Statistik Siklus I
Siklus II
Nilai tertinggi 96
95 Nilai terendah
39 50
Rata-rata 64
73,3 Standar deviasi
14,78 13,19
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai pada siklus II mengalami peningkatan sebesar10,3 point. Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:
Diagram 4 Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
4. Wawancara Selain data yang diperoleh dari lembar observasi dan tes
kemampuan berpikir kreatif matematis, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa.
Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan. Wawancara yang dilakukan pada guru sebelum tindakan
penelitian pendahuluan diperoleh beberapa informasi diantaranya dalam
58 60
62 64
66 68
70 72
74
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
menyelesaikan masalah soal siswa tidak terbiasa dengan proses melainkan lebih tertarik kepada hasil. Dalam arti sebagian besar siswa kurang
memperhatikan bahkan
cenderung mengabaikan
proses dalam
menyelesaikan soalmasalah, mereka hanya tertuju kepada hasil yang benar. Keterangan yang sama tersebut diperoleh melalui wawancara siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa setelah tindakan yaitu setelah siklus II diperoleh informasi bahwa beberapa
aktivitas yang dianggap kurang bahkan tidak terbiasa telah menunjukkan peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan strategi MHM.
Secara rinci hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran.
C. Interpretasi Hasil Analisis
Penerapan pembelajaran dengan strategi MHM menuntut aktivitas siswa dalam berperan aktif. Aspek-aspek dalam strategi MHM menuntut
siswa untuk dapat aktif dalam mengeksplorasikan ide-ide matematis dan juga dalam menuangkan ide tersebut kedalam tulisan. Hal-hal tersebut
diterapkan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus II indikator-indikator keberhasilan yang diukur pada penelitian ini sudah mencapai target yang
diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan tentang aktivitas belajar siswa
dalam berpikir kreatif matematis melalui lembar observasi, menunjukkan peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran dengan strategi MHM.
Pada siklus I hasil pengamatan melalui lembar observasi diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dalam berpikir kreatif
matematis sebesar 64,31 dengan kategori aktivitas belajar siswa terbilang cukup baik. Hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh
persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 75,41 dengan kategori aktivitas belajar siswa terbilang baik. Hal ini menunjukkan peningkatan
rata-rata aktivitas belajar sebesar 11,1. Seluruh aspek aktivitas belajar sudah mencapai persentase yang diharapkan dalam penelitian ini. Rata-rata
persentase aspek aktivitas belajar dalam berpikir kreatif matematis
maksimal yaitu kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matemtis yang dijelaskan secara lisan pada saat diskusi antar teman terjadi
dan juga membuat gambar atau sketsa lingkaran, sedangkan rata-rata persentase aktivitas belajar dalam berpikir kreatif matematis minimal yaitu
kemampuan siswa memperhatikan penjelasan guru di depan kelas dan menyelesaikan penyelesaian dengan menuangkannya ke daslam
tulisan.Sementara itu kemampuan siswa dalam menyelesaikan tahap demi tahap proses berpikir kreatif yang juga merupkan hasil pengamatan
melalui lembar observasi, pada siklus I mencapai 63,73 pada siklus II meningkat menjadi 76,01. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
siswa dalam tahap proses berpikir kreatif meningkat sebesar 12,28. Sedangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diperoleh
dari tes akhir siklus I dan II terlihat mengalami peningkatan sebesar 9,3 point dari skor rata-rata 64 menjadi 73,3.
Lembar jurnal harian siswa yang menunjukkan respon yang baik terhadap penerapan pembelajaran dengan strategi MHM yang mencapai
63,75 pada siklus I dan meningkat menjadi 80,625 pada siklus II. Menunjukkan bahwa siswa memiliki antusias yang cukup tinggi ketika
melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam berpikir kreatif, yang tidak pernah mereka lakukan dalam belajar matematika sebelumnya.
Hasil wawancara terhadap beberapa siswa diperoleh informasi bahwa penerapan pembelajaran dengan strategi MHM memberikan nuansa
belajar yang baru bagi siswa. Belajar matematika dengan cara yang berbeda membuat siswa bersemangat dalam belajar matematika. Masing-
masing siswa juga merasakan manfaat penerapan strategi MHM dalam pembelajaran
matematika, diantaranya
siswa yang
kemampuan matematikanya rendah dapat menambah ilmu dan pengetahuan mereka
dalam menyelesaikan masalahsoal melalui teman pasangandiskusinya dalam diskusi strategi MHM. Sementara itu siswa yang memiliki
kemampuan lebih baik akan semakin merasa bangga dengan mempresentasikan hasil eksplorasi ide-ide matematisnya kepada teman
pasangandiskusinya. Selain itu pemahaman, perencanaan dan gambar sebagai ilustrasi masalah semakin mempermudah siswa dalam
menyelesaikan masalahsoal. Beberapa siswa juga mengungkapkan bahwa belajar lebih menyenangkan apabila dapat bertukar pikiranberdiskusi
dengan teman. Sehingga dapat dikatakan strategi MHM memberikan pengaruh positif terhadap pola belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa beberapa aktivitas yang dianggap kurang seperti
memperhatikan penjelasan guru atau teman, mengajukan pertanyaan maupun pendapat, kesiapan siswa dalam belajar di sekolah serta aktivitas-
aktivitas lain yang sebelumnya tidak pernah dilakukan siswa telah menunjukkan peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan strategi
MHM. Tetapi peningkatan yang paling terlihat adalah peningkatan aktivitas menulis siswa dalam menjawabmengerjakan soal matematika
yang berbentuk essay menjadi lebih baik dari sebelumnya, dimana sebagian besar siswa menjadi lebih terbiasa untuk menuliskan proses
seperti identifikasi masalah, konsep dan rumus yang digunakan sebelum menyelesaikan masalahsoal yang diberikan guru. Sehingga jawaban siswa
tampak lebih rapi dan terstruktur.Selain itu aktivitas siswa yang kurang terarah seperti mengobrol, bercanda, melamun dan lain-lain menjadi lebih
berkurang atau terminimalisir.
D. Pembahasan
Peningkatan aktivitas belajar dalam berpikir kreatif matematis merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Aktivitas siswa dalam berpikir
kreatif matematis yang diamati yaitu aktivitas siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar dengan strategi MHM. Aktivitas tersebut
diamati melalui lembar observasi aktivitas siswa yang dicatat oleh guru bersama observer pada setiap pertemuan. Dengan menggunakan bantuan
lembar kerja siswa beserta lembar evaluasi akhir disetiap pertemuannya, selama proses pembelajaran berlangsung empat jenis aktivitas yang
diamati yaitu visual activities, oral activities, writing activities,dan drawing activities. Selain itu kemampuan siswa dalam tahapan proses
berpikir kreatif pada pembelajaran matematika serta kemampuan berpikir kreatif matematis juga merupakan hal penting yang diamati dalam
penelitian ini. Namun peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diukur melalui lembar evaluasi akhir di setiap pertemuan dan tes
kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari empat buah soal uraianessay, dimana setiap soal berisi perintah keempat tahap berpikir kreatif. Selain
peningkatan aktivitas belajar dalam berpikir kreatif matematis, tahapan kemampuan berpikir kreatif matematis, respon positif siswa juga diamati
melalui lembar jurnal harian siswa yang diisi oleh siswa di setiap akhir
pembelajaran di setiap siklus. Berikut pembahasan penelitian: 1. Penerapan strategi Mathematicl habits of Mind MHM dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
Penerapan pembelajaran dengan strategi Mathematicl habits of Mind
MHM dalam
pembelajaran matematika
utamanya dilaksanakan guru dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan ide-ide matematisnya dan menyalurkan kemampuan
berpikir kreatif
matematisnya kedalam
sebuah penyelesaian matematik yang menuntut siswa untuk dapat memahami
konsep materi lingkaran secara sistematis, membuktikan kebenaran suatu jawaban dan juga membuat sebuah pernyataan baru dengan
mengacu pada formula ataupun pada keterangan yang sudah ada sebelumnya. Semua tahapan tersebut mengarahkan siswa kepada 4
jenis aktivitas belajar siswa yaitu visual activities , oral activities, writing activities, dan drawing activities.
Dengan penerapan strategi MHM pada pembelajaran matematika pada setiap pertemuan serta tes kemampuan berpikir kreatif matematis
yang dilakukan siswa pada setiap akhir siklus maka dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I
mencapai rata-rata 64. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran
matematika pada siklus I siswa belum terbiasa dengan tipe soal berpikir kreatif begitupun dengan proses menyelesaikan soal-soal
tersebut. Sehingga siswa merasa kesulitan untuk mengerjakan soal- soal pada tes akhir siklus I. Namun pada siklus II rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis sudah lebih baik dari siklus sebelumnya, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tersebut menjadi 73,3. Dengan peningkatan 9,3 point dari sebelumnya maka dapat dikatakan
bahwa pada siklus II ini sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan soal-soal non-routin dalam tes akhir siklus II dengan
baik dan benar.
2. Aktivitas belajar siswa terhadap penerapan strategi Mathematical Habits of Mind
Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan siswa terlihat cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan aktivitas belajar dalam
berpikir kreatif matematis yang sebelumnya tidak terbiasa mereka lakukan. Hal itu nampak sangat terlihat pada oral activities dan writing
activities, yang kurang mendapat perhatian di awal siklus. Tetapi berbeda dengan kedua aktivitas tersebut drawing activities merupakan
aktivitas yang biasa mereka lakukan sebelumnya mendapat perhatian lebih dari hampir semua siswa pada penerapan pembelajaran dengan
strategi MHM. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata drawing activities yang mencapai 64,25 pada siklus I dan secara siginifikan meningkat
menjadi 76,625 pada siklus II. Selain itu visual activities yang pada siklus I mencapai rata-rata persentase 66 meningkat menjadi
73,625 pada siklus II. Namun secara mengejutkan oral activities dan writing activities, yang kurang mendapat perhatian di siklus I dengan
mencapai rata-rata persentase berturut-turut sebesar 63,62 dan 63,36, pada siklus II secara siginifikan meningkat menjadi 76 dan
75,37. Peningkatan-peningkatan pada masing-masing aktivitas
dalam berpikir kreatif matematis, menunjukkan aktivitas belajar siswa dalam berpikir kreatif matematis pada siklus II lebih baik dari siklus I.
Pada siklus I aktivitas belajar siswa dalam berpikir kreatif tersebut mencapai rata-rata persentase 64,31, namun pada siklus II meningkat
menjadi 75,41. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi MHM meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam berpikir kreatif
matematis sebesar 11,1.
E. Temuan penelitian
Analisis terhadap rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dalam berpikir kreatif matematis dan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa menunjukkan bahwa meningkatnya aktivitas belajar dalam berpikir kreatif matematis melalui strategi MHM disertai juga
dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Peningkatan yang terjadi pada aktivitas belajar siswa dalam berpikir
kreatif matematis sebesar 11,1, sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa sebesar 9,3 point.
110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis dengan penerapan strategi mathematical habits of mind mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif terlihat dari penigkatan komponen berpikir kreatif yang meliputi kelancaran pada siklus I sebesar 63,06 menjadi
73,9 pada siklus II, keluwesan pada siklus I sebesar 65,25 menjadi 76,125 pada siklus II, dan kerincian pada siklus I sebesar 60,6 menjadi 78,125 pada
siklus II. Selain itu nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siklus I sebesar 64 dan pada siklus II mencapai 73,3. Hasil yang dicapai pada siklus II telah
mencapai indikator ketercapaian yang diharapkan yaitu rata-rata kemamapuan berpikir kreatif matematis siswa mencapai
≥70. 2. Penerapan strategi mathematical habits of mind dalam proses pembelajaran
matematika siswa dapat meningkatkan aktivitas siswa. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 64,65 dan meningkat menjadi 75,68 pada
siklus II, dan telah mencapai intervensi tindakan yang diharapkan yaitu mencapai 70. Aspek aktivitas kelompok yang diamati meliputi melakukan
penyelidikan melalui lembar kerja siswa, menjelaskan hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan menjawab atau menanggapi, melakukan diskusi antar
teman sebangku dan kelompok, dan kemampuan membuat rangkuman. 3. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi mathematical habits of mind. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa siswa menyukai penerapan strategi mathematical
habits of mind karena dapat membantu siswa mengatasi masalah matematika, memudahkan dalam menyelesaikan soal dan menyenangkan. Siswa
memberikan respon yang baik terhadap proses pembelajaran menggunakan strategi mathematical habits of mind. Hal ini terlihat dari respon positif pada
siklus I sebesar 63,75 meningkat menjadi 80,625 pada siklus II yang sudah melampaui indikator ketercapaian sebesar 70. Sebaliknya respon
negatif siswa pada siklus I sebesar 16,375 menurun menjadi 6,875, dan respon netral siswa pada siklus I sebesar 21,875 menurun menjadi 12,5.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Pihak sekolah dapat memberikan dukungan dalam bentuk seminar bagi guru, mengenai pengembangan strategi mathematical habits of mind sebagai
alternatif dalam proses pembelajaran. 2. Guru mata pelajaran dapat menerapkan strategi mathematical habits of mind
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika, serta tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan strategi belajar lainnya.
3. Guru harus selalu memberikan umpan balik kepada siswa, baik dalam bentuk pertanyaan maupun bimbingan, yang dapat membangun pengetahuan siswa
agar siswa dapat memahami pelajaran dengan baik. 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengukur kemampuan komunikasi, koneksi,
atau variabel lainnya bahkan mata pelajaran lainnya sebagai pengembangan dari penerapan strategi mathematical habits of mind.