Budidaya Tambak Ikan Bandeng

pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk, juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam jalan dan bensin dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga di tempat tertentu, barang modal di tempat tertentu, manajemen di tempat tertentu dan juga input angkutan untuk membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasilnya akhir nya ke pasar. Angkutan dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara wajar, akan makin disadari segi spasial proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam produksi maupun konsumsi Djojodipuro 1992.

2.8 Budidaya Tambak Ikan Bandeng

Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asin g bagi masyarakat. Bandeng merupakan hasil tambak, dimana budidaya ikan ini mula-mula merupakan pekerjaan sampingan bagi nelayan yang tidak dapat pergi melaut. Itulah sebabnya secara tradisional tambak terletak di tepi pantai. Bandeng merupakan jenis ikan yang relatif tidak rentan dengan kondisi alam, artinya Bandeng dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain itu Bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Sampai saat ini sebagian besar budidaya Bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif produktivitas Bandeng dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya Dari aspek konsumsi, Ikan Bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab Bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Bandeng presto, bandeng asap, ota k-otak adalah beberapa produk Bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan bandeng meningkat rata-rata sebesar 6,33 per tahun, tetapi produks i Ikan Bandeng hanya meningkat sebesar 3,82. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya Ikan Bandeng masih sangat berprospek untuk dikembangkan. Budidaya Bandeng tidak menimbulkan pencemaran lingkungan baik air kotor maupun bau amis. Pemeliharaan Bandeng yang sehat mensyaratkan air dan tambak yang bersih serta tidak tercemar. Gambar 7. Ikan Bandeng Ukuran Konsumsi Dewasa ini Bandeng dibudidayakan secara tradisional dengan padat tebar berkisar antara 3.000-5.000 ekor per ha. Dengan hanya mengandalkan pupuk sebagai input untuk pertumbuhan kelekap sebagai pakan alami dan konstruksi tambak seadanya, produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg per ha per musim Ismail et al 1994. Diduga teknik budidaya Bandeng berjalan lambat diantaranya disebabkan oleh pasokan nener yang sangat tergantung dari hasil tangkapan. Keberhasilan produksi benih di hatchery memungkinkan pasokan nener yang sinambung sepanjang tahun, sehingga pembesaran di tambak dapat dilakukan lebih intensif. Berdasarkan pengujian lapang Brebes, Jawa Tengah dan Maros Sulawesi Selatan produksi Bandeng di tambak dapat ditingkatkan lebih dari 500 bila teknik budidayanya diperbaiki dan dikembangkan secara intensif. Pengujian tersebut bahkan membuktikan bahwa Bandeng dapat tumbuh pesat bila dipelihara dalam tambak bekas budidaya Udang intensif Ahmad et al 1998. Dampak yang diperkirakan dari adanya peningkatan pola produksi Bandeng ini adalah produksi dan mutu Bandeng hasil budidaya meningkat dan bermuara peningkatan pendapatan petambak. Lebih jauh, kegiatan budidaya Bandeng berkembang dan dilakukan dalam suatu alur proses produksi yang tidak dipengaruhi musim sehingga dapat mengarah pada usaha skala agribisnis terpadu. Selain itu, tambak Udang yang dewasa ini diterlantarkan dapat diproduktifkan kembali menjadi tambak Bandeng, sehingga kegiatan pembangunan perikanan di daerah pantai terus berjalan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi budidaya tambak Ikan Bandeng, antara lain dari faktor teknis, biologis, sosial dan ekonomi. Lokasi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha budidaya Bandeng. Secara teknis, lokasi sangat mempengaruhi konstruksi dan daya tahan serta biaya pemeliharaan tambak. Secara biologis, lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan bahkan keberhasilan panen. Secara sosial dan ekonomi, keuntungan maksimal dapat diperoleh bila lokasi yang dipilih mampu menurunkan biaya panen dan transportasi serta meningkatkan akses ke pemasaran. Dalam penentuan rancang bangun dan konstruksi tambak, jumlah oksigen terlarut dan fluktuasi suhu air menjadi pertimbangan utama. Pada suhu tinggi kejenuhan oksigen terlarut lebih rendah padahal metabolisme ikan cenderung lebih cepat, hingga diperlukan lebih banyak pakan dan oksigen. Kemudahan pergantian air, kedalama n air optimal, maksimasi difusi oksigen dari udara dan penempatan aerator yang tepat dapat memantapkan suhu air dan konsentrasi oksigen terlarut. Selain kadar oksigen terlarut dan suhu perairan faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah salinitas atau kadar garam. Ikan Bandeng sebenarnya termasuk kedalam jenis ikan yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap rentang salinitas yang lebar, dalam arti Ikan Bandeng dapat hidup di air tawar yang kadar salinitasnya berkisar antara 0-5 ppt, maupun air asin yang kadar salinitasnya berkisar antara 30-50 ppt, namun demikian Ikan Bandeng memiliki rentang salinitas optimal, yaitu antara 12-20 ppt. Pada rentang salinitas optimal tersebut, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah, sehingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk tumbuh Ahmad dan Yakob 1998. III. KERANGKA PENELITIAN Lahan merupakan sumberdaya alam yang menjadi perhatian penting di awal dekade ekonomi moderen yang bermula pada akhir abad ke 18. Studi mengenai ekonomi sumberdaya lahan merupakan awal dari berkembangannya ekonomi sumberdaya alam. Fokus dalam bidang ini adalah prinsip ekonomi yang mengutamakan efisiensi penggunaan lahan sebagai sumberdaya alam, determinasi dari nilai lahan dan bagaimana tipe kepemilikan lahan berpengaruh pada penggunaan dan nilai lahan Hartwick Olewiler 1986. Penelitian mengenai Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini menggunakan kerangka analisis ekonomi sumberdaya lahan, dalam rangka mengidentifikasi nilai economic rent penggunaan atau pemanfaatan lahan untuk kegiatan perikanan tambak, dengan menggunakan konsep land rent. Hal ini bermula dengan adanya suatu luasan lahan yang ditetapkan menjadi lahan tambak sebagai bentuk pemanfaatannya, yaitu Zona Tirtayasa. Komoditas unggulan perikanan tambak Kabupaten Serang adalah Ikan Bandeng. Kondisi alam yang tercemar akibat aktivitas industri di hulu kawasan ini menyebabkan tidak semua jenis komoditas dapat hidup dan berkembang dengan baik. Bandeng dikenal sebagai ikan yang relatif tidak rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan kondisi alam yang kurang baik. Selain itu komoditas ini sudah banyak dikenal pasar dan menjadi produk subtitusi masyarakat untuk pemenuhan gizi dan protein. Menurut pengakuan para petambak usaha budidaya tambak Ikan Bandeng yang dilakukan jarang mengalami kerugian. Analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi di masing-masing unit analisis. Analisis dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, variabel-variabel diatas digolongkan menjadi variabel endogen, yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi nilai land rent. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa, maka dalam penelitian ini juga dilakukan analisis optimalisasi variabel endogen dengan membangun fungsi tujuan memaksimumkan nilai rente. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan lahan tambak di masing-masing unit analisis. Sebagai rangkaian analisis nilai pemanfaatan lahan tambak, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan nilai pemanfaatan lahan land rent tambak di lokasi penelitian. Faktor eksogen yang dijadik an asumsi dalam analisis sensitivitas ini adalah kenaikan harga BBM, yang mengakibatkan kenaikan biaya transportasi. Kerangka penelitian ini digambarkan dalam diagram pada Gambar 8. Keterangan: lingkup penelitian Gambar 8. Kerangka Penelitian Lahan Pesisir Perikanan Tambak Pemanfaatan Budidaya Bandeng Efisiensi Pemanfaatan Lahan Tambak Land Rent Analisis Faktor Endogen • Produktivitas • Harga • Biaya Produksi • Biaya Transportasi Analisis Faktor Eksogen • Kenaikan Harga BBM Optimalisasi Economic Rent IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian