yang sehat, sehingga masih dibutuhkan variasi produk yang lebih inovatif sesuai dengan kebutuhan pasar.
5. Peningkatan permintaan ikan balita
Kebutuhan akan ikan balita masih tinggi, hal ini disebabkan karena bahan baku ikan balita tidak hanya untuk dikonsumsi
langsung. Akan tetapi, ikan balita juga digunakan sebagai benih untuk pembesaran juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias.
6. Kondisi pasar terbuka Konsumen ikan balita yang masih berada di wiliayah
Jabodetabek dan wilayah Jawa Barat masih memungkinkan untuk memasarkan produk ke wilayah lainnya. Masih terdapat beberapa
wilayah yang membutuhkan bahan baku ikan balita, baik dikonsumsi secara langsung maupun untuk digunakan sebagai
pembesaran serta pakan ikan hias. d. Ancaman
1. Kenaikan harga BBM Saluran distribusi pemasaran yang baik merupakan salah
satu faktor dalam keberlangsungan usaha ikan balita di UD. Suhada, sehingga sarana dan prasarana transportasi sangat
dibutuhkan. Kenaikan akan biaya bahan bakar alat transportasi dapat mempengaruhi usaha ikan balita di UD. Suhada terutama
harga produk ikan balita. 2. Fluktuasi harga benih ikan
Harga benih ikan untuk bahan baku ikan balita spenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi UD. Suhada sebagai
pengumpul dan pengolah ikan balita masih sangat lemah dalam penetapan harga.
3. Produksi sejenis dari wilayah lain Bahan baku yang dibutuhkan ikan balita sangat beraneka
ragam, yang dimaksud ikan balita adalah dalam segi ukuran, yaitu 3-5 cm, sehingga kebutuhan akan bahan baku juga beragam. Di
beberapa wilayah di Indonesia memiliki beragam ikan yang
berukuran kecil ikan balita, contohnya di Singkarak, Sumatera Barat, terkenal dengan produk olahan ikan Bilih ikan berukuran
kecil. 4. Isu penyakit ikan
Salah satu penyebab utama kegagalan usaha ikan balita adalah gangguan terhadap kelangsungan hidup ikan yang berupa
serangan hama dan penyakit. Ikan balita jenis ikan mas lebih mudah terserang penyakit karena fisiknya lebih lemah. Sementara
ikan nila termasuk ikan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, karena memiliki fisik yang relatif kuat. Namun demikian
bukan berarti ikan nila sepenuhnya terbebas dari ancaman serangan hama dan penyakit.
5. Perubahan kultur masyarakat Perubahan kultur masyarakat merupakan ancaman dalam
perikanan, terutama pada budidaya sebagai rantai pasokan bahan baku ikan balita. Semakin berkurangnya minta masyarakat untuk
menenkuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana
lainnya.
2. Tahap Masukan
Tahap masukan adalah tahapan pertama dalam perumusan strategi. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasikan kekuatan dan
kelemahan yang terdapat dalam perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Alat analisis yang digunakan
adalah matriks IFE dan matriks EFE. a. Analisis Matriks IFE
Faktor yang dianalisis dalam matriks ini adalah faktor-faktor strategis internal perusahaan. Faktor-faktor strategis ini merupakan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekutan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor
strategis internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi.Tabel 11.
Tabel 11. Faktor Strategik Internal Usaha Ikan Balita UD. Suhada
No. Faktor Internal
Bobot a
Rating b
Nilai axb
Kekuatan :
1 Mutu benih ikan lebih baik
0,069 3,333
0,231 2
Penanganan pasca panen yang cepat 0,072
3,667 0,265
3 Kebutuhan tenaga kerja yang
mudah 0,058
3,667 0,214 4 Promosi
0,051 4,000 0,206
5 Memiliki jaringan pemasok bahan
baku 0,074
3,667 0,270 6
Komunikasi dalam pekerjaan 0,068
3,333 0,227
7 Lokasi usaha strategik
0,071 3,333
0,236 8
Saluran distribusi pemasaran 0,067
3,333 0,222
Kelemahan :
1 Manajemen kontrol mutu
0,060 1,667
0,100 2 Variasi
produk 0,053
1,667 0,089 3
Pencatatan data keuangan 0,060
1,333 0,081
4 Kekurangan modal
0,063 1,667 0,104
5 Keadaan SDM
0,058 1,333 0,078
6 Lahan produksi
0,058 2,000 0,115
7 Hasil produksi belum optimal
0,055 2,000
0,110 8 Penggunaan
teknologi 0,063
1,667 0,104
Jumlah 1,000 2,651
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa faktor memiliki jaringan pemasok bahan baku diakui sebagai faktor paling penting
dalam kegiatan produksi skor 0,270. Faktor tersebut berkaitan dengan faktor penanganan pasca panen yang cepat skor 0,265 dalam
pelaksanaan produksi, sehingga bahan baku yang diterima dari pemasok dapat dikelola dengan baik. Lokasi usaha yang strategik skor
0,236 yang dimiliki UD. Suhada merupakan faktor yang berpengaruh dalam keberlangsungan usaha ikan balita, lokasi usaha yang dekat
dengan faktor produksi bahan baku. Untuk memperoleh produk yang berkualitas maka faktor mutu benih ikan yang lebih baik skor 0,231
sangat berpengaruh dalam pengembangan usaha. Dalam menjalankan usaha ikan balita ini juga memperhatikan faktor komunikasi dalam