BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dakwah Islam adalah suatu cara bagaimana menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk
berkomitmen kepada Islam pada setiap kondisi dan di mana pun berada, dengan sarana tertentu untuk tujuan tertentu.
Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik bagi sekelompok orang maupun bagi setiap individu yang
mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengetahui tata cara
penyampaian dakwah dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.
1
Manusia diciptakan Allah SWT dengan dibekali kelebihan akal, agar dengan akalnya ia dapat membedakan mana hal-hal yang baik bagi dirinya dan
mana hal yang buruk. Dengan akalnya pula ia diharapkan dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan.
Tetapi akal yang diberikan kepada manusia memiliki sifat-sifat kelemahan dan keterbatasan, lebih-lebih untuk memahami hal-hal yang berada di luar
jangkauan akal itu sendiri. Dakwah merupakan suatu kewajiban syar’i berdasarkan firman Allah SWT :
1
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya Al-Ikhlas, 1983, h. 27
☺ ☺
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Al- Imran:104
Perubahan zaman merupakan suatu faktor yang dapat menentukan berhasil
atau tidaknya pelaksanaan dakwah Islam. Pada dasarnya banyak cara dan upaya maupun strategi yang dapat dipakai dalam pelaksanaan dakwah Islam salah
satunya dengan lisan, dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : ☺
☺ ☺
☺ Artinya : Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. An-Nahl:125
Dakwah merupakan amal yang dapat memotivasi kita dalam beribadah.
Dakwah juga merupakan tugas rasul yang harus dicontoh dan merupakan kehidupan rabbaniyah. Individu yang melaksanakan dakwah akan mendapatkan
kehidupan yang berkah dalam ridha Allah, memperoleh rahmat Allah, serta akan menerima balasan yang terus menerus dan berlipat ganda.
Jalan dakwah tidak selalu ditaburi oleh bunga-bunga dan buah-buah yang menyenangkan tetapi dakwah merupakan suatu jalan yang sukar dan panjang.
Pertarungan antara yang haq dan yang bathil merupakan suatu fenomena nyata yang digambarkan semenjak dakwahnya para nabi hingga saat ini. Dakwah yang
menyerukan yang haq akan selalu berhadapan dengan kebathilan yang diserukan oleh syaithan. Oleh karena itu dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan
memikul beban berat. Selain itu dakwah juga memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Dakwah
memerlukan usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah. Namun demikian, Allah senantiasa memberikan balasan yang setimpal
kepada mereka yang berdakwah. Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 18 :
☺ Artinya : Sebenarya kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati Allah
dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Dalam ayat tersebut digambarkan bahwa al-haq pasti menang dan
kebathilan pasti lenyap. Dakwah yang dilaksanakan terus menerus akan mendapatkan kemenangan atas kebathilan. Para da’i juga akan menemui berbagai
gangguan dan penyiksaan dari golongan syaithan dan musuh-musuh Allah dari jalan-Nya. Tetapi fenomena ini adalah suatu hal yang telah berulangkali terjadi
sejak zaman silam dan akan terus berulang di zaman ini. Allah akan memberikan balasan yang baik kepada mereka yang berdakwah dan konsisten menjalankan
dakwahnya. Diantara kesulitan dan kesukaran dakwah tersebut, Allah akan
memberikan nikmat yang terbesar yaitu keridhaan Allah, kecintaan Allah, rahmat Allah, pahala yang tidak pernah putus dan pahala yang dilipat-gandakan. Balasan
tersebut merupakan suatu kehidupan berkah yang Allah berikan kepada mereka yang berdakwah. Dakwah sendiri merupakan suatu amal perbuatan yang terbaik
dan merupakan tugas pokok para rasul sehingga mengantarkan mereka ke dalam kehidupan yang diridhai oleh Allah.
Allah akan menolong orang-orang yang menjadikan Allah sebagai tempat dan dasar landasan kegiatan dakwahnya. Hal ini dituliskan dalam surat Ar-Ruum
ayat 47 : ⌧
☺ ⌧
☺
Artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya
dengan membawa keterangan-keterangan yang cukup, lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa, dan kami
selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.
Orang yang berdakwah yang senantiasa iman kepada Allah akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Salah satu yang merupakan
keutamaan berdakwah adalah memperoleh kecintaan dari Allah. Kecintaan dari Allah merupakan suatu balasan kepada manusia yang berdakwah sehingga
tercapainya suatu kehidupan yang berkah. Keinginan tertinggi yang akan dicapai oleh manusia adalah Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.
Sunguh betapa bahagianya orang-orang yang mendapatkan kecintaan dari Allah karena kecintaan itu akan membawa keistimewaan-keistimewaan bagi hamba-
Nya. Abu Hurairah menyatakan, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya
Allah ta’ala berfirman barang siapa memusuhi kekasihKu maka Aku akan
memaklumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu sehingga sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku
wajibkan kepadanya. Dan hambaKu akan selalu terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya dan
apabila Aku mencintainya maka Akulah yang menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat,
menjadi tangannya yang dengannya ia mengukur, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Dan apabila ia meminta kepadaKu pasti Aku akan
melindunginya” HR Bukhari. Begitulah kebaikan-kebaikan yang Allah berikan kepada orang yang dicintai-Nya yaitu orang-orang yang berdakwah di jalan
Allah.
2
Habib Muhammad al-Athas adalah sosok da’i yang memiliki tekad,
mental, serta kesabaran yang kuat untuk berdakwah. Cacat fisik yang melumpuhkan kedua kakinya bagi Habib Muhammad al-Athas bukan sebuah
halangan untuk berdakwah. Kegigihan dan semangatnya dalam menegakkan kalimat Allah pantas dijadikan sebuah teladan.
Orang memanggilnya Habib Muhammad al-Athas atau biasa disebut Ustadz Mamat. Untuk mengenalinya gampang, tongkat yang selalu menyertainya
dalam berdakwah. Sejak kecil di usia tiga tahun Habib Muhammad al-Athas sudah terkena penyakit akibat virus polio yang melumpuhkan kedua kakinya,
namun niat suci untuk berdakwah tidak ada kata untuk menyerah. Ceramah Habib Muhammad al-Athas disampaikan dengan bahasa yang
lembut. Materi dakwahnya tentang hal kekinian yang membawa umat bertafakur berdasarkan aqidah najiyah keselamatan. Terkadang ceramahnya diawali,
disisipi, atau diakhiri qasidah, ataupun dengan shalawatan. Dalam organisasi keislaman, Habib Muhammad al-Athas pernah menjabat
ketua Rabithah Ma’had Islamiyah Cabang Tangerang 1997-2002, Rais Syuriah NU MWC Kecamatan Serpong 1997 hingga sekarang. Kini ia masuk dalam
2
Dr. Irwan Prayitno, Kepribadian Da’i, Jakarta, Pustaka Tarbiatuna, 2005, h. 419
jajaran Dewan Penasihat MUI Kabupaten Tangerang, Rais Idarah Wustha Jam’iyyah Ahlith Thariqah Mu’tabarah Annahdiyyah Provinsi Banten, Direktur
Eksekutif Lembaga Pengkajian, Pembinaan, Pengembangan Kitab Kuning LP3KK provinsi Banten.
Atas latar belakang tersebut, penulis sengaja mencoba mengkaji tokoh yang masih hidup karena dapat mempermudah dalam pencarian data dan lebih
akurat. Maka dari pemaparan tadi perlu sekali untuk mengkaji seputar aktivitas dan pemikiran dakwah Habib Muhammad al-Athas. Oleh karena itu, penulis
membuat karya ilmiah yang berjudul : ” Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Habib Muhammad al-Athas”.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Untuk lebih mengarahnya penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah pada bahasan pemikiran dan aktivitas dakwah Habib Muhammad al-
Athas yang dalam memerankan dakwah Islam di Indonesia. Dari batasan tersebut penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimana pemikiran dakwah dalam pandangan Habib
Muhammad al-Athas? 2.
Bagaimana aktivitas dakwah Habib Muhammad al-Athas?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.