2008. Kebijaksanaan publik public policy yang dikeluarkan oleh pembuat kebijaksanaan harus selalu berorientasi pada tujuan dan manfaat bagi publik serta bersifat adil. Pembuat kebijaksanaan harus memperhitungkan berbagai aspek dengan cermat dan menyeluruh, karena setiap produk kebijaksanaan selalu akan berdampak secara multidimensional terhadap publik. Aspek-aspek yang dipertimbangkan tersebut antara lain ekonomi, teknis, politik, administratif, nilai-nilai agama, etika, budaya, dan filsafat. Dalam pembuatan kebijaksanaan diawali dengan Harmadi, 2008: a penyusunan agenda kebijaksanaan, dan b formulasi kebijaksanaan Berikut ini adalah gambar mengenai proses kebijakan publik dan analisis kebijakan publik: Gambar 2.1. Proses Kebijakan Publik dan Proses Analisis Kebijakan Publik Sumber : Wihadanto 2009 Agenda kebijaksanaan bersumber pada perumusan masalah yang bersifat publik. Masalah yang dirumuskan tersebut berasal dari masalah-masalah individu yang berkembang menjadi masalah sosial. Selanjutnya, dengan pemerintah dengan mengintervensi masalah sosial tersebut maka meningkat menjadi masalah formal atau masalah institusional. Untuk mendalami hakikat suatu masalah perlu dipahami hubungan masalah pokok problems dengan hal-hal lain di sekitarnya. Ada dua hal lain di sekitar masalah, yaitu bahwa masalah ada hubungannya dengan sebab causes atau isu dan gejala symptoms. Setiap masalah pasti ditimbulkan oleh sebab dan menimbulkan gejala. Misalnya, karena migrasi desa-kota maka dapat menimbulkan masalah pemukiman kumuh slums dan gejala kualitas lingkungan pemukiman yang jelek. Suatu kebijakan yang diambil bisa dibagi menjadi tiga sub bagian, yaitu Sadyohutomo, 2008 a Memahami masalah secara benar harus dapat dibedakan antara sebab isu, masalah, dan gejala masalah. Kalau tidak, pemecahan masalah dapat kurang efektif karena mungkin bukan pada akar permasalahannya, tetapi hanya pada gejalanya. Pada kenyataan kehidupan sehari-hari, suatu masalah biasanya dapat ditimbulkan oleh lebih dari satu sebab dan dapat menimbulkan gejala yang lebih dari satu juga. Perlu dipahami bahwa dalam menentukan batasan antara sebab, masalah, dan gejala bersifat relatif karena tergantung dalam konteks mana kita mengamati sesuatu fenomena yang terjadi di masyarakat. b Sebab, masalah, dan gejala, mempunyai hubungan kausalitas. Hubungan kausalitas tersebut ada yang bersifat satu arah dan ada yang bersifat dua arah. Hubungan dua arah artinya antara sebab dan akibat atau gejala saling memengaruhi sehingga sering kabur antara mana sebab dan mana akibat. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan unsur-unsur sebab, akibat, dan gejala yang jamak lebih dari satu maka menunjukkan suatu kondisi permasalahan yang kompleks. Permasalahan yang kompleks mempunyai dimensi yang jamak multidimensi. Bukan lagi hubungan yang bersifat linier, tetapi merupakan suatu hubungan kesisteman. c Identifikasi, analisis, dan pemecahan permasalahan yang kompleks, diperlukan pendekatan dari berbagai aspeksudut pandang dan menggunakan ilmu multidisiplin. Secara lebih ringkas, pembagian dari pengambilan suatu kebijakan dapat terlihat dari Gambar 2.2 berikut ini: Gambar 2.2. Hubungan Linear Permasalahan Sumber: Sadyohutomo 2008

2.11. Konsep-Konsep Statistika Dasar

Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa konsep teori dari statistika dasar. Berikut ini adalah beberapa istilah dan konsep yang dipergunakan:

a. Korelasi

Dalam teori probabilitas dan statistika, korelasi, juga disebut koefisien korelasi, adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak random variable Gujarati, 2003. Salah satu jenis korelasi yang paling populer adalah koefisien korelasi momen, produk Pearson, yang diperoleh dengan membagi kovarians kedua variabel dengan perkalian simpangan bakunya. Sifat matematis dari koefisien korelasi ini adalah: Korelasi X, Y antara dua peubah acak X dan Y dengan nilai yang diharapkan X dan Y dan simpangan baku X dan Y didefinisikan sebagai Gujarati, 2003 : cov , , X Y X Y X Y E X Y X Y X Y μ μ ρ σ σ σ σ − − = = Karena X = EX, X 2 = EX 2 − E 2 X dan demikian pula untuk Y, maka dapat pula ditulis Gujarati, 2003: 2 2 2 2 , E XY E X E Y X Y E X E X E Y E Y ρ − = − −