Simulasi Model Impact of the Development of Estate Crops on Economic Jambi Provinces

merupakan Perkebunan Besar Swasta. Berbeda halnya dengan komoditas Kelapa Dalam dan kopi, hanya terdiri dari Perkebunan Rakyat saja. Pelaksanaan pembangunan perkebunan di Provinsi Jambi pada kurun waktu 9 tahun terakhir, secara umum memperlihatkan adanya peningkatan baik dari segi luas areal maupun produksi seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun Luas Areal Ha Perkembangan Luas Areal Produksi Ton Perkembangan Produksi 2000 1 091 079 - 935 662 - 2001 1 099 697 7.9 1 052 687 12.5 2002 1 103 219 3.2 1 062 505 0.9 2003 1 124 299 19.1 1 071 472 0.8 2004 1 152 240 24.8 1 234 825 15.2 2005 1 238 932 75.2 1 405 735 13.8 2006 1 264 995 21 1 497 173 6.5 2007 1 298 075 26.2 1 615 951 7.9 2008 1 349 558 39.7 1 681 422 4.1 2009 1 363 989 1.1 1 730 128 2.9 Rata-rata Perkembangan 24.24 7.17 Sumber: Disbun Jambi, 2010 diolah. Tabel 6 memperlihatkan adanya peningkatan luas areal dan produksi dari komoditas perkebunan setiap tahunnya. Namun, untuk persentase perubahan luas areal setiap tahunnya sangat berfluktuasi. Rata-rata perkembangan luas areal setiap tahunnya sebesar 24.24 persen. Seiring dengan persentase perubahan jumlah produksi komoditas perkebunanpun berfluktuasi setiap tahunnya dan menunjukkan trend yang menurun. Rata-rata perkembangan jumlah produksi komoditas perkebunan sebesar 7.17 persen. Peningkatan luas areal dan produksi komoditas perkebunan ini, didorong oleh arah kebijakan pembangunan perkebunan di Provinsi Jambi, yaitu revitalisasi pertanian dan peningkatan daya saing agroindustri. Pada tahun 2009, lebih dari 47 persen luas areal perkebunan di Provinsi Jambi ditanami karet, 36 persen ditanami kelapa sawit, 8.7 persen ditanami Kelapa Dalam, dan 1.8 persen ditanami kopi. Pada Tabel 7 dapat dilihat perkembangan luas tanaman karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi dari tahun 2001-2009. Tabel 7. Perkembangan Luas Areal Tanaman Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam, dan Kopi di Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009 Ha Tahun Luas Areal Tanaman Karet Kelapa Sawit Kelapa Dalam Kopi 2001 558 633 301 879 128 079 28 594 2002 561 162 302 152 128 079 28 532 2003 563 502 326 889 122 086 28 400 2004 567 042 365 304 122 178 24 372 2005 622 192 403 467 119 899 24 638 2006 630 211 422 888 119 292 24 458 2007 636 907 448 899 119 231 24 217 2008 644 943 484 137 119 030 24 365 2009 645 145 489 384 117 793 24 918 Sumber: Disbun Jambi, 2010. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas lahan karet dan kelapa sawit dari tahun 2001-2009. Hal ini mengindikasikan adanya upaya yang serius dari pemerintah untuk meningkatkan luas areal dari komoditas karet dan kelapa sawit ini sebagai komoditas andalan provinsi Jambi. Tetapi untuk komoditas Kelapa Dalam terjadi penurunan luas areal setiap tahunnya. Berbeda halnya dengan luas areal tanaman kopi yang berfluktuasi, dari tahun 2001-2004 luas areal kopi mengalami penurunan, tahun 2005 meningkat, tahun 2006-2007 mengalami penurunan kembali, dan 2008-2009 kembali meningkat. Sejalan dengan program pemerintah Jambi untuk meningkatkan luas areal tanaman unggulan, maka diharapkan produksi komoditas tanaman unggulan perkebunan provinsi Jambi pun meningkat. Pada Tabel 8 dapat dilihat perkembangan produksi keempat tanaman komoditas unggulan provinsi Jambi 2001-2009. Pada Tabel 8 dapat dilihat, masing-masing komoditas memiliki perkembangan produksi yang berfluktuasi setiap tahunnya. Dari keempat komoditas yang ada, hanya CPO yang mempunyai perkembangan produksi yang selalu meningkat setiap tahunnya. Tabel 8. Perkembangan Produksi Komoditas Karet, Kelapa Sawit, Kelapa Dalam dan Kopi Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009 Ton Tahun Produksi Komoditas Karet CPO Kelapa Dalam Kopi 2001 239 330 649 489 122 327 5 361 2002 239 625 660 320 122 327 5 546 2003 241 704 664 164 118 169 5 217 2004 236 317 795 848 125 829 5 555 2005 247 568 936 595 126 328 9 208 2006 266 263 1 018 768 118 886 12 398 2007 264 674 1 150 355 114 457 10 190 2008 271 752 1 203 433 110 305 10 539 2009 280 620 1 265 789 113 089 12 731 Sumber: Disbun Jambi, 2010.

5.2. Ekspor Komoditas Perkebunan

Pada umumnya hasil dari komoditas perkebunan di Provinsi Jambi memang diperuntukkan atau berorientasi ekspor. Pada Tabel 9 dapat dilihat perkembangan ekspor dari keempat komoditas andalan provinsi Jambi. Kelapa sawit yang diekspor adalah dalam bentuk CPO bukan dalam bentuk TBS Tandan Buah Segar dan untuk ekspor Kelapa Dalam adalah dalam bentuk kelapa biji. Tabel 9. Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Karet, Crude Palm Oil, Kelapa Dalam dan Kopi Provinsi Jambi, Tahun 2001-2009 Tahun Ekspor Karet CPO Crude Oil Palm Kelapa Dalam Kopi 2001 Volume Kg 141 702 185 5 000 000 8 750 107 000 Nilai US 68 745 448 1 150 000 4 539 148 977 2002 Volume Kg 82 259 000 4 350 000 228 700 20 000 Nilai US 56 924 000 1 457 000 17 040 15 787 2003 Volume Kg 95 587 000 15 600 000 321 000 - Nilai US 80 295 000 6 042 000 24 709 - 2004 Volume Kg 125 973 838 60 250 000 262 899 5 000 Nilai US 141 304 353 35 823 000 48 327 5 263 2005 Volume Kg 133 185 583 97 858 360 241 468 101 000 Nilai US 208 886 754 43 417 070 49 869 107 733 2006 Volume Kg 250 781 280 33 100 000 175 350 518 000 Nilai US 458 681 899 11 292 177 251 301 760 834 2007 Volume Kg 290 033 250 13 000 000 350 000 542 000 Nilai US 582 336 477 7 327 651 30 999 328 041 2008 Volume Kg 189 498 720 38 892 190 170 000 758 660 Nilai US 500 959 667 37 720 954 9 520 527 559 2009 Volume Kg 252 794 767 29 484 940 195 000 582 426 Nilai US 391 359 220 21 108 655 9 750 321 739 Sumber: Disbun Jambi, 2010. Tabel 9 menjelaskan bahwa telah terjadi trend peningkatan pada volume ekspor karet Jambi, walaupun pada tahun 2002 dan 2008 mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan perkembangan volume ekspor CPO yang berfluktuasi dari tahun ketahun. Dimana pada tahun 2002 volume ekspor CPO Jambi menurun, kemudian meningkat pada tahun 2003-2005, mengalami penurunan kembali pada tahun 2006-2007, dan meningkat kembali pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan. Untuk komoditas Kelapa Dalam, mempunyai trend yang menurun untuk volume ekspornya, walaupun pada tahun 2006 terjadi booming ekspor Kelapa Dalam dibandingkan tahun-tahun yang lainnya. Pada komoditas kopi memiliki trend volume ekspor yang meningkat, walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang tajam. Fluktuasi ekspor komoditas unggulan perkebunan Jambi akan berdampak pada penerimaan devisa di Provinsi Jambi. Karena komoditas unggulan merupakan penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebunan dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hal ini pun secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian provinsi Jambi.

5.3. Kebijakan Revitalisasi Perkebunan

Pada bulan Juli tahun 2006, Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Revitalisasi Pertanian, yang didalamnya juga membahas mengenai Revitalisasi Perkebunan untuk komoditas perkebunan. Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran akhir Ditjenbun, 2007. Arah kebijakan yang ditempuh untuk Revitalisasi Perkebunan adalah: 1 Meningkatkan kemampuan petani dan nelayan serta penguatan lembaga pendukungnya, 2 Pengamanan ketahanan pangan, 3 Peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk perkebunan, termasuk kegiatan rehabilitasi dan peremajaan untuk komoditas yang tidak produktif serta pengembangan komoditas