Komen dengan P Verba Monomorfemik

4.2.1Komen dengan P Verba Monomorfemik

Pada bagian ini dibicarakan tentang masalah komen bersifat predikatif yang unsur-unsurnya terdiri atas konstituen berkategori verba monomorfemik sebagai pengisi P dan konstituen berkategori nomina sebagai Pel. Kehadiran konstituen yang berfungsi sebagai Pel ini diisyaratkan oleh perilaku sintaktis verba pengisi P sehingga mem- bentuk susunan beruntun. Hal itu dibicarakan pada bagian berikut.

4.2.1.1 Komen dengan P Verba Monomorfemik Tipe duwe ‘Mempunyai’

P yang diisi oleh konstituen berkategori verba monomorfemik tipe duwe ‘mempunyai’ menuntut hadirnya konstituen di sebelah ka- nan berkategori nomina sebagai Pel. Sebagai penjelasnya, berikut ini diutarakan contoh komen yang P-nya diisi oleh verba tipe duwe.

(7) (a) Cirebon duwe kraton loro, yaiku kraton Kasepuhan lan kraton Ka- noman. (b) Kaya dene Yogya ana Yogyakarta Hadiningrat kalenggahane Sultan Hamengku Buwana lan Kadipaten Paku Alaman kalenggahane Paku Alam. (c) Surakarta ana Surakarta Hadiningrat kalenggahane Su- nan Paku Buwono lan Mangkunegaran kalenggahane Mangkunegara.

(Jaya Baya No. 29 Minggu III Maret 2010:12) ‘(a) Cirebon mempunyai keraton dua, yaiku keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. (b) Seperti Yogya ada Yogyakarta Hadi- ningrat wilayah Sultan Hamengku Buwana dan Kadipaten Paku Alaman wilayah Paku Alam. (c) Surakarta ada Surakarta Hadi- ningrat wilayah Sunan Paku Buwono dan Mangkunegaran wila- yah Mangkunegara.’

Kalimat topik pada contoh (7) berupa Cirebon duwe kraton loro… ‘Cirebon mempunyai keraton dua …’, yang terdiri atas satuan lingual Cirebon sebagai topik tak berpenanda dan berstatus sebagai IL dan

PROSIDING

satuan lingual duwe kraton loro sebagai komen yang bersifat predikatif dan berstatus sebagai IB. Konstituen pengisi komen ini terdiri atas sa- tuan lingual berkategori verba monomorfemik duwe ‘mempunyai’ se- bagai P dan frasa nominal kraton loro… ‘keraton dua’ sebagai Pel. Keha- diran konstituen pengisi Pel ini diisyaratkan oleh kehadiran konstituen pengisi P sehingga terbentuk susunan beruntun, yang dalam hal ini, sebagai komen.

4.2.1.2 Komen dengan P Verba Monomorfemik Tipe Ana ‘Ada’

P yang diisi oleh konstituen berkategori verba monomorfemik tipe ana ‘ada’ menuntut hadirnya konstituen di sebelah kanan berka- tegori nomina sebagai Pel. Berikut ini diutarakan contoh komen yang P-nya diisi oleh verba tipe ana.

(8) (a) Slada ana rong werna, slada ijo lan slada brintik sing pinggiran godhonge ngombak-ngombak. (b) Slada biasa wernane ijo tuwa, godhonge rada kandel. (c) Slada kriting wernane ijo nom, godhonge tipis gampang suwek. (d) Rasane kemriyak renyah. (e) Ana maneh slada air, pange akeh, godhonge cilik-cilik ….

(Jaya Baya No. 01 Minggu I September 2008:33) ‘(a) Slada ada dua macam, slada hijau dan slada keriting yang pinggiran daunnya berombak-ombak. (b) Slada biasa berwarna hijau tua, berdaun agak tebal. (c) Slada keriting berwerna hijau muda, berdaun tipis mudah sobek. (d) Rasanya renyah. (e) Ada lagi slada air, bercabang banyak berdaun kecil-kecil ….’

Kalimat topik pada contoh (8) berupa Slada ana rong werna ‘Slada ada dua macam’, yang terdiri atas satuan lingual slada sebagai topik tak berpenanda dan berstatus sebagai IL dan satuan lingual ana rong werna sebagai komen yang bersifat predikatif dan berstatus sebagai IB. Unsur pengisi komen ini terdiri atas kategori verba monomorfemik ana ‘ada’ yang berfungsi sebagai P dan frasa numeralia rong werna ‘dua macam’ sebagai Pel. Kehadiran satuan lingual ana ‘ada’ pengisi P ini mengisyaratkan hadirnya konstituen letak kanan sehingga membentuk susunan beruntun.

Pemarkah –e pada wernane ‘warnanya’ dan godhonge ‘daunnya’ pada kalimat (8b) sebagai penanda posesif. Kehadirannya dapat disulih dengan satuan lingual duwe ‘punya’ yang tampak pada konstruksi Slada biasa duwe werna ijo tuwa, duwe godhong kandel ‘Slada biasa mempunyai warna hijau tua, mempunyai daun tebal’.

SEMINAR (DISKUSI) ILMIAH KELOMPOK PENELITI KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN

117 Pemarkah –e pada wernane dan godhonge pada kalimat (8c) juga

sebagai penanda posesif. Kehadirannya dapat disulih dengan satuan lingual duwe ‘mempunyai’ sehingga terbentuk konstruksi Slada kriting duwe werna ijo nom, duwe godhong tipis ‘Slada keriting mempunyai warna hijau muda, mempunyai daun tipis’. Pemarkah -e pada kalimat (8d) Rasane kemriyak renyah sebagai penanda posesif. Kehadirannya dapat disulih dengan satuan lingual duwe ‘mempunyai’ sehingga terbentuk konstruksi Slada kriting duwe rasa kemriyak renyah ‘Slada keriting mem- punyai rasa renyah’.

Begitu pula pemarkah –e pada satuan lingual pange akeh, godhonge cilik-cilik ‘rantingnya banyak, daunnya kecil-kecil’ pada kalimat (8e) sebagai penanda posesif. Kehadirannya dapat disulih dengan satuan lingual duwe ‘mempunyai’ sehingga terbentuk konstruksi Slada air duwe pang akeh, duwe godhong cilik-cilik ….’ Slada air mempunyai cabang banyak, mempunyai daun kecil-kecil ….’