dengan tidak ada perdagangan, jadi kurva penawaran ekspor di mulai pada saat harga P
A
Penawaran ekspor sama dengan nol pada tingkat harga P
A
. Dengan demikian ekspor masing-masing tanaman perkebunan di Jambi
dapat dirumuskan: XKPJ = QKP
– QSKPJ – SKP – LSKP ................................................3.4 dimana:
XKPJ = Volume Ekspor komoditas perkebunan Jambi
QKP = Produksi komoditas perkebunan di Jambi
QSKPJ = Jumlah penawaran komoditas perkebunan tertentu di Jambi di
pasar domestik SKP
= Jumlah stok komoditas perkebunan tertentu di Jambi LSKP = Lag stok komoditas perkebunan tertentu di Jambi
Ekspor masing-masing tanaman perkebunan pada persamaan di atas hanya berupa persamaan identitas yang tidak akan diketahui perilakunya. Diasumsikan
pasar komoditas perkebunan di Indonesia mempunyai integrasi yang kuat dengan pasar dunia, maka harga yang meningkat di pasaran internasional akan
ditransmisikan sampai ke pasar komoditas perkebunan Jambi, sehingga akan mempengaruhi peningkatan jumlah ekspor dari Jambi. Mengingat adanya peranan
pasar komoditas perkebunan di dunia dan faktor –faktor lain seperti ekspor
provinsi lain, maka persamaan perilaku penawaran ekspor komoditas tanaman perkebunan di Jambi dapat dibuat dengan mempertimbangkan kondisi
penyesuaian parsial berikut, yaitu: XKPJ = f HKPD
,
QKPJ, XPL, NTR, LXKPJ ........................................3.5
dimana: XKPJ
= Ekspor Komoditas Perkebunan Jambi HKPD
= Harga Komoditas Perkebunan Dunia
NTR = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
XPL = Ekspor Provinsi Lain
LXKPJ = Lag Ekspor Komoditas Perkebunan Jambi
3.1.5. Keterkaitan Harga
Ada pengaruh yang cukup kuat dari harga komoditas perkebunan di pasar dunia terhadap harga komoditas perkebunan Jambi. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruhnya, maka perilaku harga masing-masing komoditas perkebunan Jambi dapat dirumuskan sebagai berikut:
HKPJ = f HKPD, XKPI, NTR, LHKPJ .................................................3.6 dimana:
HKPJ = Harga Komoditas Perkebunan Jambi
HKPD = Harga Komoditas Perkebunan Dunia
XKPI = Ekspor Komoditas perkebunan Indonesia
LHKPJ = Lag Harga Komoditas Perkebunan Jambi
Juga dipertimbangkan pengaruh volume ekspor dan kebijakan ekspor yang ditetapkan pada tahun t dan penyesuaian parsial harga ekspor tersebut.
3.1.6. Model Bedakala
Konsep bedakala lag menjadi sangat populer karena kemampuannya menjelaskan akibat
–akibat pada selang waktu tertentu yang ditimbulkan oleh suatu penyebab pada waktu tahun sebelumnya. Selang waktu tertentu itu,
disebut time lag tahun sebelumnya. Dalam ilmu ekonomi pertanian, time lag biasa disebut gestation period, yaitu jarak waktu yang panjang antara pengeluaran
dan penerimaan hasil pertanian, terutama bagi tanaman tahunan perenial crops. Dengan kata lain, perubahan
–perubahan atau penyesuaian produksi tanaman tersebut membutuhkan selang waktu antara penanaman dan panen.
Oleh karena itu, sebagai upaya merepresentasikan time lag di dalam model yang menggunakan pendekatan ekonometrika adalah mendistribusikan peubah lag
endogen dan atau peubah lag eksogen diantara peubah –peubah penjelas.
Koutsoyiannis 1977 menyebutnya sebagai model distribusi lag. Model distribusi lag adalah model yang memasukkan nilai lag peubah eksogen dan atau nilai lag
peubah endogen diantara peubah –peubah penjelasnya.
Peubah lag sangat penting dalam permodelan karena sangat menentukan kepekaan penyesuaian peubah endogen terhadap perubahan peubah
–peubah penjelas, melalui nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang.
Selanjutnya, arah kebijaksanaan implikasi kebijakan dapat diidentifikasikan dari nilai elastisitasnya.
Kepekaan respon produksi terhadap perubahan faktor –faktor yang
mempengaruhi terjadi pada selang waktu sebelumnya. Misalnya pada tanaman karet yang ditanam pada tahun t akan berproduksi pada waktu t+4 atau t+5.
Dengan demikian jika lahan karet sebagai peubah bebas dan produksi sebagai peubah tak bebas, maka pengaruh peubah bebas tidak terjadi atau tidak akan
terlihat pada saat yang sama, akan tetapi didistribusikan pada waktu t+4 atau t+5 dimasa yang akan datang.
3.1.7. Pendapatan Domestik Regional Bruto Subsektor Perkebunan Jambi
Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peranan subsektor perkebunan dalam perekonomian suatu daerah. Nilai tambah subsektor
perkebunan merupakan salah satu komponen dalam penentuan Pendapatan Domestik Regional Bruto.