di Kabupaten Lebak. Overlay dimaksudkan untuk melihat kategori kelas persebaran kemiskinan di Kabupaten Lebak. Kategorisasi dimaksudkan
untuk menentukan prioritas dari kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.
d. Langkah awal adalah dengan membagi data tabular ke dalam kelas. e. Cara yang diambil untuk melakukan pembagian kelas variabel dilakukan
dengan didasarkan pada pola data Lampiran 1.
Pembagian kelas dalam analisis ini ditunjukkan oleh Tabel 3.3 Tabel 3.3. Pembagian Kelas Variabel
Persentase Jumlah KK Miskin Tingkat Kepadatan Penduduk KK
Miskin
Kode Kelas
Kode Kelas
J1 Sedikit
K1 Rendah
J2 Sedang
K2 Sedang
J3 Banyak
K3 Tinggi
J4 Sangat Banyak
K4 Sangat Tinggi
Selain didasarkan pada pola data yang ada, kriteria dari pengklasifikasian menjadi 4 kelas dalam program ArcGis 9.2 juga didasarkan pada 5 metode
pengklasifikasian yaitu: • Equal Area, yaitu metode pengklasifikasian dengan jumlah luas
kawasan area dengan kriteria sama mempunyai luas yang sama. • Equal Interval, yaitu metode pengklasifikasian dengan jumlah luas
kawasan area dengan kriteria sama dan interval yang sama. • Natural Break adalah metode pengklasifikasian dengan didasarkan
pada pola homogenitas cluster dari suatu data tabular. • Quantile, yaitu metode pengklasifikasian pembagian luas suatu
kawasan dengan membagi menjadi 4 luasan. • Standard Deviation, yaitu metode membagi kelas dengan cara
menambah mean dan 1
st
Standard Deviation untuk kelas 1, mean dan 2x Standard Deviation, dst.
Dari lima metode diatas, dengan metode trial and error kepada tiap-tiap metode akan diketahui hasil yang terbaik. Hasil yang paling baik itulah
yang menjadi dasar dari pemilihan metode kriteria pengklasifikasian kelas. f. Langkah selanjutnya adalah melakukan overlay, yaitu penggabungan antara
variabel
persentase jumlah KK miskin
dan tingkat kepadatan penduduk KK miskin di Kabupaten Lebak. Overlay ini dilakukan untuk mengetahui
kelompok pembagian kemiskinan desa. g. Setelah dilakukan overlay, langkah selanjutnya adalah penentuan kelas
kebijakan dalam hal ini didasarkan pada matriks berikut ini:
Persentase Jumlah KK
Miskin jiwa
Tingkat Kepadatan Penduduk KK Miskin KKkm
2
KELAS RENDAH
K1 SEDANG
K2 TINGGI
K3 SANGAT
TINGGI K4
SEDIKIT J1
J1 K1 1
J1 K2 2
J1 K3 3
J1 K4 4
SEDANG J2
J2 K1 5
J2 K2 6
J2 K3 7
J2 K4 8
BANYAK J3
J3 K1 9
J3 K2 10
J3 K3 11
J3 K4 12
SANGAT BANYAK
J4 J4 K1
13 J4 K2
14 J4 K3
15 J4 K4
16
Gambar 3.3. Matriks Pembagian Kelas Kemiskinan Desa Berdasarkan Persentase Jumlah KK Miskin dan Tingkat Kepadatan Penduduk KK Miskin.
Kelas kategori yang menjadi prioritas 1 dari kebijakan adalah kelas 16 J4 K4 dengan warna merah. Yaitu persentase jumlah KK miskin sangat
banyak dan tingkat kepadatan penduduk KK miskin sangat tinggi. Kemudian priortitas yang kedua adalah kelas 11 J3 K3, kelas 12 J3 K4,
kelas 15 J4 K3. Selanjutnya adalah kelompok kelas prioritas ketiga, yaitu kelas 6 J2 K2, kelas 7 J2 K3, kelas 8 J2 K4, kelas 10 J3 K2, dan
Prioritas 1
Prioritas 3
Prioritas 4
Prioritas 2
kelas 14 J4 K2. Prioritas terakhir adalah kelompok prioritas 4, yaitu kelas 2 J1 K2, kelas 3 J1 K3, kelas 4 J1 K4, kelas 5 J2 K1, kelas 9 J3 K1,
dan kelas 13 J4 K1. Dengan diketahuinya pemusatan dari kantong kemiskinan di Kabupaten
Lebak, diharapkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah mampu mengakomodir dan memberlakukan penanganan kemiskinan berdasarkan
pada karakteristik kemiskinan yang terjadi pada masing-masing daerah desa tersebut.
h. Untuk lebih memudahkan dalam melihat komposisi dari pembagian prioritas kebijakan terhadap persebaran kantong kemiskinan yang terjadi di
Kabupaten Lebak maka pembagian cluster peta didasarkan komposisi pembagian warna prioritas kebijakan seperti terlihat dalam pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Komposisi Pembagian Warna Prioritas Kebijakan
Prioritas Warna
Prioritas 1 Prioritas 2
Prioritas 3
Setelah diketahui komposisi desa-desa yang termasuk dalam pembagian kelompok prioritas kebijakan, maka pemerintah dapat dengan mudah
menentukan desa manakah yang menjadi pusat pembentukan kantong kemiskinan. Dengan harapan bahwa kebijakan yang diambil oleh
pemerintah mampu melihat karakteristik kemiskinan yang selama ini menjadi masalah dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
d. Analisis Deskriptif Kebijakan Pemerintah untuk Penanggulangan
Kemiskinan di Kabupaten Lebak .
Analisis deskriptif adalah suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugusan data, sehingga memberikan informasi
yang berguna Idrus, 2009. Analisis deskriptif ini pada dasarnya adalah pendeskripsian suatu proses yang mencakup upaya penelusuran dan pengungkapan
informasi yang relevan terkandung dalam data. Dalam penelitian ini, yang dilakukan adalah mendeskriptifkan mengenai penggambaran kebijakan
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Lebak.
Penggambaran kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lebak dengan melihat dan mendeskripsikan
program-program dan isu yang ada dalam RPJPD Kabupaten Lebak Tahun 2008 – 2028, RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2009 – 2014, dan Rencana Tata Ruang
Wilayah RTRW Kabupaten Lebak Tahun 2008 – 2028. Selain itu kebijakan yang
diambil tersebut dihubungkan dengan hasil analisis autokorelasi spasial dalam Indeks Geary dan Moran, analisis visual deskriptif mengenai pola dari kemiskinan
yang terbentuk serta faktor yang dianggap menjadi penyebab kemiskinan yang diketahui dari hasil analisis regresi spasial. Sehingga akan diketahui apakah hasil
analisis dalam penelitian ini mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Lebak, dan dapat dijelaskan jenis kebijakan yang seharusnya diambil
oleh pemerintah Kabupaten Lebak dalam upayanya untuk mengatasi masalah kemiskinan.
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Geografis Dan Iklim
Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25- 106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha 3.044,72 Km² yang terdiri
dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang
Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Cibeber dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Kalanganyar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008 No. Kecamatan
Luas Wilayah
Ha No. Kecamatan
Luas Wilayah
Ha 1 Malingping
9.490,51 15 Cipanas
6.014,75 2 Wanasalam 10.445,84
16 Sajira 9.649,82
3 Panggarangan 16.378,05 17 Cimarga
17.289,26 4 Bayah
13.236,86 18 Cikulur
5.700,50 5 Cilograng
8.870,33 19 Warunggunung
4.366,72 6 Cibeber
36.967,24 20 Cibadak
3.349,13 7 Cijaku
10.560,42 21 Rangkasbitung 6.795,61
8 Banjarsari 13.587,65
22 Maja 7.256,44
9 Cileles 15.264,36
23 Curugbitung 8.540,63 10 Gunungkencana
12.742,46 24 Cihara
11.452,12 11 Bojongmanik 8.908,45
25 Cigemblong 14.123,46 12 Leuwidamar 12.944,49
26 Cirinten 11.232,71
13 Muncang 8.038,72
27 Lebakgedong 8.446,20 14 Sobang
10.257,55 28 Kalanganyar 2.579,71
Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007
Sedangkan dari kondisi jarak dari Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung sebagai Ibu Kota Kabupaten Lebak, Kecamatan paling jauh adalah
Kecamatan Cilograng sejauh 160 KM, Kecamatan paling dekat adalah Kecamatan Rangkasbitung dengan jarak 1 KM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2. Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung No.
Kecamatan Jarak KM
No. Kecamatan
Jarak KM 1
Malingping 100
15 Leuwidamar
20 2
Wanasalam 99
16 Muncang
37 3
Panggarangan 127
17 Sobang
62 4
Cihara 105
18 Cipanas
38 5
Bayah 135
19 Lebakgedong
47 6
Cilograng 160
20 Sajira
27 7
Cibeber 152
21 Cimarga
9 8
Cijaku 80
22 Cikulur
17 9
Cigemblong 77
23 Warunggunung
10 10 Banjarsari
70 24
Cibadak 5
11 Cileles 50
25 Rangkasbitung
1 12 Gunungkencana
58 26
Kalanganyar 1
13 Bojongmanik 36
27 Maja
21 14 Cirinten
45 28
Curugbitung 34
Sumber : Lebak Dalam Angka, 2008 Lahan dan Kawasan beserta luas dan sebarannya yang berada di Kabupaten
Lebak meliputi : 1. Kawasan
yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya, pengembangan kawasan dikaitkan dengan fungsi hidrologis, mencakup
lahan seluas 63.845 ha 22,32 dari luas total Kabupaten Lebak, terdiri dari:
Kawasan hutan lindung luas 29.975 ha, Kawasan hutan lindung tersebar di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan
Sobang, Kecamatan Cijaku, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cibeber, dan Kecamatan Bayah.
Kawasan resapan air luas 33.870 ha, Sebaran kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan
Sobang, Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan Gunungkencana,
Kecamatan Cijaku, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cilograng, Kecamatan Cibeber, dan Kecamatan Bayah.
2. Kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung yang merupakan
kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lebak seluas 10.595 Ha 3,7 dari luas total Kabupaten Lebak, terdiri dari :
Sempadan pantai, sebaran sempadan pantai terdapat di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Panggarangan, Cihara, Cibeber dan
Kecamatan Bayah dengan panjang garis pantai sekitar 91,42 Km. Sempadan sungai, perlindungan terhadap sempadan sungai
dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan sekitar mata air, Perlindungan terhadap kawasan sekitar
mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan
sekitamya, sedangkan kriteria kawasan lindung untuk kawasan mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di
sekitar mata air. 3.
Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri dari : Taman nasional luas cakupan sebesar 16.380 ha,Taman nasional
yang terdapat di Kabupaten Lebak adalah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas,
Lebakgedong, Sobang, Muncang dan Cibeber dengan luas 16.380 ha 5,71 dari luas total Kabupaten Lebak.
Kawasan cagar budaya, adalah cagar budaya Masyarakat Baduy dengan luas sebesar 5.102 ha atau 1,79 dari luas total Kabupaten
Lebak. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-
peninggalan sejarah dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Kawasan Ilmu Pengetahuan, Kawasan yang diperuntukkan untuk kawasan Ilmu pengetahuan terdapat di sekitar wilayah
pertambangan bersyarat. Sesuai dengan lokasinya diharapkan kawasan ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan adalah Ilmu
Pengetahuan berbasis pertambangan. 4.
Kawasan rawan bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.
Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah. Berdasarkan zonasi kerentanan gerakan tanah, maka kawasan rawan bencana alam di
Kabupaten Lebak diidentifikasi seluas 1.300 ha 0,95 dari luas total Kabupaten Lebak. Adapun sebaran kawasan rawan bencana
alam terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Bayah, Kecamatan Bojongmanik, dan Kecamatan Leuwidamar. Pada
kawasan dengan kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi, sebagaimana yang banyak terdapat di Kabupaten Lebak masih
dimungkinkan adanya kantung-kantung daerah layak huni akan tetapi alangkah lebih baik bila kawasan seperti ini mendapat
penelitian geologi teknik yang lebih rinci apabila akan dimanfaatkan.
Kawasan Rawan Banjir. Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula
kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan
bahwa hampir seluruh wilayah Kabupaten Lebak rawan terhadap bencana banjir, terutama di wilayah-wilayah sekitar bantaran sungai
dan wilayah pantai.
Luas kawasan Lindung atau kawasan yang mempunyai fungsi lindung di Kabupaten Lebak mencapai 31,93. Luasan tersebut sangat proporsional
untuk suatu wilayah dalam menjaga daya dukung lingkungan. Kondisi tersebut sesuai juga dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, di mana suatu wilayah diharapkan mempunyai persentase luasan kawasan lindung sebesar 30.
4.2. Demografi
Dari sisi demografi, yang perlu untuk digarisbawahi adalah terjadinya dua kali pemekaran wilayah, pertama pada tahun 2004 yang menjadikan Kabupaten
Lebak memiliki 23 kecamatan dan yang kedua terjadi pada tahun 2006, sehingga Kabupaten Lebak secara administratif terdiri dari 28 kecamatan. Fenomena ini
akan berdampak pada distribusi penduduk pada tiap kecamatan, sehingga praktis hanya tiga tahun terakhir perbandingan distribusi penduduk dapat dilakukan.
Jumlah penduduk Kabupaten Lebak dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini terbukti oleh kenaikan
jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 77.472 jiwa dari kondisi jumlah penduduk pada tahun 2004 yang mencapai 1.156.433 jiwa. Dari jumlah penduduk
sebesar 1.233.905 jiwa pada tahun 2008, lebih dari 40-nya berada di wilayah utara Kabupaten Lebak, sedangkan di wilayah tengah dan selatan Kabupaten Lebak
cenderung memiliki sebaran yang sama, yaitu berkisar pada angka 30 dari jumlah penduduk Kabupaten Lebak. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi penduduk
di Kabupaten Lebak masih berorientasi ke utara atau mendekati pusat pemerintahan, yang sekaligus juga sebagai pusat perekonomian daerah. Fakta ini
diperkuat oleh proporsi penduduk yang mencapai angka 9 lebih dari total penduduk kabupaten berada pada Kecamatan Rangkasbitung sebagai ibukota
Kabupaten Lebak. Bandingkan dengan kecamatan lainnya yang proporsi tertingginya hanya berkisar pada angka 5 dari total penduduk Kabupaten Lebak.
Bahkan di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Bojongmanik, Cigemblong dan Lebakgedong hanya mencapai proporsi penduduk sebesar 1,7 dari total penduduk
Kabupaten Lebak. Fenomena distribusi penduduk yang kurang merata di atas,
mengindikasikan adanya daya tarik yang lebih kuat di wilayah utara kabupaten sehingga mendorong penduduk untuk menetap dan beraktifitas. Selengkapnya
mengenai jumlah penduduk dan distribusinya di tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3.