(No.44) APIUM GRAVEOLENS L.

(No.44) APIUM GRAVEOLENS L.

Analisis senyawa menguap dalam akar, batang dan daun Apium graveolens L. menggunakan metode tanur TAS WAHYONO,1991; FF UGM

Obat tradisional dianggap dan diharapkan berperan dalam usaha­usaha pencegahan dan pengobatan penyakit, serta peningkatan taraf kesehatan masyarakat disamping tujuan yang lain. Tanaman sledri tidak asing lagi bagi masyarakat karena sering dijumpai sehari­hari terutama dalam sayuran. Tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional untuk obat buta malam, encok, terkilir, tekanan darah tinggi. Sampai saat ini belum pernali dilakukan analisis kromatogram senyawa menguap dari akar, batang maupun daunnya.

Maksud dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan senyawa yang dikandungnya, dengan demikian untuk selanjutnya dapat untuk dasar pemakaian yang lebih tepat.

Telah dilakukan analisis senyawa menguap dalam akar, batang dan daun Apium graveolens L. menggunakan metode tanur TAS.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan profit kromatografi diantara ketiga bahan itu. Akar mempunyai bercak paling banyak kemudian menyusul daun dan batang. Kemungkinan akar tempat .penarapungan senyawa menguap menyusul kemudian daun yang merupakan tempat untuk asimilasi. Penelitian KLT menggunakan sari alkohol membuktikan selain senyawa menguap dalam

jumlah sedikit bila dibandingkan dengan penelitian menggunakan tanur TAS, juga diketemukan senyawa keinungkinan flavonoid.

(No.45) APIUM GRAVEOLENS L. Pengaruh pemberian daun seledri terhadap fraksi lipid darah kelinci yang diberi diet konsentrat INYOMAN ARCANA,1993; FK UNUD

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia FK UNUD, untuk menentukan pengaruh daun seledri (Apium graveolens L.) terhadap kolesterol total, HDL dan trigliserida darah kelinci yang diberi.diet konsentrat. Rancangan penelitian adalah pre­test dan post­test control group

design, dengan mempergunakan kelinci (Orystolagus cuniculus) berumur sesudah 10 minggu, berat badan sekitar 1 ­3 kg, masing­masing 10 ekor pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Kedua kelompok diberi konsentrat Comfeed .D­pellets sebebasnya. Pada hari ke 22 dilakukan pemeriksaan pre­test kadar kolesterol total, HDL dan trigliserida. Selama 30 hari selanjutnya kelompok perlakuan diberikan 3 batang daun seledri per­hari, kemudian dilakukan

pemeriksaan post­test terhadap kolesterol total, HDL dan trigliserida. Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida secara bennakna (P<0,01), penurunan LDL secara bermakna (P < 0,05) dan terjadi pula peningkatan HDL secara bermakna (P < 0,05).

(No.46) ARACHIS HYPOGAEA L. Kandungan protein, lemak biji dan klorofil daun kacaiig tanah (Arachis hypogaea L.) yang diperlakukan dengan pupuk blotong. SETIAWAN RINEKSA,1992; KB UGM

Blotong merupakan limbah pabrik gula, setelah terkomposkan menjadi pupuk organik dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat­sifat tanah dan memperkaya kandungan unsur­unsur hara tanah pada lahan kurus yang akan dipergunakan untuk penanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk blotong terhadap kandungan protein dan lemak biji, kandungan klorofil daun serta pengaruhnya terhadap tanaman kacang tanah.

Penelitian ini meliputi pembuatan kompos blotong, penanaman kacang tanah yang diberi perlakuan pupuk blotong dengan 6 variasi konsentrasi yaitu: A (kontrol), B (6,25 g) C (12,50 g), D (25 g), E (50 g), F (100 g) serta analisis dilaboratorium yang meliputi analisis kandungan protein, lemak biji dan analisis kandungan klorofil daun. Sedangkan untuk produktifitas tanaman dilakukan dengan pengukuran berat basah dan berat kering biomas tanaman, serta penghitungan jumlah biji dan berat kering biji. Hasil analisis dan pengamatan kemudian dianalisis dengan uji DMRT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk blotong pada konsentrasi 100 g dicapai kandungan klorofil daun, protein biji, jumlah biji, berat basah dan berat kering biomas tanaman kacang tanah tertinggi, bila dibandingkan dengan variasi konsentrasi pupuk