Luas Areal dan Produksi

kembali mengalami penurunan. Untuk komoditas Kelapa Dalam, mempunyai trend yang menurun untuk volume ekspornya, walaupun pada tahun 2006 terjadi booming ekspor Kelapa Dalam dibandingkan tahun-tahun yang lainnya. Pada komoditas kopi memiliki trend volume ekspor yang meningkat, walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang tajam. Fluktuasi ekspor komoditas unggulan perkebunan Jambi akan berdampak pada penerimaan devisa di Provinsi Jambi. Karena komoditas unggulan merupakan penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebunan dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hal ini pun secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian provinsi Jambi.

5.3. Kebijakan Revitalisasi Perkebunan

Pada bulan Juli tahun 2006, Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Revitalisasi Pertanian, yang didalamnya juga membahas mengenai Revitalisasi Perkebunan untuk komoditas perkebunan. Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran akhir Ditjenbun, 2007. Arah kebijakan yang ditempuh untuk Revitalisasi Perkebunan adalah: 1 Meningkatkan kemampuan petani dan nelayan serta penguatan lembaga pendukungnya, 2 Pengamanan ketahanan pangan, 3 Peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk perkebunan, termasuk kegiatan rehabilitasi dan peremajaan untuk komoditas yang tidak produktif serta pengembangan komoditas potensial, dan 4 Untuk lima tahun kedepan, kegiatan bidang perkebunan difokuskan pada dua komoditas andalan sebagai core business Provinsi Jambi yaitu karet dan kelapa sawit, tanpa meninggalkan komoditas unggulan lainnya seperti Kelapa Dalam, kopi, cassiavera, dan pinang serta komoditas rintisan dan potensial lainnya seperti aren, jarak, nilam, lada, tebu dan lain-lain Disbun Jambi, 2010. Kebijakan pengembangan sub sektor perkebunan secara ekonomi mempunyai sasaran yang meliputi: 1 meningkatkan produktivitas dan kualitas konsumsi dalam negeri dan ekspor non migas, 2 peningkatan nilai tambah melalui diversifikasi hasil utama, hasil sampingan dan manfaat limbah, dan 3 meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta penyerapan tenaga kerja Damanik, 2000. Seiring dengan kebijakan menteri pertanian tersebut maka pada tahun 2006 sampai 2010, kegiatan bidang perkebunan Provinsi Jambi difokuskan pada dua komoditas andalan sebagai core business Provinsi Jambi yaitu komoditas karet dan kelapa sawit tanpa meninggalkan komoditas unggulan lainnya seperti Kelapa Dalam dan kopi. Alasan pemilihan komoditas andalan ini, disebabkan oleh volume dan nilai ekspor ke empat komoditas ini memberikan sumbangan devisa terbesar terhadap provinsi Jambi dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Selain itu penyerapan tenaga kerja pun lebih tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Dalam Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2006- 2010 telah ditetapkan suatu kondisi yang ingin dicapai secara bertahap hingga tahun 2010 terhadap pengembangan 4 komoditas unggulan, yang mencakup aspek produksi, produktivitas, sarana dan prasarana perkebunan serta pengolahan dan pemasaran hasil. Secara umum Kondisi yang diinginkan kedepan dari komoditas unggulan di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut Disbun Jambi,2006: 1. Karet Untuk komoditas karet, luas areal pada tahun 2010 ditargetkan mencapai 640 549 ha, dengan areal produktif sekitar 451 409 ha dan proyeksi produksi sekitar 279 500 ton. Kondisi lain yang diinginkan adalah semakin sadarnya masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul karet. Disamping itu terjadi peningkatan mutu Bahan Olah Karet BOKAR produksi petani, dan sistem pemasaran langsung kepada prosessor. 2. Kelapa Sawit Untuk komoditas kelapa sawit, target luas areal pada tahun 2010 mencapai 588 441 ha dengan luas areal produktif sekitar 441 031 ha. Proyeksi produksi 2 854 103 ton Tandan Buah Segar TBS, dengan produktivitas 4 800 kg Crude Palm Oil CPOhathn pada tahun 2010, dan kesadaran masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul kelapa sawit semakin tinggi. 3. Kelapa Untuk komoditas kelapa, proyeksi luas areal hingga 2010 adalah 126 808 ha dengan areal produktif seluas 98 365 ha. Perkiraan produksi sekitar 138 670 ton, dengan produktivitas per hathn berkisar 1 500 kg. 4. Kopi Pada komoditas kopi, proyeksi luas areal hingga tahun 2010 adalah 25 423 ha dengan produksi 12 935 ton dan produktivitashathn berkisar 600 kg. Disamping itu dari aspek pengolahan diharapkan telah dilakukan penanganan pasca panen sehingga terjadi peningkatan kualitas produk. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Gambaran Umum Hasil Estimasi Model

Model komoditas perkebunan Jambi dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis yang dibangun dari 25 persamaan, terdiri dari 17 persamaan perilaku dan 8 persamaan identitas. Model yang dibangun menggambarkan adanya keterkaitan antara kebijakan pengembangan masing-masing komoditas perkebunan dengan perekonomian provinsi Jambi. Model tersebut telah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah data tahunan komoditas karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi pada sembilan kabupaten yang ada di provinsi Jambi yang disusun sebagai pooled data, mulai tahun 2000 sampai tahun 2009. Secara umum hasil estimasi model yang ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 3, dapat dijelaskan bahwa persamaan-persamaan dalam model pada umumnya telah sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan statistik sehingga model dimaksud mampu menggambarkan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan komoditas perkebunan di dunia nyata. Seluruh persamaan perilaku memiliki koefisien determinasi R 2 di atas 0.63 mencapai 0.98. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan peubah-peubah penjelas yang ada pada persamaan perilaku mampu menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Nilai statistik F dalam model umumnya nyata secara statistik, yaitu berkisar antara 9.60 sampai 450.65, yang berarti variasi peubah-peubah penjelas dalam setiap persamaan perilaku secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik