pengambilan kebijakan, serta keamanan individu yang sangat kurang. Selain itu, profil kemiskinan juga dapat ditelaah dari tipologi kemiskinan di tingkat komunitas
atau wilayah . Kajian kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama
menggunakan pemetaan kemiskinan poverty mapping melalui sensus lengkap secara langsung, atau model regresi untuk estimasi angka kemiskinan di setiap
wilayah misalnya desa atau kecamatan berdasarkan gabungan beberapa sumber data sekunder, seperti sensus penduduk dan survei-survei rumah tangga Idrus,
2009. Ini memungkinkan kita untuk memperoleh jumlah dan persentase penduduk miskin sampai dengan tingkat wilayah desakelurahan. Kedua, mengidentifikasi
kemiskinan atau ketertinggalan wilayah adalah berdasarkan data sekunder tentang potensi desa. Dari hasil PODES, misalnya, informasi yang diperoleh antara lain
jumlah dan nama desakelurahan yang tergolong miskin karena sebagian besar penduduknya miskin, atau kumuh dari aspek lingkungan pemukiman penduduknya,
atau tertinggal dari aspek pembangunan infrastruktur dasar di suatu wilayah. Sementara kemiskinan wilayah bermanfaat untuk melihat profil kemajuan
pembangunan sosial dan ekonomi di tingkat desakelurahan. Lebih penting lagi, hasil kajian ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi desa-desa miskin dan
tertinggal menurut tipologinya. Dengan mempertimbangkan tipologi kemiskinan wilayah yang berbeda,
maka akan diharapkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat tepat sasaran. Kajian tentang kemiskinan wilayah hendaknya juga ditinjau dari berbagai aspek
kewilayahan lainnya, seperti letak geografis, status daerah perkotaan dan perdesaan.
2.4. Faktor Penyebab Kemiskinan
Permasalahan kemiskinan umumnya dihadapi oleh masyarakat pesisir, pertanian dan masyarakat perkotaan. Juga di samping itu, muncul pula isu gender
dalam kehidupan masyarakat miskin. Pada umumnya di Kabupaten Lebak ditandai kehidupan masyarakat tradisional dicirikan dengan perkampungan-perkampungan
miskin dan rumah kumuh, dengan akses yang sangat terbatas. Banyak faktor
penyebab dari sudut pandang ekonomi, kondisi ekonomi masyarakat mempunyai keterbatasan modal, sarana – prasarana dalam menjalankan profesinya.
Untuk faktor pertanian, umumnya disebabkan karena rendahnya modal sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, infrastruktur dan sosial.
Modal sumber daya manusia meliputi keterampilan, ilmu pengetahuan, kemampuan untuk bekerja keras dan kesehatan. Modal sumber daya akan
mencakup tingkat kepemilikan dan kesuburan tanah serta sumber daya alam lainnya. Modal keuangan berkaitan dengan kesulitan memperoleh bantuan dana
dari lembaga- lembaga keuangan. Modal infrastruktur terutama menyangkut keterbatasan penyediaan fisik, seperti : jaringan irigasi, serta sarana prasarana
lainnya yang memakai untuk memasarkan hasil-hasil produksi pertanian. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di Kabupaten Lebak pada
umumnya ditandai dengan rendahnya akses terhadap sumber daya. Padahal akses tersebut merupakan peluang untuk menggunakan sarana–prasarana dalam
melakukan proses produksi. Keterbatasan akses tersebut mencakup akses terhadap penggunaan teknologi, informasi, kredit, pelayanan kesehatan,sumber energi dan
telekomunikasi. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan adanya kemiskinan Todaro dan Smith, 2006:
a. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha
Kesempatan kerja di sektor modern setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998. Lambatnya pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh pada
pertumbuhan sektor usaha. Di sisi yang lain pertumbuhan jumlah tenaga kerja terjadi dengan sangat cepat, akibat yang terjadi adalah jumlah
pengangguran yang semakin tinggi. Lambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh berbagai kebijakan yang menyebabkan meningkatnya biaya
transaksi, sehingga tidak kondusif terhadap peningkatan investasi. Selain itu pertumbuhan sarana dan prasarana pendukung kegiatan usaha juga bergerak
dengan sangat lambat.
b. Terbatasnya Akses terhadap Faktor Produksi