Pengaruh Habits Of Mind Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa

(1)

SKRIPSI

Oleh

IMANIA BIDARI

1111017000023

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i Jakarta, Desember 2016.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui : (1) Habits Of Mind yang dimiliki siswa kelas VIII-5 MTs Negeri 32 Jakarta dalam pembelajaran matematika, (2) Pengaruh Habits Of Mind terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa pada Kelas VIII-5 MTs Negeri 32 Jakarta. Habits Of Mind yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada empat kategori yaitu : bertahan (persisting) , metakognitif (thinking of thinking), berpikir luwes (thinking flexibly), menggunakan pengalaman lampau untuk membentuk pengetahuan baru (applying past knowledge to new situation). Subjek dalam penelitian ini adalah 38 siswa kelas VIII-5 di MTs Negeri 32 Jakarta. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel. Objek penelitian Habits Of Mind dan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, angket dan tes. Setelah memperoleh data, dilakukan uji normalitas dan uji lineritas yang diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal dan terdapat hubungan linear pada data tersebut. Analisis data selanjutnya menggunakan regresi linear sederhana diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = -86,165 + 2,116X. Taraf signifikansi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu α = 0,05. Hasil uji F menunjukan nilai sig.= 0,00 < α artinya habits of mind memiliki pengaruh terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa. Selanjutnya hasil uji t menunjukan sig. konstanta = 0,004/2 = 0,002 < α dan sig. koefisien habits of mind (X) = 0,000/2 = 0,000 < α artinya konstanta dan koefisien habits of mind (X) pada persamaan regresi memiliki pengaruh signifikan. Besar koefisien korelasi r = 0,652, r2 = 0,425 dan koefisien determinasi = 0,425 x 100% = 42,5%. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa Habits Of Mind memberikan pengaruh positif terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis sebesar 42,5% sedangkan 57,5% dipengaruhi faktor lainnya yang tidak diukur dalam penelitiann ini


(6)

ii

ABSTRACT

IMANIA BIDARI (1111017000023), "The Effect of Habits Of Mind against the Ability of students Mathematical Generalization". Thesis of Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, December 2016.

This research was conducted in order to determine: (1) The Conditions Student’s Habits Of Mind of the class VIII-5 MTs Negeri 32 Jakarta on mathematics, (2) The Effect of Habits Of Mind on the ability of the students Mathematical Generalization in Class VIII-5 MTs Negeri 32 Jakarta . Habits Of Mind that used in this research is limited to four categories: (1) Persisting, (2) Thinking of Thinking, (3) Thinking Flexibly, (4) applying past knowledge to new situation .Subject in this research were 38 students of class VIII-5 at MTs Negeri 32 Jakarta. The research is the study sample. The object of research Habits Of Mind and the Ability of Students Mathematical Generalization. The study was held in April until May 2016. The prerequisite test using linearity test and normality test showing that data was normal and linear. Analysis of data using simple regression showed the similarity Y = -86,165 + 2,116 X. with signification level α = 0,05. The results of F test showed that sig. = 0,000 < 0,05 that means habits of mind had effect to the ability of the students mathematical generalization. : The results of t test showed that sig. of constant = 0,004/2 = 0,002 < 0,05 and sig. of variable x = 0,000/2 = 0,000 < 0,05 that means the constant and variabel are significant. The value coefficient of correlation r = 0.652, r2 = 0.425, and the value coefficient of determination = 0,425 x 100% = 42,5%. According to the result of analysis data, habits Of Mind had positive effect to the ability of the students Mathematical Generalization amounted to 42.5%, while 57.5% influenced by other factors that not measured in this research.


(7)

iii

Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Abdul Muin, S. Si, M. Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Semoga segala kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT.

5. Ibu Dedek Kustiawati, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Semoga segala kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT.

6. Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telahmemberikan arahan, motivasi, dan semangat dalam penulisan skripsi ini.


(8)

iv

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

8. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literature yang dibutuhkan.

10. Kepala MTs Negri 32 Jakarta, Bapak H. Ahmad Syakur, M. Pd. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. Seluruh dewan guru MTs Negeri 32 Jakarta, khususnya Ibu Afrohatun Ni’mah, S. Pd. selaku guru matematika kelas VIII, Ibu Umi Kultsum, S.Pd selaku guru matematika kelas IX dan Ibu Nuni Isnaini, S.Pd. selaku Waka Kurikulum, dan guru-guru MTs Negeri 32 Jakarta lainnya yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Serta siswa dan siswi MTs Negeri 32 Jakarta, khususnya kelas VIII-5.

12. Keluarga tercinta Ibunda Dra. Musyarofah, M.Pd. (Almarhumah) dan Ayahanda Drs. Syaiful Iman, M.Pd yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Adik – adik tersayang Almas Shabrina, Hana Zahra Anabela dan Hani Zahra Anabela yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

13. Sahabat-sahabatku seperjuangan Amelia Rhaudiyatun S.Pd., Dini Mayang Saputri,S.Pd., Siti Nurul Afiyah, S. Pd., Ramlah Amalia, S. Pd., Lika Ruhma Hanifa, Ardita Agung Asriani yang selalu berjuang bersama dalam proses perkuliahan dan proses penyusunan skripsi. Mereka tempat berbagi cerita, memberikan semangat dan bantuan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu memudahkan urusan kita.


(9)

v

S.Pd., yang telah bersedia membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi ini serta memberikan dukungan, saran dan motivasi kepada penulis.

16. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2011, kelas A dan B. Sukses untuk kita semua, semoga kekeluargaan kita akan tetap terjalin.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.

Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun diatas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Desember 2016


(10)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...8

A. Deskriptif Teoritis ... 8

1. Habits Of Mind ... 8

2. Kemampuan Generalisasi Matematis ... 26

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian... 40

C. Populasi dan Sample Penelitian ... 41

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 43

1. Instrumen Habits Of Mind siswa (Non-Tes) ... 43


(11)

vii

1. Uji Prasyarat Analisis ... 57

2. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...65

A. Deskripsi Data ... 65

1. Data Hasil Observasi Habits of Mind Siswa ... 65

2. Data Hasil Angket Habits Of Mind Siswa ... 69

3. Data Hasil Tes Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 70

4. Data Hasil Uji Prasyarat Penelitian ... 72

5. Data Hasil Regresi Linier Sederhana ... 73

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Analisis dan Pembahasan Habits Of Mind Siswa ... 77

2. Analisis dan Pembahasan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa 86 3. Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Regresi ... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...92

A. Kesimpulan ... 92


(12)

viii

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Deskriptif Teoritis ... 10

1. Habits Of Mind ... 10

2. Kemampuan Generalisasi Matematis ... 27

3. Keterkaitan Habits of Mind dengan Kemampuan Generalisasi Siswa ... 31

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B. Metode dan Desain Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sample Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitian ... 43

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 44

1. Instrumen Habits Of Mind siswa (Non-Tes) ... 44

2. Instrumen Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa (Tes) ... 49

F. Analisis Instrumen Penelitian ... 51

1. Analisis Instrumen Non-tes Habits Of Mind ... 51

2. Analisis Instrumen Tes Kemampuan Generalisasi Siswa ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 59

1. Uji Prasyarat Analisis ... 59


(13)

ix

2. Data Hasil Angket Habits Of Mind Siswa ... 71

3. Data Hasil Tes Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 72

4. Data Hasil Uji Prasyarat Penelitian ... 74

5. Data Hasil Regresi Linier Sederhana ... 76

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

1. Analisis dan Pembahasan Habits Of Mind Siswa ... 79

2. Analisis dan Pembahasan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa 87 3. Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Regresi ... 90

C. Temuan Penelitian ... 93

D. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96


(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Habits Of Mind ... 25

Tabel 2.2 Keterkaitan Antara Indikator Habits Of Mind dan Kemampuan Generalisasi Matematis ... 37

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Angket Habits Of Mind ... 43

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Habits Of Mind ... 44

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Habits Of Mind Aktifitas di Kelas ... 45

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Habits Of Mind Jawaban LKS/ Tugas Siswa ... 46

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 47

Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 48

Tabel 3.8 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Empiris Angket Habits of Mind Siswa ... 50

Tabel 3.9 Distribusi Item Valid Angket Habits of Mind Siswa ... 51

Tabel 3.10 Koefisien Korelasi ... 52

Tabel 3.11 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 53

Tabel 3.12 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 54

Tabel 3.13 Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 54

Tabel 3.14 Klasifikasi Indeks Daya Beda ... 56

Tabel 3.15 Perolehan Skor Daya Beda Soal... 56

Tabel 4.1 Pesentase Hasil Observasi Habits Of Mind di Kelas ... 66

Tabel 4.2 Pesentase Hasil Observasi Habits Of Mind pada Jawaban Siswa ... 66

Tabel 4.3 Pesentase Hasil Angket Habits Of Mind ... 66

Tabel 4.4 Pesentase Hasil Observasi di Kelas ... 67

Tabel 4.5 Pesentase Hasil Observasi Jawaban Siswa... 68


(15)

ix

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 70

Tabel 4.8 Skor Tiap Indikator Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa ... 71

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas... 72

Tabel 4.10 Hasil Uji Liniearitas ... 73

Tabel 4.11 Hasil Koefisien Regresi ... 74

Tabel 4.12 Hasil Uji F ... 74

Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 75


(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Empat Tingkatan Hasil Pendidikan ... 10

Gambar 2.2 Gambar Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel ... 42

Gambar 4.1 Perbandingan Persentase Kemampuan Generalisasi Tiap Indikator ... 72

Gambar 4.2 Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru ... 78

Gambar 4.3 Siswa Bertanya pada Guru ... 78

Gambar 4.4 Siswa Mencatat Penjelasan Guru ... 79

Gambar 4.5 Siswa Menjawab Soal/ Pertanyaan dari Guru ... 80

Gambar 4.6 Indikator Mendemonstrasikan Metode-metode Sistematis untuk Menganalisis Permasalahan ... 81

Gambar 4.7 Indikator Menggambarkan Langkah-langkah yang digunakannya untuk melakukan Pemecahan Masalah ... 82

Gambar 4.8 Indikator Menggunakan berbagai Cara Pemecahan Masalah Untuk Menyelesaikan Masalah yang Sama ... 83

Gambar 4.9 Indikator Mengabstraksi Makna atau Pengalaman untuk Mneyelesaikan Masalah Baru ... 84


(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator Habits Of Mind Siswa... 93

Lampiran 2 Pemetaan Indikator Habits Of Mind Siswa ... 94

Lampiran 3 Kisi-Kisi Insrumen Angket Habits Of Mind Siswa ... 95

Lampiran 4 Kisi-Kisi Insrumen Observasi Kelas Habits Of Mind Siswa ... 100

Lampiran 5 Kisi-Kisi Insrumen Observasi LKS/ Jawaban Siswa Habits Of Mind Siswa ... 101

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Insrumen Angket Habits Of Mind Siswa ... 103

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas Insrumen Angket Habits Of Mind Siswa ... 106

Lampiran 8 Lembar Angket Habits Of Mind Siswa ... 108

Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas Habits Of Mind Siswa ... 113

Lampiran 10 Lembar Observasi LKS/ Jawaban Habits Of Mind Siswa ... 114

Lampiran 11 Hasil Angket Habits Of Mind Siswa ... 115

Lampiran 12 Hasil Observasi Kelas Habits Of Mind Siswa ... 119

Lampiran 13 Hasil Observasi LKS/ Jawaban Habits Of Mind Siswa ... 123

Lampiran 14 Persentase Hasil Observasi dan Angket Habits Of Mind Siswa Secara Keseluruhan ... 125

Lampiran 15 Kisi-Kisi Insrumen Tes Kemampuan Kemampuan Generalisasi Matematis ... 129

Lampiran 16 Instrumen Tes Kemampuan Kemampuan Generalisasi Matematis ... 132

Lampiran 17 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Generalisasi Matematis ... 133

Lampiran 18 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Generalisasi Matematis ... 136

Lampiran 19 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Generalisasi Matematis ... 137

Lampiran 20 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Generalisasi Matematis ... 138


(18)

xii

Lampiran 21 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Generalisasi

Matematis ... 139

Lampiran 22 Rekapitulasi Hasil Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 140

Lampiran 23 Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket Habits Of Mind Siswa ... 141

Lampiran 24 Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Instrumen Angket dan Tes Kemampuan Generalisasi Matematis ... 142

Lampiran 25 Hasil Tes Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa Kelas ... 144

Lampiran 26 Data SPSS ... 145

Lampiran 27 Hasil Output SPSS ... 146

Lampiran 28 Tabel r Product Momen ... 149

Lampiran 29 Soal Observasi Jawaban Siswa ... 150

Lampiran 30 Dokumentasi Penelitian ... 152

Lampiran 31 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ... 156

Lampiran 31 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 157


(19)

1

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang baik maka akan dihasilkan sumber daya manusia yang unggul yang berperan dalam membangun dan memajukan bangsanya. Oleh karena itu pendidikan diharapkan mampu membekali peserta didiknya dengan berbagai kemampuan, keahlian, sikap yang santun, dan budi pekerti luhur sehingga mampu menjadi sumber daya manusia yang berkuatitas baik. Sejalan dengan hal tersebut, UU RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Namun sayangnya pendidikan yang ada selama ini dianggap masih belum mampu mencapai tujuan tersebut secara maksimal. Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan hasil TIMSS 2011 yang menunjukan profil kemampuan matematika siswa SMP di Indonesia dalam benchmark Internasional masih berada pada level rendah, dengan nilai 389. Padahal nilai untuk merepresentasikan rentang kemampuan peserta didik berdasar benckmark internasional tersebut adalah 625 untuk standar mahir, 550 untuk standar tinggi, 475 untuk standar menengah, dan 400 untuk standar rendah. Sedangkan capaian untuk tiap-tiap level mulai dari level mahir, tinggi, menengah dan rendah masing-masing berturut-turut adalah 0%, 2%, 15%, dan 43%. Dari perolehan presentase tiap level tersebut menunjukan bahwa peserta didik Indonesia belum mampu mencapai level mahir yang artinya belum mampu memberikan alasan berdasarkan informasi, menarik kesimpulan,

1

UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2015, h.3, (http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf )


(20)

membuat generalisasi dan memecahkan persamaan linear.2 Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa kemampuan metematika siswa SMP di Indonesia masih berada di level kemampuan yang rendah. Salah satunya ialah siswa belum menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi dengan baik dalam matematika.

Belum maksimalnya capaian presetasi siswa dalam bidang matematika salah satunya disebabkan oleh pembelajaran di sekolah yang terlalu menekankan pada aspek konten pembelajarannya saja dan kurang memberikan perhatian pada aspek pembentukan karakter siswa. Hal tersebut dapat terlihat melalui laporan hasil belajar siswa di sekolah (rapor) yang sebagian besar mendeskripsikan berapa nilai yang diraih siswa pada tiap mata pelajaran. Sedangkan sikap siswa hanya dideskripsikan oleh abjad A, B, C atau D, dengan kategori “baik sekali”, “baik”, “cukup”, atau “kurang” tanpa ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Padahal tujuan belajar siswa di sekolah bukan hanya sekedar mendapatkan nilai. Kurangnya perhatian terhadap aspek pembentukan sikap atau karakter siswa dianggap berperngaruh terhadap rendahnya prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Oleh karena itu pemahaman lebih terhadap aspek pembentukan karakter siswa dianggap mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.

Habits of mind atau “kebiasaan pikiran”. merupakan salah satu aspek pembentukan karakter siswa yang dapat menentukan kesuksesan siswa baik dalam dalam belajar maupun kehidupan sehari-harinya, salah satunya ialah kesuksesan siswa dalam belajar matematika. Costa dan Kallick mendefinisikan kebiasaan berpikir habits of mind sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara intelektual atau cerdas ketika menghadapi masalah, khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui solusinya.3 Ketika seorang siswa menghadapi permasalahan dan menemui kebimbangan, ia cenderung membentuk pola perilaku cerdas tertentu yang dapat mendorong kesuksesannya dalam menyelesaikan

2

Hari Setiadi, Mahdiansyah, dkk., Kemampuan Matematika Siswa Menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011, (Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h.103.

3

Bety Miliyawati, “Urgensi Strategi Disposition Habits of Mind Matematis”, Junal Ilmiah Program Study Matematika STKIP Siliwangi (Bandung, Vol.3, No.2, 2014), h. 178.


(21)

permasalahan tersebut. Oleh karena itu habits of mind, berusaha menjelaskan bagaimana ia mengungkapkan dan mengolah pengetahuan yang dimilikinya.

Habits of mind menurut Arthur L. Costa terdiri dari 16 kategori yaitu bertahan atau pantang menyerah; mengatur kata hati; mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati; berpikir luwes; beripikir tentang berpikir; berusaha bekerja teliti dan tepat, bertanya dan problem posing; menggunakan pengalaman lampau untuk membentuk pengetahuan baru; berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan tepat; mengumpulkan berbagai data melalui berbagai indra; mencipta, berimajinasi, inovasi; merepon dengan kekaguman; bertanggung jawab terhadap resiko yang ada; humoris; berpikir ketergantungan; terbuka terhadap pembelajaran selanjutnya4. Hal tersebut menunjukan bahwa habits of mind dapat terlihat dan diamati melalui proses pembelajaran yang dialami siswa.

Rose Ash Sidiqi Marita dalam penelitiannya mengatakan bahwa habits of mind siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah. Hanya habits of mind pada kategori berpikir ketergantungan yang tergolong sangat baik dengan persentase 95% dan kategori berpikir dan berkomunikasi dengan jelas dan tepat dengan persentase 62%. Sedangkan untuk 14 kategori lainnya tegolong masih

rendah yaitu ≤ 54%.5

Rendahnya hasil tersebut mungkin disebabkan karena siswa memiliki kecenderungan habits of mind yang berbeda-beda artinya belum tentu siswa yang memiliki semua karakteristik habits of mind tersebut.

Generalisasi adalah intisari dari matemtika. Hal tersebut sesuai dengan peryataan Mason yang mengatakan bahwa “Generalizations are the lifeblood of mathematics”.6 Generalisasi merupakan bagian dari penalaran induktif. Menurut Harry Dwi Putra kemampuan penalaran berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini dikarenakan matematika dan penalaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Matematika dipahami melalui penalaran sedangkan

4

Arthur.L. Costa dan Benna Kallick, Belajar dan Memimpin dengan ‘Kebiasaan Pikiran’ 16 Karaktertistik Penting untuk Sukses, (Jakarta : Indeks, 2012), h.18

5

Rose Ash Sidiqi Marita, Profil Habits Of Mind Siswa SMA kelas XI pada Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Praktikum dan Diskusi, Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014,2015, h. 443,

(http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper/viewFile/519/472) 6

Nourooz Hashemi, “Generalization in the Learning of Mathematics”, 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education, Malaysia, 2013, h.208


(22)

penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika.7 Nourooz Hashemi dalam penelitian yang berjudul “Generalization in the Learning of Mathematics”, mengatakan bahwa generalisasi merupakan aktifitas penting dalam mempelajari konsep matematika dan perlu untuk diaplikasikan lebih lanjut dalam pembelajaran.8 Oleh karena itu keberhasilan siswa dalam memperlajari matematika dipengaruhi oleh kemampuan generalisasi yang dimilikya.

Kemampuan melakukan generalisasi termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam matematika. Menurut Webb & Coxford dalam Nurina menjelakan beberapa kegiatan dalam pembelajaran matematika yang tergolong dalam kategori berpikir tingkat tinggi yaitu memunculkan dugaan, membuat analogi dan generalisasi, logika yang beralasan, pemecahan masalah, mempresentasikan hasil matematika, dan dapat membuat hubungan antara dugaan, analogi serta logika, sedangkan katergori berpikir tingkat rendah diantaranya yaitu : mengerjakan aritmatika sederhana, menggunakan aturan matematika secara langsung dan mengerjakan tugas algoritma.9 Selanjutnya Sumarmo dan Nishitani menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan soal matematika tingkat tinggi, siswa harus memiliki motivasi yang tinggi, antusias dan keinginan yang kuat untuk menyelesaikan masalah yang karena masalah tersebut tidak dapat secara langsung diketahui penyelesaiannya.10 Hal tersebut sesuai dengan makna dari habits of mind. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan generalisasi dipengaruhi oleh habits of mind yang dimiliki siswa.

7

Harry Dwi Putra, Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.1, 2013, h. 416

8

Hashemi, op.cit., h.214

9

Nurina Ayuningtyas, dan Endah Budi Rahaju. "Proses Penyelesaian Soal Higher Order Thinking Materi Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika

Siswa." Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 2.2 , 2013, h.3. 10

Izhumi Nishitani dan Utari Sumarmo,”High Level Matematical Thinking: Experiment with High School and Under Graduate Students Using various Approaches and Strategies”, 2016, h.11 ( https://gair.media.gunma-u.ac.jp/dspace/bitstream/10087/5130/1/03_Nishitani.pdf )


(23)

Berdasarkan uraian diatas mengenai kebiasaan pikiran atau habits of mind dan kemampuan generalisasi matematis siswa disimpulkan bahwa kemampuan generalisasi memilki peranan besar dalam matematika, penguasaan terhadap kemampuan tersebut akan berpengaruh baik terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan generalisasi matematis siswa adalah dengan mengkaji kemampuan tersebut berdasarkan kebiasaan pikiran atau habits of mind yang ada pada diri siswa. Dengan mengkaji hal tersebut guru atau tenaga pengajar akan mampu memahami bagaimana siswa memperoleh dan mengolah pemahaman serta pengetahuannya berdasarkan habits of mind yang dimilikinya serta bagaimana pengaruh terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa. Hal tersebut juga dapat membantu guru memahami karakter siswanya melalui habit of mind. Penulis menduga bahwa habits of mind yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan generalisasi matematis yang dimilikinya. Oleh karena itu penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Habits Of Mind Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat di definisikan masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan matematika siswa.

2. Rendahnya kemampuan generalisasi matematis siswa.

3. Kurangnya perhatian terhadap aspek pembentukan sikap atau karakter siswa C. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada identifikasi masalah maka perlu diadakan pembatasan masalah agar pengkajian dalam penelitian ini lebih terfokus. Adapun pembatasan masalahnya adalah :

1. Aspek pembentukan sikap atau karakter siswa yang diteliti dalam penelitian ini yaitu habits of mind siswa. Kategori habits of mind yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada 4 kategori saja yaitu bertahan (persisting),


(24)

metakognitif (thinking of thinking), berpikir luwes (thinking flexibly), menggunakan pengalaman lampau untuk membentuk pengetahuan baru (applying past knowledge to new situation).

2. Kemampuan matematika yang digunakan dalam penetitian ini adalah kemampuan generalisasi matematis siswa dengan indikator berdasarkan teori dari Mason.

3. Penelitian ini dilakukan pada materi pembelajaran bangun ruang pada kelas VIII.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh habits of mind siswa terhadap kemampuan generalisasi matematika siswa?

2. Bagaimanakah pengaruh habits of mind siswa terhadap kemampuan generalisasi matematika siswa.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan kecenderungan habits of mind yang dimiliki siswa.

2. Mengetahui pengaruh habits of mind yang dimiliki siswa terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan, yaitu : 1. Bagi peneliti:

a. Sebagai sarana perluasan wawasan mengenai pengaruh habits of mind (kebiasaan berpikir) terhadap kemampuan generalisasi matematika siswa.


(25)

b. Sebagai bahan masukkan bagi peneliti lainnya dalam mengkaji masalah yang serupa.

2. Bagi siswa:

a. Sebagai sarana untuk lebih mengenal dirinya dengan mengetahui kebiasaan pikiran atau habits of mind yang dimilikinya.

b. Sebagai salah satu sumber informasi mengenai pengaruh habits of mind terhadap pembelajaran matematika sehingga dapat membantunya dalam belajar matematika.

3. Bagi guru dan sekolah:

a. Sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui salah satu aspek pembentukan karakter siswa yaitu habits of mind bagaimana pengaruh habits of mind tersebut dalam pembelajaran matematika.

b. Sebagai sarana bagi guru untuk lebih memahami karakter siswa melalui pemahaman mengenai habits of mind yang dimiliki siswa


(26)

8

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskriptif Teoritis 1. Habits Of Mind

a. Pengertian Habits Of Mind

Habits of mind terdiri dari dua kata yaitu “habits” dan “mind” yang jika diartikan

secara bahasa yaitu “kebiasaan” dan “pikiran atau berpikir”. Dalam penelitian ini habits

of mind diartikan sebagai ‘kebiasaan pikiran’. Habits of mind atau kebiasaan pikiran

didefinisikan oleh Arthur. L Costa dan Benna Kallick sebagai karakteristik dari apa yang dilakukan oleh orang cerdas ketika mereka dihadapkan dengan permasalahan yang solusinya tidak dapat diketahui dengan mudah.1 Kemudian menurut Ely Susanti kebiasaan pikiran diartikan sebagai pola perilaku cerdas yang memungkinkan tindakan produktif.2 Menurut Amal berdasarkan kutipan Rose Ash Sidiqi Marita, habits of mind adalah sekelompok keterampilan, sikap, dan nilai yang memungkinkan orang untuk memunculkan kinerja atau kecerdasan tingkah laku berdasarkan stimulus yang diberikan untuk membimbing siswa menghadapi atau menyelesaikan isu-isu yang ada.3 Selanjutnya menurut Ely Susanti juga mengartikan habits of mind sebagai perilaku yang mensinergikan otak ketika melakukan sesuatu, baik otak kanan maupun otak kiri yaitu mensinergikan antara intelektual dan emosional.4 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa habits of mind merupakan kecenderungan perilaku cerdas seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak diketahui segera diketahui solusinya. Kebiasaan pikiran tersebut akan membantu keberhasilan

1

Arthur.L. Costa dan Benna Kallick, Leading and Learning with Habits of Mind 16 Essential Characteristic for Success, (United States of America : Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), 2008), h.16

2

Ely Susanti, Soal High Order Thinking Skill untuk Melatih Kebiasaan Berpikir Matematis, (Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sriwijaya, 2013), h.9.

3

Rose Ash Sidiqi Marita, “Identifikasi Kemampuan Habits Of Mind Siswa Praktikum dan Diskusi serta Pengaruhnya terhadap Penguasaan Konsep Sistem Organ, Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2014, h.10, tidak dipublikasikan.

4


(27)

seseorang dalam memecahkan masalahnya dengan tindakan atau cara-cara yang produktif.

Habits of mind pertama kali dikembangkan oleh Arthur L. Costa dan Benna Kallick pada tahun 1985 dan selanjutnyadikembangkan oleh banyak tokoh, salah satunya adalah olehRobert J. Marzano pada tahun 1992, dalam bukunya yang berjudul “A different Kind of Classroom”, ia menyatakan bahwa habits of mind merupakan salah satu dari lima dimensi belajar yaitu: (1) Sikap dan persepsi atau Attitude and Perceptions, (2) Memperoleh dan Mengintergrasikan Pengetahuan atau Acquire and Integrate Knowledge, (3) Mengembangkan atau Menghaluskan Pengetahuan atau Extending dan Refining Knowledge, (4) Menggunakan Pengetahuan Secara Bermakna atau Using Knowledge Meaningfull, (5) Kebiasaan berpikir atau Habits Of Mind.5 Dimensi belajar merupakan suatu kerangka kerja instruksional yang bersifat komprehensif untuk membantu membantu dalam merencanakan pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta didiknya.6 Kelima dimensi belajar tersebut saling berkaitan satu dan lainnya dan membentuk suatu kerangka yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Habits of mind merupakan salah satu hasil dalam dunia pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muhibin Syah yang mengungkapkan bahwa siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan kebiasaannya akan tampak berubah. 7 Selanjutnya menurut Burghardt yang dikutip oleh Muhibin Syah kebiasaan belajar timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.8 Oleh karena itu siswa yang belajar di sekolah akan memiliki kebiasan tertentu sebagai hasil dari proses pembelajarannya disekolah. Salah satu jenis kebiasaan yang dimiliki atau telah terbentuk dalam diri siswa adalah kebiasaan pikiran atau habits of mind.

Menurut Costa terdapat empat tingkatan dalam pendidikan, yaitu :

5

Adi Rahmat, “Learning Dimension Based Teaching”, Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Penelitian Pendidikan Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang – Depdiknas , Jakarta, 25 – 26 Juli 2007. h.5

6

Ibid., h.6

7

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h.120 8


(28)

1. Tingkat pertama yaitu materi, berkaitan dengan penguasaan konten atau konsep tertentu dari suatu pelajaran.

2. Tingkat kedua yaitu keterampilan berpikir, dalam proses pembelajaran siswa dilatih kemampuan berpikirnya dengan meminta siswa mengerjakan suatu materi ajar dengan instruksi tertentu seperti “analisislah” atau “buatlah kesimpulan” sehingga dengan melatih kemampuan berpikir siswa maka siswa akan memiliki keterampilan berpikir tertentu.

3. Tingkat ketiga yaitu menguasai tugas kognitif yang menuntut pemikiran yang terampil, tugas-tugas kognitif yang diberikan guru akan melatih siswa untuk melakukan permikiran yang mendalam. 4. Tingkat keempat adalah habits of mind atau kebiasaan pikiran yang

membantu siswa untuk mencapai kesuksesaanya.9

Tinkatan hasil pendidikan tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut : 10

Gambar. 2.1

Empat Tingkatan Hasil Pendidikan

Gambar diatas menunjukan bahwa habits of mind merupakan level tertinggi hasil pendidikan, yang terbentuk secara bertahap dan tidak hanya melalui satu atau dua kali pembelajaran melainkan melalui proses panjang pembelajaran

9

Costa, op.cit., h. 51.

10


(29)

yang dialami siswa tersebut. hal tersebut sejalan dengan pendapat Horrace Mann yangmengatakan “Habits is a cable; we weave a threand of it each day, and at last we cannot break.11 Artinya ialah kebiasaan diibaratkan sebagai sebuah tali, kita merajutnya dari sebuah benang hari demi hari sehingga kita tidak dapat merusaknya.

Habits of mind mengisyratkan bahwa perilaku membutuhkan suatu kedisiplinan pikiran yang dilatih sedemikian rupa, sehingga menjadi kebiasaan untuk terus berusaha melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas. Hal ini dapat dipahami karena segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh seorang individu merupakan konsekuensi dari kebiasaan pikiranya. Ketika menghadapi masalah, siswa cenderung membentuk pola perilaku intelektual tertentu yang dapat mendorong kesuksesan individu dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Aristotle yang mengungkapkan bahwa kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya.12 Oleh karena itu habits of mind yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kesuksesaannya, salah satunya adalah kesuksesannya dalam belajar matematika di sekolah.

b. Indikator Habits Of Mind

Sebuah kebiasaan pikiran atau habits of mind merupakan gabungan dari berbagai macam aspek yaitu keterampilan, sikap, pertanda, pengalaman masa lalu dan kecenderungan seseorang. Seseorang akan mengutamakan perilaku cerdas dibandingkan hal lainnya ketika menghadapi suatu masalah dan menentukan pola mana yang sebaiknya digunakan sehingga pas dan sesuai pada situasi tersebut.

Menurut pendapat Marzano habits of mind menjadi dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu: self regulation, critical thinking dan creative thinking. Self regulation meliputi: (a) menyadari pemikirannya sendiri, (b) membuat rencana

11

Arthur.L. Costa , Habits Of Mind ,2015, hal.1

(http://www.habitsofmindinstitute.org/wp-content/uploads/2015/08/Habits-of-Mind-w-icons-and-eduplanet.pdf )

12

Bety Miliyawati, Urgensi Strategi Disposition Habits of Mind Matematis, Junal Ilmiah Program Study Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.3, No.2, 2014, h. 178


(30)

secara efektif, (c) menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan, (d) sensitif terhadap umpan balik, dan (e) mengevaluasi keefektifan tindakan. Critical thinking meliputi: (a) akurat dan mencari akurasi, (b) jelas dan mencari kejelasan, (c) bersifat terbuka, (d) menahan diri dari sifat impulsif, (e) mampu menempatkan diri ketika ada jaminan, (f) bersifat sensitif dan tahu kemampuan temannya.Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) membuat, menggunakan, memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya sendiri, (c) menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya.13

Sedangkan menurut Arthur L. Costa dan Benna Kallick habits of mind diidentifikasikan ke dalam enambelas karakteristik yaitu :

1) Berteguh Hati (Persisting)

Orang yang memiliki kebiasaan pikiran ini merupakan pribadi yang tekun, mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh hingga tuntas. Mereka tidak mudah menyerah, mampu untuk menganalisa masalah, membuat suatu sistem, struktur, atau strategi untuk memecahkan masalah tersebut dan mampu menggunakan semua strategi tersebut; mampu mengumpulkan bukti yang menunjukan bahwa strategi pemecahan masalahnya berhasil dan jika strateginya gagal maka mereka tahu bagaimana cara mengatasinya dan mencoba strategi lain. Dalam proses belajar, siswa yang memiliki kebiasaan bertahan (persisting) akan mampu belajar dengan sungguh-sunnguh dan tidak putus asa ketika menghadapi masalah yang tidak segera diketahui penyelesaiannya. Mereka akan berjuang untuk mengerjakan tugas yang diberikan hinga tuntas.14

Indikator – indikator habits of mind ‘berteguh hati’ dideskripsikan sebagai berikut :15

13

Nuryani.Y. Rustaman,” Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pengembangan Karakter”Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi, 2008, h.18

14

Costa, op.cit., h.18.

15


(31)

• Mendemostrasikan metode-metode sistematis untuk menganalisis permasalahan.

• Membedakan gagasan-gagasan yang berhasil dan tidak.

• Mempertimbangkan banyak alternatif solusi saat berusaha memecahkan masalah.

• Secara berkelanjutan mengklarifikasi pekerjaan sekaligus memantau kinerja.

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘berteguh hati’ sebagai berikut :16

• Bekerja tekun. • Fokus pada tujuan.

Kemudian Utari Sumarmo dalam makalahnya menjelaskan Persisting yaitu bertahan atau pantang menyerah sebagai berikut: Bertahan atau pantang menyerah yaitu ketika menghadapi masalah yang kompleks, berusaha menganalisa masalah, kemudian mengembangkan sistem, struktur, atau strategi untuk memecahkan masalah tersebut, berusaha menganalisa masalah; mencari alternative strategi untuk memecahkan masalah ; tidak mudah frustrasi.17

2) Mengendalikan Impulsivitas (Managing Impulsivity).

Seseorang yang memiliki kebiasaan ini mampu melakukan pemecahan masalah, dan memperhatikan dengan cermat apa yang terjadi selama pelajaran atau kegiatan di dalam kelas lainnya; mencatat apa yang dapat membantu mereka saat memecahkan masalah, dan mengubah strategi mereka dengan membuat rencana; menggunakan waktu tunggu untuk membantu memahami masalah,

16

Rose Ash Sidiqi Marita, “Identifikasi Kemampuan Habits Of Mind Siswa Praktikum dan Diskusi serta Pengaruhnya terhadap Penguasaan Konsep Sistem Organ, Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2014, h.33, tidak dipublikasikan..

17

Utari Sumarmo, “Pendidikan Karekter Serta Pengembangan Berpikir dan Disposisi Matematik dalam Pembelajaran Matematika,” Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika, NTT tanggal 25 Februari 2012, h.7 (


(32)

menyusun strategi dan untuk berperan dalam berbagai kegiatan. Seseorang yang memiliki kebiasaan ini selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak dan mengurangi tindakan coba-coba dalam mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan masalah.

Indikator – indikator habits of mind mengendalikan impulsivitas dideskrpsikan sebagai berikut :18

• Menggunakan waktu tunggu sebagai kesempatan berpikir mengenai sebuah masalah.

• Memperhatikan hasil percobaan dan setiap kegagalan untuk menentukan tindakan selajutnya.

• Memperhatikan hal-hal yang dapat membantu.

• Menggunakan strategi untuk mengatur diri sendiri seperti membuat catatan.

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘mengendalikan impulsivitas’ sebagai berikut :19

• Melakukan perencanaan. • Disiplin.

• Berpikir sebelum bentindak.

Kemudian Utari Sumarmo dalam makalahnya menjelaskan managing impulsivity yaitu mengatur kata hati, artinya seseorang yang mampu berpikir reflektif dan dapat menyelesaikan masalah secara berhati-hati, mempertimbangkan beragam alternatif dan konsekuensinya dengan memilih informasi yang relevan.20

3) Mendengarkan dengan Pengertian dan Empati (Listening to Others-With Understanding and Emphaty)

18

Costa, op.cit.,h.196

19

Marita. loc.cit. 20


(33)

Mendengarkan dengan pengertian dan empati adalah kebiasaan seseorang untuk mendengarkan sesuatu dengan seksama dan penuh pemahaman sehingga ia mampu memahami maksud atau makna dari hal yang didengarnya, bukan hanya sekedar mendengarkan saja. Orang yang memiliki kebiasaan ini akan mampu mengerti sudut pandang orang lain yang berberda. Mereka juga bersungguh-sunggguh memperhatikan orang lain serta mampu menunjukan pemahaman dan empatinya tentang sebuah gagasan atau perasaan dengan memerafrasekannya dengan tepat, mengkajinya, mengklarifikasinya, dan memberi contoh tentangnya.21

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘mendengarkan dengan pengertian dan empati’sebagai berikut :22

• Sikap peduli • Penuh perhatian.

Selanjutnya, listening to others with understanding and emphaty menutut Utari Sumarmo yaitu mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati. Kebiasaan memahami orang lain dan berempati merupakan satu bentuk perilaku yang cerdas.23

4) Berpikir Fleksibel (Thinking Flexibly).

Seorang yang fleksibel merupakan memiliki kendali yang kuat, merka mampu mengubah pikirannya saat menerima data baru, mencari dan melakukan banyak sasaran dan aktifitas secara simultan, dan menggunakan seperangkat strategi pemecahan masalah, mereka mengetahui kapan harus berpikir secara luas atau global dan kapan harus berpikir secara cermat dan mendetail. Mereka juga mampu menciptakan dan mencari berbagai pendekatan baru, memiliki rasa humor yang baik serta mampu melihat berbagai konsekuensi atau kemungkinan.24 Siswa yang berpikir dengan fleksibel mampu mengubah sudut pandangnya dari egosentris menjadi allosentris. memiliki kapasitas untuk mengubah pikiran

21

Costa, op.cit., h.197

22

Marita. loc.cit.

23

Sumarmo.loc.cit.

24


(34)

mereka berdasarkan informasi baru didapatkan dan pemikiran yang berlainan dengan keyakinan mereka sertamampu menyebutkan beberapa cara untuk memecahkan masalah yang sama. Selanjutnya siswa yang berpikir fleksibel akan menciptakan banyak gagasan dan berperan secara giat dan produktif selama sesi brainstroming. Selain itu siswa yang telah mengembangkan kebiasaan pikiran ini, menjadi pemikir yang bersistem. Mereka mampu menganalisis dan mengkaji bagian-bagian, namun mereka juga dapat melihat gambaran besarnya, mengidentifikasi hubungan–hubungan pola, dan interaksi yang lebih luas.25

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘berpikir fleksibel’ sebagai berikut :26

• Berpikiran terbuka.

• Memiliki banyak jawaban dari berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah.

Selanjutnya thinking flexibly menurut Utari Sumarmo yaitu berpikir luwes yaitu ditunjukan dengan mampu berpikir reflektif, percaya diri, terbuka dan mampu mengubah pandangannya ketika memperoleh informasi tambahan.27

5) Beripikir tentang Berpikir / Metakognisi (Thinking about Thinking) Metakognisi, atau berpikir tentang berpikir merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang diketahui dan tidak diketahuinya. Hal tersebut merupakan kemampuan seseorang untuk merancang strategi untuk memunculkan informasi yang diperlukan,sehingga mampu menyadari langkah dan strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan untuk merenungkan dan mengevaluasi produktivitas pemikiran mereka.Siswa yang memiliki kebiasaan ini akan mampu menggambarkan langkah-langkah bagaimana mereka akan memecahkan masalah, dan dapat menjelaskan tahapan atau proses yang sedang dijalankannya, serta mampu mendeskripsikan data apa yang mereka butuhkan dan melakukan perencanaan untuk mendapatkan data tersebut. oleh

25

Ibid, h.197

26

Marita. loc.cit.

27


(35)

karena itu siswa yang memiliki kebiasaan ini juga akan mampu menjalankan proses penalaran dengan baik.28

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘berpikir tentang berpikir’ sebagai seseorang yang bekerja dengan perencanaan dan memonitornya.29

Selanjutnya thinking of thinking menurut Utari Sumarmo yaitu Berpikir metakognitif, yaitu mampu berpikir apa yang sedang dipikirkan, memperkirakan secara komparatif, memonitor pikirannya, persepsinya, keputusannya dan perilakunya.30

6) Memeriksa Akurasi (Striving for Accuracy)

Siswa yang memiliki kecenderungan habits of mind ini akan lebih berhati-hati dalam pekerjaan dan tindakannya, mereka akan mengecek proyek, tugas dan ujian mereka berulang kali; meminta masukan dan koreksi dari orang lain; menentukan standar mutu tersendiri dan berusaha mencapainya dan menjadi lebih baik lagi. Para siswa akan meningkatkan standar yang mereka miliki saat berusaha melampaui prestasi mereka sebelumnya, mereka akan merasakecewa jika pekerjaan mereka tidak tuntas atau ceroboh dalam mengerjakannya dan meminta kesempatan untuk memperbaiki pekerjaannya.31

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘memeriksa akurasi’ sebagai berikut :32

• Melakukan peninjauan ulang kembali hasil kinerjanya. • Selalu mecari informasi yang tepat.

• Teliti dan cermat dalam menyelesaikan suatu masalah.

Selanjutnya striving for accuracy menurut Utari Sumarmo yaitu Berusaha bekerja teliti dan tepat, berusaha mencapai standar yang tinggi, dan belajar berkelanjutan.33

28

Costa, op.cit., h.198

29

Marita. loc.cit.

30

Sumarmo.loc.cit. 31

Ibid, h.199

32

Marita. loc.cit.

33


(36)

7) Mempertanyakan dan Menemukan Permasalahan (Questioning and Posing Problem)

Merupakan kebiasaan seseorang untuk menemukan sebuah masalah untuk diselesaikan. Siswa pada umumnya akan mengajukan pertanyaan karena rasa penasaran dan ketertarikan mereka terhadap suatu hal.Mereka akan mengajukan pertanyaan untuk mengisi celah antara apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka belum ketahui, mereka berusaha mencari data pendukung melalui pertanyaan-pertanyaan untuk mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat pemahaman mereka semakin baik.34

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘mempertanyakan dan menemukan permasalahan’ sebagai berikut :35

• Mempunyai minat.

• Mempunyai rasa ingin tahu.

• Mengajukan pertanyaaan hipotesis.

Selanjutnya questioning and posing problem menurut Utari Sumarmo yaitu bertanya dan mengajukan masalah secara efektif disertai data pendukung.36

8) Menggunakan Pengetahuan Masa Lalu di Situasi Baru (Applying past Knowledge to New Situation)

Siswa yang memiliki kebiasaan ini akan mampu mengambil makna dari pengalamannya dan mampu menerapkannya pada situasi baru. Ketika dihadapkan dengan masalah baru yang membingungkan, seseorang cenderung menghubungkannya dengan pengalaman lampau yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah.Seseorang yang memiliki kemampuan tersebut akanmenggunakan pengetahuan dan penglaman yang dimilikinya sebagai sumber

34

Costa, op.cit., h.200

35

Marita. loc.cit.

36


(37)

data atau teori untuk memahami masalah dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah baru.37

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘menggunakan pengetahuan masa lalu di situasibaru’ yaitu mampu mengkontruksi pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dalam menyelesaikan masalah.38

Selanjutnya applying past knowledge to new situation menurut Utari Sumarmo yaitu memanfaatkan pengalaman lama dan melakukan analogi.39

9) Berpikir dan Berkomunikasi Secara Jelas dan Cermat (Thinking and communicating with clarty and precision)

Siswa yang memiliki kebiasaan ini akan mampu berkomunikasi dengan baik, verbal maupun tulisan. Mereka akan mampu menuliskan nama benda, gagasan, dan proses dengan benar. Ketika siswa mulai memahami bahasa yang lebih cermat untuk menjelaskan pekerjaannya, maka mereka mulai memahami konsep, mengidentifikasi ciri-ciri yang penting dalam mengenali persamaan dan perbedaan, dan membuat keputusan yang lebih matang dan rasional. Dalam menilai sesuatu siswa juga akan secara spontan menjelaskan kriteria yang menjadi dasar penilaiannya. Ketika membandingkan sesuatu, siswa juga akan mampu mendeskripsikan ciri-ciri yang dibandingkan dan kegunaan perbandingan yang mereka buat. Mereka akan menjelaskan alasan dibalik teori mereka dan mencari data untuk mendukung kesimpulan mereka.40

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan cermat’ yaitu mampu mengkomunikasikan pendapat pribadi dengan jelas, tepat, dan akurat.41

Selanjutnya thinking and communicating with clarty and precision menurut Utari Sumarmo yaitu berfikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat, dan hati-hati, menghindari generalisasi yang berlebihan, dan distorsi.42

37

Costa, op.cit., h.201

38

Marita. loc.cit.

39

Sumarmo.loc.cit.

40

Costa, op.cit,h.201.

41


(38)

10) Mencari dengan Semua Indra (Gathering Data through all senses)

Merupakan kebiasaan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data dengan menggunakan semua indra yaitu indar perasa, peraba, pendengaran, penciuman dan penglihatan. Seseorang yang indranya terbuka, awas, dan tajam dapat menyerap lebih banyak informasi dari pada seseorang yang indranya lemah, tertutup, dan tidak sadar akan rangsangan indrawi. Oleh karena itu semakin banyak indra yang digunakan dalam mengumpulkan data maka akan semakin banyak atau semakin lengkap data yang diperolehnya.43

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘mencari dengan semuaindra’ yaitu mampu menggunakan kelima panca indra dalam pengamatan suatu objek.44

Selanjutnya gathering data through all senses menurut Utari Sumarmo yaitu memanfaatkan indera dengan tajam, berpikir intuitif dan memperkirakan solusi.45

11) Mencipta, Berimajinasi, Inovasi (Creating, Imagining, Innovating)

Merupakan kebiasaan seseorang untuk mampu menciptakan produk, solusi dan cara baru yang cerdas dan kreatif. Ia mampu memberikan solusi untuk masalah secara berbeda, memeriksa kemungkinan-kemungkinana alternatif dari banyak sudut. Selain itu orang dengan kebiasaan ini juga cenderung memproyeksikan diri mereka dalam berbagai peran dengan menggunakan analogi, memulai sebuah visi dan bekerja ke belakang, dan membanyangkan diri mereka sebagai objek yang sedang dipikirkan.46

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘mencipta, berimajinasi, inovasi’ sebagai berikut :47

• Menyampaikan setiap ide yang berbeda.

42

Sumarmo.loc.cit.

43

Costa, op.cit, h.31

44

Marita. loc.cit.

45

Sumarmo.loc.cit. 46

Costa, op.cit h.202

47


(39)

• Melakukan berbagai pendekatan yang berbeda saat menyelesaikan masalah.

Selanjutnya creating, imagining, innovating menurut Utari Sumarmo yaitu Mencipta, berkayal, dan berinovasi, yaitu mampu memandang solusi masalah dari sudut pandang yang berbeda, termotivasi dari dalam dan bekerja karena merasa ada tantangan yang menarik dan bukan karena ada hadiah 48

12) Merepon dengan Kekaguman (Responding with Wonderment and Awe) Siswa yang menanggapi dengan kekaguman dan keheranan menunjukan sebuah sikap yang mengisyaratkan pesan bahwa “aku bisa” dan “aku menikmatinya”. Siswa yang memiliki kebiasaan ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan menikmati proses berpikir. Selain itu mereka juga menunjukan rasa kasih sayang sesama makhluk hidup lainnya, mengerti bahwa mereka harus melindungi lingkungan mereka, menghargai dan memahai peran orang lain serta dapat melihat nilai, keunikan dan hubungan dari apapun yang mereka temui.49

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘merespon dengan kekaguman’ sebagai berikut :50

• Mempunyai rasa ingin tahu tentang alam

• Menikmati hal-hali disekelilingnya dan dapat mendeskripsikannya. Selanjutnya responding with wonderment and awe menurut Utari Sumarmo yaitu Bersemangat dalam merespons, yaitu bersemangat dalam bekerja, mengungkapkan rasa mampu dan saya senang mengerjakan suatu tugas 51

13) Bertanggung Jawab Terhadap Resiko yang ada (Taking Responsible Risk)

Orang yang suka mengambil resiko merupakan seorang yang keluar dari batas kenyamanannya.Mereka senang melakukan hal-hal yang menarik, menantang dan penuh risiko tetapi mampu bertanggung jawab atas semua

48

Sumarmo.op.cit., h.8 49

Costa, op.cit., h.203

50

Marita. loc.cit.

51


(40)

tindakannya. Sikap mengambil risiko tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan melalui pengalaman yang dilakukannya secara berulang. Pengambilan risiko sering kali merupakan gabungan dari intuisi, pemanfaatan pengetahuan lampau, usaha untuk mendapatkan kecermatan dan ketepatan informasi, dan ketertarikan dalam menghadapi tantangan baru.52

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘bertanggung jawab terhadap resiko yang ada’ sebagai berikut :53

• Dapat melihat kegagalan sebagai hal yang menarik, menantang dan bermanfaat bagi kemajuan diri.

• Mengetahui resiko dari setiap tindakan yang diambil.

• Menggunakan pengalaman masa lalu dengan penuh pertimbangan, berusaha untuk mendapat informasi yang tepat, antusias dalam setiap pembelajaran baru.

Selanjutnya taking responsible risk menurut Utari Sumarmo yaitu Berani bertanggung jawab dan menghadapi resiko yaitu ditunjukan dengan sikap tidak takut gagal, dan dapat menerima ketidakpastian karena berdasarkan pengalaman resiko sudah dapat diperkirakan 54.

14) Humoris (Finding Humour)

Seorang yang memiliki kebiasaan ini memilki kemampuan untuk melihat situasi dari sudut pandang yang orisinal dan menarik.Hal ini karena mereka memiliki kerangka berpikir yang unik, sehingga mereka pandai dalam menemukan keanehan; menangkap absurditas, ironi, dan satir, menemukan diskontinuitas; dan mampu menertawakan peristiwa maupun diri sendiri.55

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘humoris’ sebagai berikut :56

52

Costa, op.cit h.204

53

Marita. loc.cit.

54

Sumarmo.loc.cit 55

Costa, op.cit. h.204

56


(41)

• Dapat menikmati kegagalan atau ketidaksesuaian hasil. • Dapat bercanda disaat yang tepat.

Selanjutnya finding humour menurut Utari Sumarmo yaitu Humoris. Individu yang humoris memandang situasi yang dihadapi sebagai sesuatu yang penting, dan memberikan apresiasi ke pada orang lain.57

15) Berpikir Ketergantungan (Thinking Interdependently)

Siswa yang memiliki kebiasaan ini merupakan siswa yang senang bekerja dalam kelompok dan mengesampingkan egonya untuk keberhasilan bersama atau kelompok. Mereka akan mencurahkan tenaga mereka untuk kepentingan kelompok, mendahulukan orang lain dan peduli terhadap anggota kelompok lainnya. Siswa dengan kebiasaan ini juga tidak hanya berkontribusi bagi kelompok tetapi juga mampu belajar atau mengambil pelajaran dari kelompok.58

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘berikir ketergantungan’ sebagai berikut :59

• Menyelesaikan setiap masalah yang diberikan. • Tanggap akan tugas yang diberikan.

• Menerima jika pedapatnya tidak disetujui.

Selanjutnya thinking interdependently menurut Utari Sumarmo yaitu Berpikir saling bergantungan. Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lainnya, saling membutuhan satu dengan yang lainnya, saling memberi dan menerima, dan lebih berpandangan kekitaan dari pada keakuan.60

57

Sumarmo.loc.cit 58

Costa, op.cit., h.205.

59

Marita. loc.cit.

60


(42)

16) Terbuka terhadap Pembelajaran Selanjutnya (Remaining Open to continuous Learning)

Seorang yang cerdas selalu berada dalam sikap siap belajar.Menurut Bateson mengungkapkan bahwa orang dengan kebiasaan pikiran selalu berusaha memperbaiki, bertumbuh, belajar, mengubah dan meningkatkan diri.Merea melihat permasalahan, situasi sulit, tekanan, konflik, dan kondisi yang berada di luar kendalinya sebagai sebuah kesempatan untuk belajar.Siswa yang memiliki kebiasaan ini merupakan siswa yang mampu memanfaatkan masukan dan saran dari orang lain. Mereka mampu menganggap semua hal yang mereka temui dan peristiwa yang mereka hadapi, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat sebagai dorongan atau motivasi untuk terus belajar.61

Sedangkan menurut Rose Ash Sidiqi Marita menyebutkan indikator ‘terbuka terhadap pembelajaran selanjutnya’ sebagai berikut :62

• Menikmati setiap proses belajar.

• Berusaha untuk meningkatkan kualitas diri.

• Berorientasi pada proses pembelajaran, bukan hasil pembelajaran. Selanjutnya remaining open to continuous learning menurut Utari Sumarmo yaitu Belajar berkelanjutan. Sejalan dengan pandangan belajar sepanjang hayat,manusia akan belajar berkelanjutan, mencari sesuatu yang baru dan lebih baik, berusaha meningkatkan diri, dan memandang masalah, situasi, tekanan, konflik,dan lingkungan sebagai peluang yang baik dalam belajar.63

Berikut merupakan indikator habits of mind yang digunakan pada penelitian ini :

61

Costa, op.cit., h.206

62

Marita. loc.cit.

63


(43)

Tabel 2.1

Indikator Habits Of Mind

No Habits Of

Mind Indikator :

1. Persisting - Terbiasa tekun dalam pembelajaran.

- Terbiasa mendemostrasikan metode-metode sistematis untuk menganalisis permasalahan.

- Terbiasa mebedakan gagasan-gagasan yang berhasil dan tidak.

- Terbiasa mencari berbagai cara untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan.

2. Thinking about Thinking

- Terbiasa bekerja atau bertindak sesuai rencana. - Terbiasa sadar akan pemikiran dan tindakannya. - Terbiasa merancang strategi untuk memunculkan

informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

- Terbiasa menggambarkan langkah-langkah digunakannya untuk melakukan pemecahan masalah

3 Thinking Flexibly

- Terbiasa berpikiran terbuka.

- Terbiasa memiliki banyak ide dan gagasan mengenai suatu hal

- Terbiasa mengubah sudut pandang atau pemikiran mereka saat mendapat informasi baru atau tambahan.

- Terbiasa menggunakan berbagai cara pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah yang sama. 4. Applying

Past Knowledg e to New Situation

- Terbiasa menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memahami masalah atau situasi baru.

- Terbiasa menghubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru.

- Terbiasa mengabstraksi makna atau arti dari sebuah pengalaman untuk menyelesaikan masalah baru.


(44)

2. Kemampuan Generalisasi Matematis

a. Pengertian Kemampuan Generalisasi Matematis

Generalisasi merupakan salah satu bagian dari penalaran. Menurut Sumarmo dalam Ira Wulandari menyatakan bahwa generalisasi merupakan bagian dari penalaran induktif.64 Penalaran induktif yaitu penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan pada data yang teramati. Sedangkan yang dimaksud dengan generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati.65 Selanjutnya Soekadijo mengatakan bahwa penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirikitu disebut dengan generalisasi.66 Ira Wulandari mengungkapkan bahwa generalisasi matematis adalah menarik kesimpulan dengan memeriksa keadaan khusus menuju kesimpulan umum. Generalisasi tersebut mencangkup pengamatan contoh-contoh khusus dan menemukan pola.67 Berdasarkan beberapa pengertian mengenai generalisasi diatas dapat disimpulkan bahwa generalisasi merupakan proses membuat kesimpulan berdasarkan fakta –fakta yang ada dari keadaan khusus menuju kesimpulan umum yang menyangkut mengenai pola atau aturan tertentu.

Menurut Soekadijo generalisasi memuat beberapa syarat, diantaranya adalah :68

1) Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.

2) Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.

3) Generalisasi harus dapat dijadikan sebagai sumber pengandaian.

64

Ira Wulandari, “Peningkatan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMA melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing”, Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2012, h.17, tidak dipublikasikan.

65

Sumarmo, op.cit., h.13.

66

Harry Dwi Putra, Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.1, 2013, h. 419.

67

Wulandari, op.cit., h.17. 68


(45)

Soekandijo juga menyatakan faktor-faktor probabilitas yang berhubungan dengan generalisasi memiliki sifat-sifat berikut: (1) makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran, makin tinggi probabilitas konklusinya; (2) makin besar jumlah faktor kesamaan di dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya; (3) makin besar jumlah factor disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitasnya konklusinya dan sebaliknya; (4) semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya69. Dengan demikian generalisasi dibentuk berdasarkan pola atau kondisi berulang pada suatu kejadian yang diharapkan selalu terjadi juga pada kejadian yang berbeda yang memiliki pola atau kondisi yang sama. Semakin banyak fakta yang mewakili generalisasi yang diharapkan maka semakin tinggi probabilitas kebenaran konklusinya.

b. Indikator Kemampuan Generalisasi Matematis

NCTM mendefinisikan proses generalisasi adalah mencatat keteraturan dan memformulasikan konjektur. Selanjutnya Ward dan Hardgrove mendeskripsikan proses generalisasi yang meliputi: mengobservasi data, membuat hubungan yang mungkin, dan memformulasi konjektur.70 Sedangkan proses generalisasi menurut Mason meliputi empat tahapan berikut:71

a. perception of generality, siswa baru mengenal sebuah aturan/ pola; siswa juga telah mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola, dan mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan aturan/pola.

b. ekspression of generality, siswa telah mampu menggunakan hasil identifikasi pola untuk menentukan struktur/ data/ gambar/ suku berikutnya; siswa juga telah mampu menguraikan sebuah aturan/ pola, baik secara numerik maupun verbal.

69

Ibid., h. 420 70

Wulandari., op.cit., h.16 71


(46)

c. symbolic ekspression of generality, siswa telah mampu menghasilkan sebuah aturan dan pola umum; mampu memformulasikan keumuman secara simbolis.

d. manipulation of generality, siswa telah mampu menggunakan hasil generalisasi untuk menyelesaikan masalah, dan mampu menerapkan aturan/ pola yang telah mereka temukan dalam berbagai persoalan.

Berdasarkan uraian mengenai tahapan proses generalisasi diatas maka indikator kemampuan generalisasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terbagi menjadi tiga yaitu:

• Siswa mampu melakukan proses identifikasi pola atau tahap perception of generality.

• Siswa dapat menggunakan hasil identifikasi pola untuk menentukan struktur atau data atau suku selanjutnya atau tahap ekspression of generality.

• Siswa mampu menggunakan menghasilkan aturan umum dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah (symbolic and manipulation of generality).

Pada penelitian ini indikator symbolic ekspression of generality dan manipulation of generality digabung menjadi satu yaitu menjadi indikator symbolic and manipulation of generality

Contoh butir tes yang mengukur kemampuan generalisasi matematik siswa di SMP pada materi segiempat adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan gambar berikut!

... Pola ke-1 ke-2 ke-3 ke-n


(47)

a. Berapa banyak persegi pada pola 1? Berapa luas total persegi pada pola ke-1?

b. Berapa banyak persegi pada pola 5? Berapa luas total persegi pada pola ke-5?

c. Bagaimana pola umum untuk menentukan luas persegi pada pola ke-n (n € bilangan asli)

d. Berapa luas total persegi pada pola ke-35?72

Dalam mengerjakan dan menjawab soal tersebut, siswa harus mengusai empat tahapan proses generalisasi. Tahap pertama yaitu perception of generality, pada tahap ini siswa harus mampu mengenali atau mengidentifikasi pola atau aturan apa yang terdapat dalam soal tersebut. Berdasarkanketerangan pada gambar diketahui bahwa banyak segiempat akan akan bertambah 2 buah dari jumlah pada pola sebelumnya. Maka jawaban untuk no.1a, banyak persegi pada pola pertama adalah 2 buah dan luasnya adalah 2�7��� 7 �� = 98��P

2

Selanjutnya setelah mengetahui dan memahami pola apa yang terdapat dalam soal tersebut maka siswa diharapkan mampu menggunakan hasil identifikasinya untuk menentukan pola atau struktrur selanjuntnya (expression of generality), yaitu pada soal 1b. Karena pada setiap pola selanjutnya segiempat bertambah 2 buah maka pola pertama 2 buah segimpat, pola kedua ada 4 buah segiempat pola ketiga ada 6 segiempat, pola keempat ada 8 buah segiempat, maka pola kelima ada 10 buah segiempat. Lalu untuk mencari luas pada pola kelima adalah 10�7��� 7 ��= 490��P

2

Lalu pada tahapan symbolic expression of generality, siswa harusmampu menghasilkan atau menentukan aturan atau pola umum untuk menentukan jumlah segiempat pada pola ke-n, yaitu pada soal no.1c.Sebelumnya telah diketahui bahwa banyak segiempat pada pola pertama hingga pola kelima adalah 2, 4, 6, 8, 10 maka untuk menentukan banyak segiempat pada pola ke-n yaitu 2�� atau 2n.

72

Nihal Nadia, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan


(48)

Maka rumus untuk menentukan luas segiempat pada pola ke-n adalah 2�� 7��� 7��.

Terakhir adalah tahap manipulation of generality yaitu siswa mampu untuk menggunakan hasil generalisasi dan menerapkan pola atau aturan yang mereka temukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada yaitu pada no.1e. Siswa harus mampu menentukan luas total segiempat pada pola ke-35. Untuk mengerjakannya siswa dapat menggunakan rumus umum yang telah diketahui sebelumnya yaitu 2�� 7��� 7��, sehingga luas total segiempat pada pola ke-35 adalah 2 (35)� 7��� 7�� = 3430 ��P

2

.Saat siswa mampu mengerjakan soal tersebut dengan baik maka siswa telah memilki kemampuan generalisasi matematis

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

• Penelitian Prahesti Tirta Safitri yang berjudul “Pembelajaran Quick on the Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Habits of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa habits of mind siswa yang mendapat pembelajaran quick on the draw tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional, tetapi nampak kecenderungan habits of mind siswa.73

• Penelitian Rose Ash Sidiqi Marita yang berjudul “Profil Habits of mind siswa SMA kelas XI pada Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Praktikum dan Diskusi”. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa profil habits of mind siswa secara keseluruhan masih rendah. Sedangkan untuk habits of mind tiap karakteristik yang tergolong tinggi yaitu pada kategori thinking interdepedently 95%, thinking with communication with clarity and precesion 62 %, sedangkan untuk kategori lainnya masih dibawah 50% masih

73

Prahesti Tirta Safitri yang berjudul “Pembelajaran Quick on the Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Habits of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama”, Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2013, h.81, tidak


(49)

rendahnya hasil tersebut dipengaruhi oleh efektif-tidaknya pembelajaran dikelas, kemampuan guru dalam menggali habits of mind siswa.74

• Penelitian Kevin Clune yang berjudul “Habits of mind and Matematical Processes”, penelitian tersebut berusaha menggambarkan habits of mind sebagai kerangka belajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Kevin Clune dalam penelitiannya mengatakan bahwa habits of mind berguna untuk mempromosikan siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemandirian dalam belajar, self-directed dan penguasaan terhadap konten pembelajaran. Habits of mind yang digunakan dalam penelitian ini hanya pada tujuh kategori saja yaitu : (1) Striving for accuracy, (2) Managing impulsivity, (3) Persisting, (4) Thinking about thinking, (5) Listening with understanding and emphaty, (6) Taking responsible risk, (7) Using past knowledge to new situation.75

• Penelitian Ely Susanti yang berjudul “ Soal High Order Thinking Skill untuk Melatih Kebiasaan Berpikir Matematis”, berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kebiasaan berpikir dapat dikembangkan melalui tugas atau soal yang sulit secara kognitif yaitu melalui soal high-order thinking skill. Habits of mind atau kebiasaan berpikir yang dapat dikembangkan tersebut yaitu: (1) Berpikir fleksibel, (2) Berpikir secara interdependent, (3) Memeriksa akurasi, (4) Kegigihan atau persisting.

• Penelitian Harry Dwi Putra yang berjudul “Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP”. Harry Dwi Putra dalam penelitiannya mengatakan bahwa kemampuan penalaran memiliki peran penting terhadap keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Hal ini dikarenakan matematika dan penalaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Matematika dipahami melalui penalaran sedangkan penalaran dipahami dan

74

Rose Ash Sidiqi Marita, Profil Habits Of Mind Siswa SMA kelas XI pada

Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Praktikum dan Diskusi, Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014,2015, h. 443,

(http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper/viewFile/519/472)

75


(50)

dilatih melalui belajar matematika. Salah satu penalaran yang penting untuk dikuasai yaitu generalisasi.76

• Penelitian Nourooz Hashemi yang berjudul “Generalization in the Learning of Mathematics”, dalam penelitiannya ia mengatakan bahwa generalisasi merupakan aktifitas penting dalam mempelajari konsep matematika dan perlu untuk diaplikasikan lebih lanjut dalam pembelajaran. Oleh karena itu keberhasilan siswa dalam memperlajari matematika, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan generalisasi yang dimilikya.77

Berdasarkan hasil penelitian – penelitian sebelumnya mengenai habits of mind dapat diketahui bahwa dibutuhkan proses waktu yang cukup lama untuk mengubah habits of mind siswa. Hal tersebut terlihat pada hasil penelitian Prahesti Tirta Safitri yang menunjukan tidak adanya perbedaan signifikan antara habits of mind siswa pada kelas control dan kelas eksperimen. Selanjutnya teramatinya kecenderungan habits of mind siswa berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pada penelitian Rose Ash Sidiqi Marita teramati bahwa kecenderungan habits of mind siswa yaitu pada kategori thinking interdepedently 95%. Penelitian Prahesti Tirta Safitri juga menyatakan teramatinya kecenderungan habits of mind siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa akan muncul kecenderungan habits of mind yang berbeda bersarkan pada materi dan kegiatan pembelajaran yang disampaikan.

Selanjutnya terdapat beberapa habits of mind yang terkait pada proses pembelajaran matematika, menurut Kevin Clune diantaranya yaitu (1) Striving for accuracy, (2) Managing impulsivity, (3) Persisting, (4) Thinking about thinking, (5) Listening with understanding and emphaty, (6) Taking responsible risk, (7) Using past knowledge to new situation. Sedangkan menutut penelitian

76

Harry Dwi Putra, Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.1, 2013, h. 416

77

Nourooz Hashemi, “Generalization in the Learning of Mathematics”, 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education, Malaysia, 2013, h.208


(51)

Ely Susanti yaitu: (1) Berpikir flekxibel, (2) Berpikir secara interdependent, (3) Memeriksa akurasi, (4) Kegigihan atau persisting.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian – penelitian sebelumnya mengenai kemampuan generalisasi matematis siswa diketahui bahwa kemampuan generalisasi merupakan kemampuan yang penting dalam dalam matematika, matematika dan generalisasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena peningkatan terhadap kemampuan generalasi siswa akan membantu keberhasilan siswa dalam belajar matematika.

C. Kerangka Berpikir

Kebiasaan merupakan sikap atau perilaku yang melekat pada diri seseorang yang terbentuk melalui proses yang panjang. Selain itu kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Ketika seseorang dihadapkan pada sebuah masalah ia akan menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan kecenderungan poala pikir dan perilaku yang ia miliki, respon dan tanggapan seseorang dalam menyelesaikan masalah akan berbeda-beda satu sama lainnya. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebiasaan yang mereka miliki, yaitu kebiasaan pikiran atau habits of mind. Oleh karena itu keberhasilan siswa dalam belajar matematika disekolah juga dipengaruhi oleh kebiasaan pikirannya atau habits of mind yang dimilikinya.

Generalisasi merupakan hal fundamental dalam matematika, artinya hampir semua pokok bahasan dalam matematika berkaitan dengan proses generalisasi. Oleh karena itu pemahaman dan penguasaaan terhadap kemampuan generalisasi akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam menguasai dan memahami pelajaran matematika. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini peneliti berusaha mengidentifikasi pengaruh habits of mind yang dimiliki siswa terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa.

Dalam penelitian ini kategori habits of mind yang digunakan merupakan kategori habits of mind menurut Arthur L. Costa dan Benna Kallick yang dibatasi hanya pada empat kategori yaitu: berteguh hati (persisting), berpikir tentang


(52)

berpikir (thinking about thinking), berpikir fleksibel (thinking flexibly), menggunakan pengetahuan masa lalu di situasi baru (applying past knowledge to new situation). Pemilihan keempat kategori habits of mind tersebut berdasarkan tinjauan dari penelitian sebelumnya serta kesesuaiannya terhadap indikator kemampuan generalisasi matematis siswa yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Persisting dengan Kemampuan Generalisasi Matematis

Siswa yang memiliki habits of mind ‘persisting’ terbiasa mendemonstrasikan metode-metode sistematis dalam menganalisis masalah. Hal tersebut akan membantu siswa dalam melakukan identifikasi pola (perception of generality) dengan baik, misalnya dengan menuliskan hal-hal yang diketahui dari suatu permasalahan atau soal, membaca soal berulang kali hingga akhirnya ia mampu menemukan pola dalam soal tersebut.

Selanjutnya siswa yang persisting juga terbiasa membedakan gagasan yang berhasil atau tidak yang dapat membantunya untuk mementukan struktur atau suku selanjutnya (expression of generality) dalam menyelesaikan soal generalisasi. Siswa akan mampu membedakan mana pola yang harus digunakan untuk menentukan struktur atau suku selanjutnya.

Indikator persisting selanjutnya adalah terbiasa mencari berbagai cara untuk menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut akan membantu siswa untuk menemukan pola umum atau hasil generalisasi dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah baru. (symbolic and manipulation of generality).

b. Thinking about Thinking dengan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa yang memiliki habits of mind ‘thinking of thinking’ merupakan siswa yang sadar akan pemikirannya, saat ia dihadapkan pada permasalahan ia akan mampu menyadari apa yang telah diketahui dan belum diketahuinya. Hal tersebut akan membantu siswa untuk menyadari bahwa terdapat sebuah pola dalam permasalahan yang ditemuinya (perception of generality).

Siswa yang memiliki habits of mind ini juga merupakan siswa yang terbiasa merancang strategi untuk memunculkan informasi yang diperlukan untuk


(53)

memecahkan masalah. Hal tersebut berguna untuk mementukan struktur atau suku selanjutnya dalam proses generalisasi (expression of generality). Karena siswa telah mampu mengidentifikasi pola (perception of generality) maka siswa akan menggunakan pola tersebut untuk sebagai salah satu strategi untuk menentukan suku selanjutnya dari soal (expression of generality).

Selanjutnya siswa dengan habits of mind ini juga terbiasa melakukan pemecahan masalah dengan menggambarkan langkah-langkah yang digunakannya. Oleh karena itu, urutan pemikiran siswa dari menemukan pola dan menggunakan pola untuk menemukan suku selanjutnya merupakan penjabaran langkah-langkah pemecahan masalah yang akan menuntun siswa untuk menemukan atauran umum atau hasil generalisasi untuk menyelesaikan masalah baru (symbolic and manipulation of generality). Siswa akan dengan terstruktur menyelesaikan suatu soal dan mampu menjelaskan dari mana jawaban atau penyelesaian itu didapat.

c. Thinking Flexibly dengan Kemampuan Generalisasi Matematis

Siswa yang memiliki habits of mind ‘thinking flexibly’, terbiasa memiliki banyak ide dan gagasan mengenai suatu hal. Ide-ide atau gagasan yang dimilikinya tersebut akan membantunya dalam mengidentifikasi pola atau tahap perception of generality karena ia tidak terikat dengan hanya satu pemahaman saja. Saat ia menemukan suatu pemasalahan ia akan memikirkan banyak gagasan penyelesaian mengenai hal tersebut. Selanjutnya siswa yang berpikir flexsibel juga terbiasa mengubah sudut pandang saat mendapat informasi baru. Hal tersebut akan membuat siswa untuk menggunakan hasil identifikasi pola yang didapatnya sebagai informasi tambahan untuk membantunya menentukan struktur atau suku selanjutnya (expression of generality). Siswa bisa saja melakukan kesalahan saat ide atau gagasan yang dimilikinya untuk mengidentifikasi pola kurang tepat, namun saat ia menemukan fakta baru dan menyadari kesalahan ia mampu merubah pemahamannya dan menjawab soal dengan benar.

Kemudian, siswa yang berpikir fleksibel juga terbiasa menggunakan berbagai pemecahan masalah untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut


(54)

akan membantunya untuk melakukan tahap symbolic and manipulation of generality yaitu menggunakan hasil generalisasinya dalam menyelesaikan masalah yang ditemuinya. Pada tahap ini siswa akan mampu menggunakan pola yang didapatnya atau hasil generalisasinya sebagai salah satu cara dalam menyelesaikan soal, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa siswa akan memiliki cara lain dalam mengerjakan soal tersebut.

d. Using Past Knowledge to New Situation dengan Kemampuan Generalisasi Matematis

Terakhir, yaitu siswa dengan habits of mind ‘using past knowledge to new situation’ terbiasa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam memahami masalah atau situasi baru. Siswa dengan kebiasaan ini akan mampu melakukan identifikasi pola dengan baik (perception of generality), ia akan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengidentifikasi pola apa yang terdapat pada soal generalisasi tersebut.

Selanjutnya siswa juga mampu menggubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Hal tersebut akan membantu siswa untuk menggunakan hasil identifikasi pola sebagai pengetahuan yang dimilikinya untuk menentukan suku atau struktur selanjutnya (expression of generality). Siswa dengan habits of mind ini juga terbiasa mengabstraksi makna atau arti dari sebuah pengalaman untuk menyelesaikan masalah baru. Hal tersebut akan membantu siswa untuk menggunakan menemukan pola umum atau hasil generalisasi untuk menyelesaikan masalah (symbolic and manipulation of generality). Siswa akan menyadari bahwa pengetahuannya mengenai pola dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada dasarnya habits of mind ini sangat sesuai dengan indikator kemampuan generalisasi. Karena proses generalisasi dilakukan secara bertahap dengan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk dapat menarik kesimpulan dan menggunakan hasil generalisasi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan baru.

Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara indikator habits of mind dan kemampuan generalisasi digambarkan pada tabel berikut :


(1)

158

Lampiran 31

Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian

No Hari/ Tanggal

Kegiatan Penelitian

Keterangan Observasi Observasi

Kelas Soal

1 Selasa, 19 April 2016 1 1 Pada observasi soal teramati HOM kategori Persisting

2 Kamis, 21 April 2016 2 2 Pada observasi soal teramati kategori Persisting dan Using Past Knowledge 3 Selasa, 26 April 2016 3 3 Pada observasi soal teramati kategori

Persisting dan Thinking Flexibly 4 Selasa, 3 Mei 2016 4 4 Pada observasi soal teramati kategori

Persisting dan Thinking Of Thinking

5 Jumat, 6 Mei 2016

5 5 Pada observasi soal teramati kategori Persisting, Thinking Of Thinking, Thinking Flexibly dan Using Past Knowledge

6 Selasa, 16 Mei 2016 Penyebaran angket habits of mind pada siswa

7 Kamis, 18 Mei 2016 Penyebaran instrument tes kemampuan generalisasi matematis pada siswa


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)