3. Mad’u
Dakwah Dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri, da’i dan mad’u sebagai manusia memahami manusia sebagai makhluk basyariah secara fisik dan
makhluk insaniyah secara psikologis. Manusia memiliki kapasitas fisik, potensi- potensi kemanusiaan dan potensi-potensi kejiwaan. Pendekatan komunikasi
intrapribadi menjelaskan dakwah dzatiyah. Dakwah dzatiyah ini adalah dakwah mengajak diri sendiri untuk mengenal
diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di bumi, mengenal Allah yang tidak pernah putus dan terjadi hubungan interaktif antara hamba dan pencipta-Nya.
Krisis mental adalah lemahnya dalam mengamalan ajaran agama, sehingga manusia menganggap agama itu adalah hambatan untuk bebas
mengekspresikan dirinya, bahkan dianggap sebagai beban paling berat. Ini terjadi adanya stagnasi dalam berdakwah, karena para da’i tidak menuntun kepada
semua strata masyarakat. bahkan saat sekarang ini ada yang tidak disentuh dengan pendidikan agama yang sempurna artinya masyarakat buta akan beberapa hal
yang kaitannya dengan ilmu agama.
4. Efek Dakwah
Prospek dakwah menurut pandangan Habib Muhammad al-Athas, sangatlah tergantung kepada kondisi keumatan yang ditandai dengan adanya sikap
jalinan kerja sama di antara masyarakat. Maka dakwah sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di
tengah masyarakat, mutlak diperlukan agar tercipta individu, keluarga, dan
masyarakat yang menjadikannya sebagai pola pikir way of thinking dan pola hidup way of life agar tercipta kehidupan bahagia dunia akhirat.
Dakwah pada hakikatnya usaha orang beriman untuk mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan baik pada tataran individu, keluarga, masyarakat,
maupun umat dan bangsa. Sebagai aktualisasi iman, dakwah merupakan keharusan dan menjadi tugas suci bagi setiap Muslim Muslimah setingkat dengan
kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki. Usaha mewujudkan iman dan Islam ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Di antaranya melalui penyiaran Islam tabligh, pembudayaan nilai-nilai Islam al-amr bi al-ma’ruf, kontrol sosial al-nahi ‘an al-munkar, keteladanan
perilaku uswatun hasanah, serta melalui pengembangan pendidikan al-ta’lim wa al-tarbiyah yang sesuai dengan visi misi dan cita-cita Islam.
Efek dakwah yang disampaikan oleh Habib Muhammad al-Athas kepada mad’unya lebih berpengaruh kepada perubahan sikap atas apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Sedangkan efek behaviour merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.
80
Adapun keberhasilan dakwah dapat diukur sampai sejauhmana kemampuan masyarakat yang menjadi sasaran objek dakwah mampu
melaksanakan ajaran agama serta menjauhi hal-hal yang munkar. Hal ini memerlukan aktivitas untuk mengadakan evaluasi atau memberikan penilaian
apakah materi dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah benar-benar sudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat.
80
Jalaludin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, Bandung, Akademika, 1982, h.269
B. Pelaksanaan Dakwah