Tipologi Habib KAJIAN TEORITIS

K. Tipologi Habib

57 I. Aspeksisi kelahiran 1. Habib Kelahiran HadramautYaman Hadramaut adalah suatu daerah yang terletak di Timur Tengah, tepatnya di kawasan seluruh pantai Arab Selatan dari mulai Aden sampai Tanjung Ras al- Hadd. Menurut sebagian orang Arab, Hadramaut hanyalah sebagian kecil dari Arab Selatan, yaitu daerah pantai di antara pantai desa-desa nelayan Ain Ba Mabad dan Saihut beserta daerah pegunungan yang terletak di belakangnya. Penamaan Hadramaut menurut penduduk adalah nama seorang anak dari Qahthan bin Abir bin Syalih bin Arfahsyad bin Sam bin Nuh yang bernama Hadramaut, yang pada saat ini nama tersebut disesuaikan namanya dengan dua kata arab hadar dan maut. 58 Dahulu Hadramaut dikenal dengan Wadi Ahqaf, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata bahwa al-Ahqaf adalah al-Khatib al-Ahmar. Makam Nabi Hud secara tradisional masih ada di Hadramaut bagian Timur dan pada tanggal 11 Syaban banyak dikunjungi orang untuk berziarah ke makam tersebut dengan membaca tiga kali surah Yasin dan doa nisfu Syaban. Ziarah nabi Hud pertama kali dilakukan oleh al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan setelah beliau wafat, ziarah tersebut dilakukan oleh anak keturunannya. Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad semasa hidupnya sering berziarah ke makam Nabi Hud. Pengertian lain kata Hadramaut menurut prasasti penduduk asli Hadramaut 57 Dr. H. Idris Abdul Shomad, M.A, Wawancara Pribadi, Tangerang, 03 September 2008 58 http:assagaf.blogspot.com200805kaum-alawiyin-di-hadramaut.html, 03 September 2008. adalah panas membakar, sesuai dengan pendapat Moler dalam bukunya Hadramaut, mengatakan bahwa Hadramaut sebenarnya berarti negeri yang panas membakar. Sebuah legenda yang dipercayai masyarakat Hadramaut bahwa negeri ini diberi nama Hadramaut karena dalam negeri tersebut terdapat sebuah pohon yang disebut al-Liban semacam pohon yang baunya menurut kepercayaan mereka sangat mematikan. Oleh karena itu, setiap orang yang datang hadar dan menciumnya akan mati maut. Beberapa keturunan golongan sayyid yang berada di Hadramaut : Jamalullail Aal-Bin Jindan Aal-Aljunaid Achdhor Aal-Aljailani Aal-Hamid Aal-Alhamid Aal-Alhabsyi Aal-Alhaddad Maula al-Dawilah Aal-Alsaqqaf Aal-Bin Semith Aal-Assiri Aal-Alsyatri Aal-Syabsabah Aal-Syaikh Abi Bakar Aal-Bin Syaichon Aal-Baabud Al-Adeni Aal-Al atthas Aal-Baalawi Aal-Aydrus Aal-Aidid Al-Faqih al-Muqaddam Aal-Bafaqih Aal-Faqih Aal-Bilfaqih Aal-Almuhdhar Aal-Mudhir Aal-Almusawa Aal-Almasilah Aal-Alhaddar Aal-Alhinduan Aal-Huud Aal-Bin Yahya 2. Habib Kelahiran Indonesia Asal mula sebutan habib itu terjadi padi habib Umar bin Abdurrahman al- athas shohibur rotib di hadromaut, serta para habaib yang lain sebelumnya disebut dengan panggilan syarif atau imam. Mereka itu semuanya adalah keturunan dari Ahmad bin Isa al-Muhajir yang hijrah dari Irak ke Hadramaut Yaman. Ketika mereka datang ke Indonesia, sebutannya adalah ulaidi atau ulaiti. Ulaidi orang asing atau ulaiti sebutan orang betawi seperti nama mamad jadi mamat. Sementara para habib yang ada di Indonesia adalah keturunan dari para habaib yang datang dari Yaman kemudian mereka kawin dengan perempuan Indonesia. Istilah bagi mereka yang kawin dengan perempuan Indonesia adalah wathani penduduk pribumi, sebutannya adalah muwallad atau muwallat dengan lidah orang betawi yang artinya dilahirkan penduduk asli Indonesia, karenanya keluarga dari ibu yang wathani oleh para habaib yang muwallad disebut dengan ahwal jama dari kata hal dan artinya paman dari ibu. Ulama betawi di zaman dahulu berguru dan mengaji kepada para ulama besar yang kebetulan memang keturunan nabi. Bukan semata-mata keturunannya, tetapi karena ilmunya. Habib-habib di Kwitang adalah salah satu yang bisa kita sebut sebagai soko guru, sumber pertama, sanad awal dari ajaran-ajaran agama Islam yang berkembang di Jakarta dan sekitarnya. Saat itu, habib di Kwitang bukan sekedar orang yang mengaku anak keturunan nabi, tetapi beliau punya ilmu yang dalam dan luas. Kepada beliau, para kiyai dan ulama se-Jakarta belajar. Ilmunya berkah dan kemudian berkembang menjadi ribuan majelis taklim, madrasah, pesantren serta ribuan masjid se-Jakarta. Itulah tipologi keturunan nabi yang lurus, berkah dan benar. Salah satu dari kalangan habib yang sangat dihormati di Jakarta adalah Al- Habib Ali Alhabsyi 20 April 1870 - Juni 1968. Beliau dahulu tinggal di bilangan Kwitang Jakarta. Habib Ali, yang selama hidupnya hampir tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, termasuk ikut mendorong Syarikat Islam yang dipimpin HOS Cokroaminoato. Karena itu, beliau bersahabat dengan Haji Agus Salim, dan pernah bersama-sama dipenjarakan pada masa pendudukan Jepang. Dalam rangka prinsip ukhuwah Islamiyah, karenanya di majelis-majelis taklim warga Betawi seperti dianjurkan Habib Ali, hampir tidak ada di antara mereka yang membesar-besarkan perbedaan, apalagi kalau perbedaan itu dalam masalah khilafiah. Selain ahli dalam menyampaikan dakwah, beliau juga terkenal dengan akhlaknya tinggi, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka kepadanya. Semuanya dihadapinya dengan ramah-tamah dan sopan santun yang tinggi. Jika kita lewat ke Kelurahan Kwitang, Jakarta Pusat, setiap Ahad pukul 06.00 hingga 10.00 pagi, kita akan lihat kerumunan orang, setidaknya sekitar 20 ribu hingga 30 ribu orang. Dan jumlahnya bertambah lebih dari dua kali biasanya kalau lagi ada even tertentu. Kwitang, salah satu kampung tua di Jakarta, dalam waktu-waktu itu biasa didatangi para jamaah dari Jabotabek. Mereka umumnya berasal dari Mampang, Buncit, Kemang, Ragunan, Pedurenan, Kebayoran Lama, Depok, Bojonggede, dan sekitarnya. Majelis Taklim Kwitang, boleh dikatakan sebagai majelis taklim tertua di Jakarta. Kelompok ini telah berdiri sejak seabad lalu. Pendirinya adalah Habib Ali Alhabsji. Warga Betawi menyebutnya sebagai Habib Ali Kwitang. Setelah Habib Ali meninggal, murid-muridnya seperti KH Abdullah Syafiie dan KH Tohir Rohili masing-masing mendirikan Majelis Taklim Syafiiyah, di Bali Matraman, Jakarta Selatan, dan Tohiriah di Jl Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan. Kedua majelis taklim ini telah berkembang demikian rupa sehingga memiliki perguruan Islam, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Karena punya akar yang sama, tiga majelis ini Kwitang, Syafiiyah, dan Tahiriyah selalu merujuk kitab an Nasaih ad-Diniyah karangan Habib Abdullah Alhadad, seorang sufi terkenal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Ratibnya hingga kini dikenal dengan sebutan Ratib Haddad. Menurut KH Abdul Rasyid AS, putra almarhum KH Abdullah Syafiie yang kini memimpin Majelis Taklim Asy-Syafiiyah, sekalipun kitab kuning ini telah berusia 300 tahun, tapi masalah yang diangkat masih tetap relevan dan aktual saat ini. Habib Ali memiliki banyak murid orang Betawi, termasuk KH Noer Ali, ulama dan tokoh pejuang dari Bekasi, karena pernah memiliki madrasah Unwanul Falah. Madrasah Islam dengan sistem kelas didirikan pada tahun 1918, dan letaknya di Jl Kramat Kwirang II, berdekatan dengan Masjid Al-Riyadh, Kwitang. Untuk pertama kali waktu itu, madrasah ini juga terbuka untuk murid-murid wanita, sekalipun tempat duduknya dipisahkan dengan murid pria. Ratusan di antara murid-murid sekolah ini, kemudian menjadi dai terkemuka, dan banyak yang memimpin pesantren, termasuk Al-Awwabin pimpinan KH Abdurahman Nawi di Depok, dan Tebet, Jakarta Selatan. 59 59 http:www.eramuslim.comustadzdll7b10184825-siapakah-haba039ib-atau-habib .htm?rel, 03 September 2008 II. Sisi orientasi 1. Habib Ukhrawi Habib ukhrawi adalah para habib yang senangnya berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perilakunya sejalan dengan ucapan dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan sebelum ia mengamalkannya. Para habaib yang disebut habaib yang ukrawi adalah mereka yang lebih menguasai keilmuannya dalam bidang ukhrawi, kemudian mereka pada kenyataannya terkenal dengan sebutan dengan para wali. Bukan berarti tidak mengenal ilmu dunia tetapi ilmu agama lebih banyak mereka pelajari daripada ilmu dunia. Sejak saat itu itu mulai terbina watak-watak keilmuan masalah agama sesuai anjuran nabi sejak 7 tahun mereka sudah dimasukkan ke lembaga keagamaan yang nuansanya syarat dengan agama. Hal inipula yang mendominasi bagi habib dimana mereka berada, artinya para habaib yang berkaitan dengan ukhrawi itu lebih banyak pengetahuan agamanya daripada ilmu dunia. kemudian ada satu tipikal dari habaib yang unik dan memang tidak banyak bahkan sedikit dari kedua hal di atas yang ia mampu mengkolaborasikan ilmu dunia dengan ilmu akhirat di dalam satu kehidupan. Di Indonesia misalnya Dr. Alwi Shihab, ia aktif di bidang politik yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keagamaan akan tetapi dalam menjalankan roda perpolitikannya adalah dengan konsep politik yang agamis sekaligus nasionalis. 60 2. Habib Duniawi 60 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. Habib duniawi adalah habib yang gemar mencari dunia, kehidupannya lebih banyak disibukkan dengan urusan dunia, seakan-akan dalam kesehariannya bermegah-megahan dalam hal duniawi dan selalu disibukkan dengan mencari materi daripada hal-hal yang berkaitan dengan akhirat. Habib yang kecendrungannya mempelajari ilmu-ilmu dunia kemudian menjadi tokoh yang berkait dengan keduniaannya. Tidak hanya dari habib-habib yang di Indonesia, bahkan di negara lainpun mereka memiliki jabatan pemimpin negara seperti raja Maroko, raja Hasan dan banyak lagi di negara-negara lain. Ketika jayanya Islam mereka dipimipin oleh keturunan rasul yang saat itu tidak dipanggil dengan habib, dimana pada waktu itu disebut dengan syarif atau imam. Keahlian mereka tidak satu di bidang ilmu saja, ada diantara mereka yang ahli ekonomi, ahli teknologi, ahli ilmu alam, yang menganggap bahwa itu adalah tipikal habib yang memang dari awal oleh orangtuanya hanya diberi keilmuan yang sangat menguasai dalam bidang dunia. 61 III. Sisi keilmuan 1. Habib Ulama Habib ulama adalah habib yang mencari urusan dunia dengan tidak melalaikan urusan akhirat. Jalan hidupnya senantiasa bekerja, mengajarkan kebaikan kepada setiap manusia, membina masyarakat, dan mendorongnya untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Selain itu juga ia senang untuk 61 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. menelaah ilmu-ilmu agama. Tipe habib seperti ini tipe habib yang biasanya memiliki pondok pesantren, majelis taklim, menjadi tenaga pengajar, ataupun sejenisnya. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cinta kepada musyahadah ilmu untuk menyingkap kebesaran Allah SWT, muraqabah ilmu untuk mencintai perintah Allah dan menjauhi larangannya. 62 2. Habib Awam Sebutan habib, khususnya para habaib di Indonesia bukan dikarenakan keilmuannya, tetapi kaitannya ia dengan silsilah dengan nabi Muhammad SAW. Bodoh atau pintarnya seorang habib tidak bisa kemudian harus menghapus nama para habib. Habaib sama halnya dengan manusia yang lain, tidak ada yang berbeda, selain yang membedakannya bahwa habaib mempunyai garis keturunan dengan nabi Muhammad SAW. 63 IV. Sisi kecendrungan 1. Habib SufiAhli Tariqat Para habaib sangat takut ketika menjalankan agama jatuh kepada konsep kemusyrikan. Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi tokoh alawiyyin yang mumpuni ilmu keagamaaannya, pernah melihat jaman itu ada kecendrungan habaib seakan-akan mampu menjadi seorang pemimpin negara sekaligus agama 62 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. 63 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. sehingga banyak diantara mereka ketika berbicara tentang politik urusan dunia ada yang dibunuh, diusir, bahkan dimusuhi dari setiap keturunan habaib. Maka inisitaif yang brilian dari Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi, beliau menafikan dunia dan menjadikan habaib adalah sosok seorang imam yang mempunyai kecendrungan dan memikirkan umat hanya dibidang agama dan untuk keselamatan akhirat. Sehingga konsep pendidikan agamanya dibawa ke arah kehidupan tasawuf yang dalam konteks ubudiyahnya dengan membawa jalur tariqat. Tariqat dalam pengertian habaib adalah satu jalan untuk menghilangkan di dalam hati manusia penyakit-penyakit yang bisa mengganggu khusyunya ketika melaksanakan ibadahnya kepada Allah. Diantaranya ialah hubbuddunia cinta dunia yang di dalamnya terkadang karena manusia sudah terlalu sangat cinta kepada dunia, halal menjadi haram haram menjadi halal atau tidak melihat lagi antara halal dan haram. Tariqat itulah yang kemudian dijadikan sebagai acuan alternatif dari para imam untuk kita bisa menghindari hal-hal yang seperti itu. Sehingga perlu memperhatikan dari beberapa tariqat yang ada dikalangan habaib, utama dari amalan tariqat itu adalah laa ilaa haa illallah. Sementara dalam bahasa tariqat konsep ilmu fiqh adalah mazhab, jadi bisa saja tariqat itu kemudian dinamai kepada orang yang mengajarkan pertama kali tentang bagaimana membersihkan hati dari hal-hal yang bersifat akan mencelakai dan mengotori atau menodai ibadah. Nama itulah yang diabadikan atas nama tariqat yang terlihat seperti ajaran sufi yang diajarkan oleh Alfaqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi, karena beliau dari bani Alawiyyin dan tariqatnya disebut tariqat alawiyyah. Sementara isinya adalah lebih banyak kepada zikrullah terutama kalimatnya laa ilaa haa illallah. 64 2. Habib Intelek Sedikit sekali sebetulnya yang dikatakan habib intelek karena mereka tidak bisa menghapus warna dari datuk-datuknya terutama nabi Muhammad SAW. Beliau ketika menjadi seorang pemimpin kedudukannya adalah sebagai uswah contoh, dan beliau ketika menjadi ulamapun uswah artinya hanya untuk diteladani dan dipelajari. Sehingga kesan di dalam diri rasululullah itu tidak ada, yang ada mereka salut, kagum dengan apa yang disampaikan oleh rasulullah. Sementara kontek kepemimpinan di dalam negara Madinah tidak begitu terlihat dan orang tidak menganggap bahwa nabi Muhammad SAW itu pemimpin yang sukses, artinya intelektualitas seseorang dari turunan habaib itu tidak lebih nampak daripada sufiahnya dia ketika dia melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Berdasarkan pernyataan di atas pada intinya tidak ada habib yang intelek kalaupun ada kehabibannya itu dihilangkan seperti misalnya Fadhil Muhammad Gubernur Gorontalo dia seorang habib, tapi ketika menjadi seorang gubernur dia tidak sebutkan dirinya sebagai habib, karena ada kekhawatiran ketika menjalankan tugasnya mempunyai kesalahan yang nanti ketika disebut habibnya akan merusak habibnya atau juga barangkali dibeberapa daerah yang lain, misalnya Hamengkubuwono IX atau Hamengkubuwono yang ke I sampai ke VI. Mereka itu adalah dari turunan habib, bangsa bin Yahya. Tetapi ketika menjadi 64 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. sultan, ia tutupi kehabibannya, karena ada kekhawatiran ia menyalahi atau tidak amanah karena manusia dalam menjalankan roda kepemimpinannya habaibnya supaya tidak ternodai karena panggilan habib itu adalah panggilan penghormatan. 65 V. Sisi profesi Profesi habaib sama saja dengan manusia yang lain, mereka bermacam- macam ada pedagang, ulama, mubaligh, dan kebiasaan sifat manusia sama seperti para habaib. Karena habaib sosok manusia juga mereka bukan golongan malaikat, ketika dia berdagang dengan jujur berarti bukan karena kehabibannya karena habaib tahu bahwa berdagang harus jujur. Ketika ada yang tidak jujur itulah watak daripada manusia itu sendiri. Jadi habaib itu tidak bisa merubah kehidupan seseorang dari buruk menjadi baik tanpa dia sadar dengan ilmu yang dimiliki, untuk kemudian dia bisa menjalankan ilmunya dengan baik. Artinya untuk menjadikan manusia dari bodoh menjadi pintar dia harus belajar dari tidak baik menjadi baik dia harus taat dengan ajaran agama. 66 65 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008. 66 Habib Muhammad al-Athas, Pengasuh Pondok Pesantren Ainurrahmah, Wawancara Pribadi , Tangerang, 05 September 2008.

BAB III PROFIL

HABIB MUHAMMAD AL-ATHAS

D. 1. Kelahiran dan Latar Belakang Pendidikan

Silsilah Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Athas hingga Nabi Muhammad SAW Habib Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Muchsin bin Salim bin Abu Bakar bin Husein bin Abu Bakar bin Salim bin Umar bin Abdurrahman al-Athas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shohib Marbath bin Alwi Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Annaqieb bin Muhammad Annaqieb bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far Asshodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Syahid Karbala binti Sayyidati Fatimah Azzahra dan Sayyid Ali Karramallahu Wajhah bin Sayyidina Muhammad SAW. Habib Muhammad al-Athas lahir pada 17 September 1956 di Tangerang, tepatnya di desa Cibogo Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang, 1 km dari stasiun Kereta Api Cisauk. Sebuah wilayah yang pada waktu itu banyak perkebunan penduduk di sekeliling rumahnya. Beliau dilahirkan dari lingkungan keluarga yang berlatar belakang tidak tamat SD, namun berada dalam keluarga yang berpegang teguh pada ajaran Islam. 67 Putra dari pasangan Habib Abdurrahman al-Athas dan Hj. Jamilah ini juga merupakan guru atau Ustadz yang disegani dikampungnya. Tafsir Jalalain adalah Kitab andalan Ayahnya dalam mengajar mengaji di kampung-kampung sekitar kediamannya. Ayahnya memang dikenal masyarakat sekitar sebagai seorang Ustadz atau ajengan yang biasa orang memanggilnya dengan panggilan “Ustadz 67 Habib Abu Bakar al-Athas, Wawancara Pribadi, Tangerang, 02 September 2008.