4. Kopi Pada komoditas kopi, proyeksi luas areal hingga tahun 2010 adalah 25 423
ha dengan produksi 12 935 ton dan produktivitashathn berkisar 600 kg. Disamping itu dari aspek pengolahan diharapkan telah dilakukan penanganan
pasca panen sehingga terjadi peningkatan kualitas produk. Ranstra Dinas Perkebunan Provinsi Jambi ini sejalan dengan Peraturan
Menteri Pertanian No.33PermentanOT.14072006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Program Revitalisasi
Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit
investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam
pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran akhir. Untuk provinsi Jambi Revitalisasi perkebunan dilakukan terhadap empat
komoditas unggulan yaitu karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam dan kopi. Kegiatan Revitalisasi perkebunan yang dilakukan yaitu penambahan luas areal pada
keempat komoditi unggulan, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta volume ekspor komoditas tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu: 1.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan luas areal, produksi, produktivitas, harga dan volume ekspor komoditas unggulan perkebunan
provinsi Jambi ? 2.
Apakah pengembangan komoditas unggulan perkebunan dapat meningkatkan perekonomian provinsi Jambi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal, produksi,
produktivitas, harga dan volume ekspor komoditas perkebunan provinsi Jambi.
2. Menganalisis dampak pengembangan komoditas perkebunan unggulan
terhadap perekonomian provinsi Jambi.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji dampak pengembangan
komoditas perkebunan terhadap perekonomian daerah Jambi, yang terkait dengan perubahan luas areal. Komoditas unggulan yang menjadi objek penelitian adalah
komoditas karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi yang merupakan komoditas unggulan di Provinsi Jambi.
Pada penelitian ini perkebunan yang diteliti adalah perkebunan rakyat, mengingat hampir 80 persen perkebunan di provinsi Jambi adalah perkebunan
rakyat, dan upaya revitalisasi perkebunan di Jambi diperuntukkan bagi perkebunan rakyat.
Harga yang dipakai adalah harga jual ditingkat petani. Data yang digunakan adalah data tahunan komoditas karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi pada
sembilan kabupaten yang ada di provinsi Jambi yang disusun sebagai pooled data, mulai tahun 2000 sampai tahun 2009.
Keterbatasan dari penelitian ini yaitu harga pupuk yang digunakan adalah harga agregat. Untuk negara tujuan ekspor tidak dibedakan menurut negara tujuan
ekspornya. Serta tidak dibedakan bentuk dan kualitas dari komoditas unggulan yang diproduksi dan diekspor. Komoditas kelapa sawit yang diekspor adalah
dalam bentuk CPO.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pengembangan Komoditas Perkebunan
Penelitian terdahulu mengenai dampak kebijakan pengembangan terhadap berbagai komoditas lebih dari satu komoditas terhadap perekonomian suatu
wilayah, masih sangat terbatas. Penelitian yang telah dilakukan, umumnya hanya menekankan pada pengembangan satu komoditas perkebunan tertentu saja.
Namun demikian, diantara berbagai penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa diantaranya yang relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini.
Salah satu penelitian yang merupakan penelitian pengembangan komoditas perkebunan, khususnya pada komoditas kakao dilakukan oleh Baktiawan 2008.
Penelitian ini menganalisis faktor penentu kinerja pengusahaan kebun kakao rakyat dan keterkaitannya dengan pembangunan wilayah di Lampung Timur.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Spatial Durbin Models. Dari analisis permodelan variabel kinerja pengusahaan perkebunan kakao rakyat,
ditemukan bahwa peningkatan produktivitas dan luas kebun kakao ditentukan oleh ada tidaknya penyuluhan, ketersediaan sarana dan prasarana pertanian,
poduktivitas dan luas kebun daerah yang berdekatan, dan interaksi keberadaan kelompok tani dan penyuluh. Kinerja pengusahaan perkebunan kakao rakyat
belum memiliki keterkaitan dengan kinerja pembangunan daerah di Lampung Timur. Hal ini diperkirakan terjadi karena luasan kebun kakao masih belum
terlalu luas sehingga belum dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Disamping itu, belum adanya industri pengolahan yang berkembang
membuat biji kakao dijual keluar daerah dalam bentuk bahan mentah. Akibatnya