Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir

potensial sebagai peluang usaha dalam sektor pariwisata, yaitu sebagai obyek wisata bahari. 5 Mangrove Lokasi Mangrove di pesisir Kabupaten Serang, yaitu sepanjang pesisir sebelah selatan hingga timur Pulau Panjang, Pesisir Selatan, Timur hingga Utara Pulau Merak Besar dan Pulau Merak Kecil. Kondisi sumberdaya mangrove pada saat ini baik.

5.1.6.2 Potensi dan Karakteristik Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia di wilayah pesisir Kabupaten Serang cukup besar, Tabel 9 menampilkan jumlah penduduk Kabupaten Serang yang bermata pencaharian di bidang perikanan. Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Serang yang Bermata Pencaharian di Bidang Perikanan No Macam Kegiatan Pekerjaan Jumlah RTP 1 Nelayan Tangka p 783 2 Petani Ikan 341 3 Petambak 1.145 4 Pengolah Ikan 35 5 RTP Perairan Umum 380 6 Buruh Perikanan 460 Total 3.144 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang 2003 Karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Serang pada umumnya adalah masyarakat religius beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan berbasiskan Islam seperti pondok pesantren dan madrasah. Dalam karakteristik religius masyarakat seperti ini keberadaan tokoh agama memiliki pengaruh yang sangat besar, sehingga dalam setiap penentuan kebijakan masyarakat selalu merujuk kepada tokoh agama. Masyarakat pesisir Kabupaten Serang mayoritas beragama Islam, namun demikian tidak sedikit masyarakat yang beragama lain hidup membaur di tengah masyarakat, hal ini menggambarkan adanya rasa toleransi yang tinggi yang berkembang di masyarakat Pesisir Kabupaten Serang. Selain karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, masyarakat pesisir Kabupaten Serang ju ga dicirikan sebagai masyarakat yang berjiwa patriotik, yaitu dengan keberadaan pendekar Banten. Keberadaan pendekar Banten dalam masyarakat merupakan wujud dari jiwa masyarakat yang tidak mau tunduk pada nilai – nilai yang ditanamkan penjajah. Pendekar Banten sering diidentikan dengan sifat kekerasan, namun demikian jika dilihat lebih mendalam akan terlihat nilai-nilai luhur budaya Banten.

5.1.6.3 Permasalahan dan Hambatan Masyarakat Pesisir

Pada umumnya masyarakat yang terlibat dengan kegiatan perikanan hidup dibawah garis kemiskinan. Hal itulah yang menjadi issu utama pada komunitas masyarakat pesisir pada umumnya dan masyarakat pesisir Kabupaten Serang pada khususnya. Tabel 10 menampilkan informasi mengenai jumlah keluarga miskin di wilayah pesisir Kabupaten Serang. Tabel 10. Jumlah Keluarga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang No Kecamatan Jumlah KK Orang Keluarga Miskin Orang Prosentase Kel. Miskin 1. Cinangka 11.852 4.835 40,79 2. Anyer 10.110 2.962 29,30 3. Kasemen 15.034 5.312 35,33 4. Bojonegara 7.548 2.417 32,02 5. Pontang 10.935 6.809 62,27 6. Tirtayasa 8.201 3.401 41,47 7. Tanara 7.623 3.107 40,76 8. Kabupaten Serang 352.236 105.279 29,80 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang 2003 Masyarakat miskin pesisir dan perikanan mempunyai ciri khas kehidupan yang unik dan keras. Watak dan karakter ini dipengaruhi oleh kebiasaan hidup yang senantiasa berjuang menghadapi kerasnya alam lautan. Jika dilihat dari hasil perikanan pesisir baik itu hasil tangkap, budidaya dan hasil pengolahan menunjukkan bahwa nilai jual hasil laut jauh lebih tinggi dari pada hasil pertanian, namun demikian masyarakat pesisir dan nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan mengelola sumberdaya perikanan tersebut sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir dan perikanan khususnya di Kabupaten Serang lebih banyak dikarenakan faktor kultural masyarakat itu sendiri yang merupakan respon dari lingkungan tempat mencari nafkah yaitu lautan luas. Berkembang anggapan atau pandangan pada masyarakat tersebut, bahwa dalam hidupnya tidak dapat memandang hari depan. Masyarakat tersebut berfikir bahwa melaut itu adalah bertaruh nyawa di laut lepas yang tidak ada istilah batas akhir. Pola pandangan seperti ini telah mendarah daging dan melahirkan kultur masyarakat persisir dan perikanan yang tidak mengenal perencanaan hari esok, dan bahwa hari ini adalah untuk sekarang. Kultur semacam ini menggiring masyarakat pada sifat yang konsumtif atau boros pada saat memperoleh penghasilan yang besar, namun pada saat musim paceklik datang, masyarakat akan kebingungan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga lambat laun terjerat hutang dengan rentenir. Selain pola pandang diatas, dalam pola hidup masyaraka t pesisir Kabupaten Serang juga memiliki kecenderungan untuk belajar hidup dari pengalaman secara turun temurun, yang dianggap sudah bagus. Tanpa disadari hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat tersebut tentang adanya perkembangan ilmu dan teknologi di tempat lain serta perubahan dinamika iklim. Akibatnya kesadaran untuk belajar melihat perkembangan jaman juga menjadi kurang, dan lambat laun menjadi tersisih dengan kelompok masyarakat lain. 5.2 Zona Tirtayasa 5.2.1 Kondisi Geografis Kawas an Zona Tirtayasa