Teori Penawaran dan Produksi

Selanjutnya, produktivitas masing-masing tanaman perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, Kelapa Dalam, dan kopi akan ditentukan oleh luas daerah tanam, jumlah tenaga kerja perkebunan pada komoditas tersebut, keadaan curah hujan, harga pupuk, tingkat suku bunga dan produktivitas komoditas tersebut pada tahun sebelumnya. Dengan rumusan sebagai berikut: YKP = fAKP, JTK, CH, SB, LYKP ................................................3.3 dimana: JTK = Jumlah tenaga kerja CH = Curah hujan mmtahun LYKP = Peubah beda kala Lag dari YKP

3.1.4. Penawaran Ekspor

Secara umum, ekspor komoditas dari suatu negara wilayah merupakan kelebihan penawaran domestik atau produksi komoditas itu yang tidak dibeli konsumen negara wilayah tersebut atau tidak disimpan dalam bentuk stok Labys, 1973, karena adanya ransangan harga dunia yang lebih tinggi dari harga domestik. Dengan demikian kurva kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan kurva penawaran ekspor di pasar internasional Kindlerberger dan Lindert, 1982. Dapat dikatakan juga bahwa penawaran ekspor suatu negara merupakan penawaran produsen melebihi permintaan konsumen negara tersebut. Analisis mengenai penawaran ekspor dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik dengan suatu komoditas tertentu. Pada Gambar 1 menunjukkan bagaimana kurva penawaran ekspor diturunkan. Misalkan penawaran ekspor dilakukan oleh negara domestik. Pada saat harga P 1 , penawaran produsen domestik sebesar S 1 , sementara itu permintaan konsumen domestik hanya sebesar D 1 . Sumber: Krugman dan Obstfeld, 2000 a Kurva Permintaan dan Penawaran Domestik b Kurva Penawaran Ekspor Gambar 1. Penurunan Kurva Penawaran Ekspor dimana: P A = tingkat harga pada saat penawaran produsen sama dengan permintaan konsumen di negara domestik P 1 ,P 2 = tingkat harga suatu komoditas negara domestik D 1 ,D 2 = permintaan konsumen negara domestik S 1 ,S 2 = penawaran produsen negara domestik Jadi jumlah dari seluruh penawaran yang yang dimungkinkan untuk di ekspor adalah S 1 -D 1 . Pada tingkat harga P 2 terjadi peningkatan jumlah penawaran oleh produsen domestik menjadi S 2 dan jumlah permintaan konsumen domestik menjadi turun sebesar D 2 . Jumlah total yang dimungkinkan untuk di ekspor adalah sebesar S 2 -D 2 . Karena penawaran komoditas yang memungkinkan untuk di ekspor meningkat sejalan dengan meningkatnya harga, kurva penawaran ekspor XS adalah upward sloping. Pada saat harga P A , penawaran dan permintaan akan sama P A P 1 P 2 P 1 XS P D S P A 2 D 2 D 1 S 1 S 2 Q S 1 -D 1 Q S 2 -D 2 dengan tidak ada perdagangan, jadi kurva penawaran ekspor di mulai pada saat harga P A Penawaran ekspor sama dengan nol pada tingkat harga P A . Dengan demikian ekspor masing-masing tanaman perkebunan di Jambi dapat dirumuskan: XKPJ = QKP – QSKPJ – SKP – LSKP ................................................3.4 dimana: XKPJ = Volume Ekspor komoditas perkebunan Jambi QKP = Produksi komoditas perkebunan di Jambi QSKPJ = Jumlah penawaran komoditas perkebunan tertentu di Jambi di pasar domestik SKP = Jumlah stok komoditas perkebunan tertentu di Jambi LSKP = Lag stok komoditas perkebunan tertentu di Jambi Ekspor masing-masing tanaman perkebunan pada persamaan di atas hanya berupa persamaan identitas yang tidak akan diketahui perilakunya. Diasumsikan pasar komoditas perkebunan di Indonesia mempunyai integrasi yang kuat dengan pasar dunia, maka harga yang meningkat di pasaran internasional akan ditransmisikan sampai ke pasar komoditas perkebunan Jambi, sehingga akan mempengaruhi peningkatan jumlah ekspor dari Jambi. Mengingat adanya peranan pasar komoditas perkebunan di dunia dan faktor –faktor lain seperti ekspor provinsi lain, maka persamaan perilaku penawaran ekspor komoditas tanaman perkebunan di Jambi dapat dibuat dengan mempertimbangkan kondisi penyesuaian parsial berikut, yaitu: XKPJ = f HKPD , QKPJ, XPL, NTR, LXKPJ ........................................3.5 dimana: XKPJ = Ekspor Komoditas Perkebunan Jambi HKPD = Harga Komoditas Perkebunan Dunia