Kemodernan dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Desa- Kota

5.1. Kemodernan dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Desa- Kota

Karya sastra, dalam kerangka pikir sosiologi sastra, adalah pro- duk sosial (Wolff, 1981: 12). Sebagai produk sosial, karya sastra mem- punyai fungsi untuk menunjukkan lebenswelt masyarakat yang digam- barkannya. Terminologi lebenswelt dalam tradisi fenomenologi me- ngandung pengertian ‘dunia’ atau ‘semesta’ yang kecil, rumit, dan

SEMINAR (DISKUSI) ILMIAH KELOMPOK PENELITI KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN

235 lengkap, terdiri atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, interaksi antar

manusia (intersubjektivitas) dan nilai-nilai yang dihayati. Lebenswelt itu merupakan realitas sosial orang-orang biasa (Berger, 1990: xiv), sehingga tahap penggambaran dunia kehidupan masyarakat tertentu yang melatarbelakangi penciptaan sebuah karya sastra harus dihadir- kan sebagai dasar untuk menemukan fenomena sosial di dalamnya. Konsep fenomenologi dalam sosiologi verstehen mengambil lebenswelt aktor (pengarang) sebagai point of reference (Wolff, 1975:14), sehingga tahap fenomenologi dan konstruksi sosial dunia ini mensyaratkan pengarang sebagai individu yang mengalami sendiri lingkungan yang digambarkannya (mode of experience grounded).

Lebenswelt yang melatarbelakangi guritan “SAL” dan “SG” adalah keadaan masyarakat desa dan kota dengan pola pikir mereka dalam menghadapi modernisasi yang menjadi ciri dunia abad ke-20. Mo- dernisasi ditandai dengan usaha perbaikan di segala sisi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang dilandasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan telah menghasilkan berbagai produk dan sistem mana- jemen yang menawarkan kecepatan, efektivitas, spesialisasi, dan ke- mudahan. Penggunaan teknologi komunikasi, seperti telepon geng- gam (HP), Ipad, laptop, dan internet yang menghadirkan komunikasi di dunia maya menjadi simbol-simbol kecepatan, efektivitas, spe- sialisasi, dan tentunya kemudahan. Piranti-piranti simbol kemodernan tersebut akhirnya menjadi tren dan gaya hidup sebagian besar orang di kota metropolitan.

Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan juga di- tandai dengan bertambahnya sekolah, perguruan tinggi, serta lem- baga-lembaga pendidikan yang ada di kota metropolitan. Lembaga- lembaga pendidikan tersebut semakin banyak memberikan pilihan pendidikan yang mampu diikuti oleh siapa saja dan kapan saja, tidak terbatas waktu. Di sisi lain, daya tarik perkembangan ilmu pengetahu- an dan teknologi tidak serta merta merambah ke seluruh kehidupan masyarakat. Fenomena modernisasi tersebut cenderung berpusat di kota metropolitan, sehingga kota metropolitan menjadi daya tarik dan tempat tujuan bagi orang-orang yang berkeinginan untuk menuntut ilmu dan mencari penghidupan yang mereka anggap lebih baik. Ke- mewahan sebagai gaya hidup, yang secara materi diperlihatkan mela- lui gedung mewah, pusat perbelanjaan yang beraneka macam, mobil- mobil mewah, dan fasilitas lain yang hanya dijumpai di kota, telah menjadi magnet bagi orang-orang di luar kota metropolitan Jakarta.

Fenomena sosial ini kentara ketika dilihat dari kacamata desa sebagai tempat yang beroposisi dengan kota dalam berbagai bidang

PROSIDING

kehidupan. Desa yang identik dengan kesejukan alamnya, tanah yang luas, keramah-tamahan penduduknya, serta ketersediaan bahan pa- ngan yang dapat diolah dan dipanen sendiri oleh penduduknya ber- tolak belakang dengan kota yang mempunyai penduduk dan peru- mahan yang semakin padat, persaingan hidup yang tercermin dalam rivalitas pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang “mewah”. Daya tarik kota telah banyak mengundang orang-orang dari desa da- tang dan tinggal di kota. Daya tarik tersebut, diantaranya, terlihat ke- tika setiap kali terjadi arus balik menuju Jakarta pasca liburan hari raya. Walaupun belum tentu orang-orang yang berbondong-bondong ke Jakarta tersebut memperleh pekerjaan, tetapi daya tarik kota me- tropolitan telah menghipnotis mereka. Situasi dan dinamika kehi- dupan kota metropolitan telah membentuk pola pikir dan sikap orang- orang yang tinggal yang sarat dengan persaingan kerja, popularitas.