Kajian Pengembangan Komoditas Perkebunan

rujukan dalam membangun model komoditas karet. Dalam penelitiannya Limbong membagi jenis pengusahaan karet menjadi tiga bagian yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara serta membangun lima persamaan untuk masing-masing jenis pengusahaan yang terdiri dari empat persamaan struktural dan satu persamaan identitas. Persamaan tersebut terdiri dari persamaan luas areal, produktivitas, produksi, ekspor Karet, dan harga karet. Menurut Limbong persamaan luas areal karet perkebunan rakyat merupakan fungsi dari harga karet di pasar domestik, harga pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga nominal, dan kebijakan pengembangan areal Perkebunan Inti Rakyat. Sedangkan untuk perubahan luas areal tanam karet dengan pola perkebunan besar swasta dan negara untuk semua wilayah analisis diduga merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar New York, harga pupuk, upah tenaga kerja, tingkat suku bunga nominal dan kebijakan pengembangan areal perkebunan. Selanjutnya untuk tingkat produktivitas tanaman perkebunan karet rakyat, perkebunan besar swasta maupun perkebunan negara diduga merupakan fungsi dari harga karet alam di pasar dalam negeri maupun harga di pasar luar negeri, jumlah hari hujan, tingkat suku bunga uang, areal tanam karet serta trend waktu. Kemudian untuk persamaan produksi pada perkebunan rakyat, swasta, dan negara merupakan perkalian antara produktivitas dan luas areal produktif. Pada persamaan ekspor karet Indonesia, diduga merupakan fungsi dari harga karet di pasar New York, nilai tukar mata uang rupiah terhadap US , produksi total karet alam Indonesia, jumlah impor karet alam dunia, tingkat pendapatan negara pengimpor, pajak ekspor dan harga karet sintetis. Untuk persamaan harga karet domestik di duga dipengaruhi oleh harga karet internasional, produksi karet alam Indonesia, stok karet alam Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US , dan faktor waktu. Sedangkan harga karet di pasar internasional di duga dipengaruhi oleh impor karet alam dunia, ekspor karet alam Indonesia, ekspor negara lain di luar Indonesia, stok karet alam dunia, dan faktor waktu. Dari hasil penelitian Limbong menunjukkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap areal tanam dan produktivitas tanaman karet pada umumnya berbeda menurut jenis pengusahaan dan wilayah produksi. Areal tanam dan produktivitas tanaman karet pada umumnya tidak responsif terhadap harga karet alam di pasar domestik dan di pasar internasional, upah tenaga kerja, harga pupuk dan suku bunga untuk semua jenis pengusahaan di semua wilayah produksi untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan areal tanam perkebunan swasta di wilayah Kalimantan responsif terhadap peubah upah tenaga kerja untuk jangka panjang. Selanjutnya dari hasil penelitian Limbong didapatkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia adalah nilai tukar, GNP Jepang, dan impor karet alam dunia. Ekspor karet alam Indonesia hanya responsif terhadap peubah GNP Jepang dan impor karet alam dunia untuk jangka pendek, dan tidak responsif dalam jangka panjang. Peubah yang berpengaruh terhadap harga karet alam di pasar domestik adalah nilai tukar, dan harga karet beda kala di pasar domestik. Harga karet di pasar domestik untuk jangka panjang responsif terhadap perubahan stok karet alam Indonesia. Sedangkan peubah yang berpengaruh terhadap harga karet alam di pasar internasional adalah impor karet alam dunia, trend waktu, stok karet alam dunia, dan harga karet alam beda kala di pasar internasional. Harga karet alam internasional responsif terhadap perubahan stok karet alam dunia untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya kebijakan nilai tukar, suku bunga, harga pupuk, upah tenaga kerja, atau kebijakan pembatasan ekspor karet alam memberikan dampak yang berbeda terhadap areal tanaman, produktivitas, produksi, volume ekspor, dan harga karet di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kebijakan devaluasi efektif untuk meningkatkan harga karet alam di pasar domestik dan meningkatkan volume ekspor karet alam Indonesia. Kebijakan pembatasan ekspor karet alam oleh Indonesia, Malaysia dan Thailand secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama tidak efektif untuk meningkatkan harga karet alam di pasar internasional. Sedangkan kebijakan peningkatan stok karet alam dunia efektif meningkatkan harga karet alam di pasar internasional. Penelitian lainnya, dilakukan oleh Aris 2003 tentang analisis pengembangan agribisnis kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir. Peubah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan respon luas areal adalah harga riel kopra, harga riel tandan buah segar sawit, upah riel tenaga kerja, peubah bedakala dan dummy otonomi daerah. Hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial hanya parameter peubah bedakala luas areal dan dummy otonomi daerah yang nyata, sedangkan parameter lainnya tidak nyata terhadap luas areal. Persamaan produktivitas peubah penjelas yang dimasukkan adalah harga riel kopra, harga riel tandan buah segar sawit, upah riel tenaga kerja, tingkat suku bunga investasi, peubah bedakala dan dummy kebijakan pemerintah dibidang perkebunan kelapa. Hasilnya menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa respon terhadap harga kopra, harga sawit, upah riel tenaga kerja dan dummy