Atau rata-rata persentase kemampuan siswa dalam berpikir kreatif mencapai 70.
Selain data-data yang telah dipaparkan di atas, proses pembelajaran di kelas diabadikan dalam bentuk dokumentasi. Hasil
dokumentasi beberapa aktivitas siswa selama siklus I dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.1 : Aktivitas siswa saat belajar dengan metode tutor sebaya
Gambar 4.2 : Aktivitas siswa saat mengerjakan ujian tes kemampuan berpikir kreatif matematis siklus I
Gambar 4.3: Aktivitas siswa saat mengerjakan soal mengenai keliling dan luas lingkaran di papan tulis
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan siklus I dan berdasarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar
observasi aktivitas belajar siswa, jurnal harian siswa dan hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siklus I, diperoleh hasil
analisis kegiatan refleksi. Hasil refleksi tersebut dirangkum sebagai berikut:
Tabel 4.9 Reflekfi tindakan siklus I
No Hasil Pengamatan siklus I
Perbaikan Siklus II 1
Metode tutor sebaya dirasa kurang efektif, hal ini terlihat
kurang aktifnya siswa pada saat
mengemukakan pendapatnya.
Sehingga suasana kelas menjadi statis.
Guru mencoba menerapkan metode lain seperti metode
diskusi pada
saat siswa
mengerjakan LKS nantinya. Hal ini diharapkan dapat
membuat siswa lebih berperan aktif
pada saat
mengungkapkan ide-idenya. 2.
Sebagian siswa masih sulit untuk
beradaptasi dengan
menyelesaikan masalahsoal Guru memberikan pekerjaan
rumah kepada siswa, dimana siswa
harus
melalui proses
yang terperinci.
menjawabmengerjakan soal
dengan pemahaman mereka sendiri mengenai materi yang
sudah disampaikan di kelas tadi.
3. LKS yang guru buat masih
kurang efektif dan efisien digunakan siswa. Dan soal
yang ada kurang merangsang pola
pikir siswa
dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatifnya.
LKS tidak dibuat tebal dan rumit. Cukup dengan soal
cerita atau soal bergambar yang dibuat seefektif mungkin,
guna membuat siswa mudah mengerjakannya sesuai dengan
tahapan strategi MHM dan menunjang kreatifitasnya.
4. Guru
kurang mampu
mengkondisikan siswa yang ribut karena mengobrol dan
cederung kurang
memperhatikan arahan dari guru, terutama siswa yang
duduk di belakang. Pasangan siswa yang sering
terlihat mengobrol dan kurang memperhatikan
proses pembelajaran ditempatkan di
bangku pada barisan depan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I di peroleh bahwa metode tutor sebaya yang diterapkan kurang efektif karena kurang
membuat siswa aktif pada saat mengeksplorasi ide matematis dan hal yang diketahuinya. Oleh sebab itu pada tahap perbaikan di siklus II
guru menggantikannya dengan metode diskusi yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi aktif pada saat mengeksplorasi ide
matematisnya. Selain itu pada tahap perbaikan di siklus II guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dimana pekerjaan
rumahnya berkaitan dengan pemahaman mereka mengenai materi yang telah di sampaikan tadi di kelas. Serta penggunaan LKS ti siklus
II tidak di buat tebal dan rumit. Isi LKS lebih mengedepankan tahapan strategi MHM dan kemampuan berpikir kreatifnya dengan
menggunakan beragam soal cerita dan gambar. Terakhir, perbaikan yang dilakukan di siklus II adalah guru mengatur ulang tempat duduk
siswa berdasarkan kelompoknya. Hal ini dibuat karena pada perlakuan di siklus I masih banyak siswa yang mengobrol pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada
siklus I mencapai 64,32. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan dalam penelitian ini, dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70. Karena itu,
keempat aktivitas yang diukur dalam penelitian ini masih perlu ditingkatkan. Kemampuan siswa meggunakan pola berpikir kreatif
yang terlihat pada aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan strategi MHM hanya mencapai 62,83, yang
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam tahap berpikir kreatif belum mencapai hasil yang maksimal, khususnya pada indikator
elaboration kerincian. Respon baik siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi MHM yang ditunjukkan dengan
persentase 41,25, masih dinilai sangat kurang. Oleh karena itu harus ditingkatkan agar pembelajaran matematika dengan metode MHM
mendapat respon yang baik. Hasil tes akhir siklus I diperoleh bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mencapai nilai rata-rata
64. Hal ini menunjukkan bahwa tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan
dalam penelitian ini, dimana rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diharapkan adalah 70. Adapun hal-hal yang
perlu ditingkatkan adalah bimbingan dan perhatian guru terhadap
siswa yang kemampuan berpikir kreatif matematisnya masih rendah, dengan memberi mereka kesempatan untuk menanyakan materi
ataupun soal yang belum mereka mengerti. Seluruh hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I ini
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian belum tercapai, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada tahap siklus II dengan hasil
refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk perbaikan.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
Tindakan pembelajaran pada siklus I merupakan tindakan lanjutan dengan bantuan refleksi tindakan pembelajaran sebelumnya siklus I.
Materi yang akan dibahas pada pembelajaran siklus II adalah hubungan antara sudut pusat dan sudut keliling lingkaran, hubungan sudut pusat,
panjang busur, dan luas juring lingkaran, menghitung dan mencari luas
tembereng.
a. Tahap perencanaan Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP
dengan strategi mathematical habits of mind MHM untuk 4 kali pertemuan, bahan ajar yang di desain sesuai dengan strategi
mathematical habits of mind MHM, lembar soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis siklus II, jurnal harian, lembar observasi
aktivitas siswa, lembar observasi guru, dan alat dokumentasi. Pada siklus II ini peneliti akan menggunakan metode diskusi sebagai
metode pembelajarannya. Selain itu, peneliti ingin mengetahui respon dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dan
mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
ketika dilakukan
pembelajaran matematika
dengan menggunakan kebiasaan berpikir secara matematis, adapun aktivitas
tersebut diantaranya visual activities dengan mengamati siswa pada saat memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan mengenai
materi pelajaran dan saat menelaah soal yang ada di LKS, oral activities
dengan mengamati
kecakapan siswa
pada saat
mengidentifikasi masalah dengan memberikan ide-ide matematis, memformulasikan pertanyaan pada pernyataan yang ada di LKS,
writing activities dengan mengamati siswa menuliskan hasil refleksi kebenaran dan kesesuaian suatu jawaban, menggunakan konsep dan
strategi penyelesaian
yang sesuai
generalisasi pada
saat menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS dan merekonstruksi
contoh soal beserta jawaban, terakhir adalah drawing activities dengan
mengamati siswa pada saat menggambarkan ilustrasi masalah.
b. Tahap pelaksanaan dan observasi Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan, dimulai pada hari Rabu, 20 Februari 2013 sampai dengan hari Selasa, 5 Maret 2013. Pada pembelajaran ini digunakan strategi
mathematical habits of mind MHM sebagai strategi untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Adapun
deskripsi pembelajaran pada siklus II yaitu sebagai berikut : 6 Pertemuan Keenam Rabu, 20 Februari 2013
Pertemuan keenam ini merupakan awal dari siklus II yang berlangsung selama 2 x 35 menit. Diawali dengan membaca do’a,
memberi salam dan membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu
materi lingkaran tentang sudut pusat dan sudut keliling lingkaran. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberitahukan hasil tes
pada siklus I. Setelah itu, guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pembelajaran di siklus II ini akan diterapkan metode
diskusi. Hal ini dilakukan dengan tujuan siswa lebih terbuka Sebelum guru membagikan LKS 6 kepada siswa, guru
terlebih dahulu membagikan kelompok yang secara acak sudah guru siapkan. Setelah menyuruh siswa bergabung dengan
kelompoknya, peneliti membagikan LKS kepada siswa dan memberikan petunjuk atau arahan yang harus dilakukan oleh siswa
pada saat mengerjakan LKS 6. Karena jumlah siswa pada kelas
VIII-1 ada 40 orang, maka dipastikan seluruh siswa mendapatkan kelompok, karena kelompok yang dibentuk ada 8 dengan masing-
masing anggota kelompok 5 orang. Namun, pada pertemuan hari ini, siswa yang hadir hanya ada 38 orang dan 2 orang lainnya tidak
hadir dikarenakan 2 orang sakit. Sehingga ada satu kelompok yang hanya terdiri dari 3 orang.
Materi pada pertemuan pertama ini adalah lingkaran dengan indikator pembelajaran yaitu menentukan dan menghitung
sudut pusat dan sudut keliling. Sebelum peneliti menyuruh siswa mengerjakan LKS 6 bersama dengan teman kelompoknya, peneliti
memberikan ilustrasi guna membuat siswa lebih mudah memahami sudut pusat dan sudut keliling pada lingkaran. Peneliti menunjukan
sebuah gambar lingkaran dengan beberapa petunjuk berupa garis dan huruf pada lingkaran tersebut. Cara ini dibuat agar siswa dapat
mengetahui bahwa sudut pusat lingkaran adalah sudut yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dengan titik sudut berada di tengah
lingkran atau dipusat lingkaran. Dengan menggunakan busur, siswa diminta untuk menentukan besar sudut pada gambar, setelah
itu barulah dapat dibuat kesimpulan bahwa sudut keliling itu adalah setengah dari sudut pusat dengan syarat harus menghadap
ke busur yang sama. Kegiatan tersebut mengarah pada tahapan strategi MHM yang pertama yaitu explore mathematical ideas.
Pada soal nomor 2 yang terdapat di LKS 6, siswa diminta untuk menerapkan strategi MHM dalam menjawab soal yang ada.
Seperti menentukan besar sudut pusat dan sudut keliling dengan langkah terperinci generalization kemudian siswa juga diminta
secara berkelompok untuk menerapkan tahapan strategi MHM yang ketiga reflect on their answer to see wether they. Pada
langkah ini, terlihat siswa agak merasa kesulitan membuktikan kebenaran jawaban karena pada soal ini berbentuk uraian dan ada
penggabungan materi aljabar. Namun, karena metode yang dipakai
adalah diskusi, sehingga tidak membuat siswa menyerah. Antara siswa yang lain saling bertukar pendapat guna melengkapi
jawaban. Pada umumnya respon siswa sangat baik terhadap
pembelajaran matematika dengan strategi mathematical habits of mind MHM dipertemuan keenam ini. Siswa menikmati kegiatan
pembelajaran yang menggunakan kebiasaan berpikir kreatif dengan metode diskusi. Hal ini dikarenakan sebelumnya siswa sudah
terbiasa dengan strategi pembelajaran ini. Hanya saja masih ada siswa yang belum terlibat aktif dalam penyelesaian tugas, dan
masih mengandalkan temannya untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS 6. Namun, dengan mengacu pada keterbatasan waktu
dan dengan guru mengingatkan bahwa harus ada perubahan nilai di siklus II dan membuat siswa termotivasi kembai untuk rajin.
Pada kegiatan penutup, peneliti bersama dengan siswa melakukan refleksi mengenai materi yang dibahas tadi. Kemudian
peneliti memberikan waktu 10 menit kepada siswa untuk mengerjakan soal mandiri yang terdapat pada LKS 6 yang harus
dikerjakan oleh masing-masing siswa secara individu. Dilanjutkan setelah itu siswa untuk mengisi jurnal harian siswa, seluruh siswa
terlihat tampak tenang saat mengerjakan soal mandiri dan jurnal harian siswa.
Hasil pengamatan
aktivitas belajar
siswa dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis pada pertemuan pertama melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan 6
No Sub Variabel
Indikator yang diamati Persentase
1 Visual Activties
Memperhatikan penjelasan dari guru dan mengamati masalah
70