HENY MARTINI,1994; FK UGM

HENY MARTINI,1994; FK UGM

Pembimbing : Dra. Sri Sumami DAP&E.SU.; Dra. Budi Mulyanuigsih,Apt,MS.

Di Indonesia penyakit skabies raasih merupakan masalah kesehatan yang penting. Penyakit ini bahyak berjangkit terutama di daerah pedesaan, dapat menjadi penyakit endemik karena sulit diatasi dan penularannya sangat.cepat. Pemakaian obat yang tersedia masih mengalami banyak nambatan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pengobatan lain yang cukup berkhasiat, aman, murah harganya, mudah pula diperoleh di masyarakat, yaitu pengobatan tradisional. Untuk mengetahui efek daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dilakukan penelitian terhadap skabies pada marmut yang disebabkan bwgau Sarcoptes scabiei. Ptnolitiaa dilakukan terhadap 20 ekor marmut

jantan dan betina dilakukan terhadap 20 ekor marmut jantan dan betina antara 200­250 g, yang menderita skabies.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental sederhana dengan intervensi kuratif, subyek dibagi dalam empat kelompok masing­masing terdiri dari 5 ekor marmut. Kelompok I dan II diberikan perlakuan coba dengan tumbukan daun segar ketepeng cina dan

ekstraknya. Kelompok III sebagai kelompok pembanding positif dengan diberikan obat salep 2­4 (sulfur). Kelompok IV sebagai kelompok kontrol negatif dengan tanpa pemberian obat apapun.

pengamatan dilakukan sampai terjadi penyembuhan setelah perlakuan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahni bahwa daun ketepeng cina inempunyai efek penyembuhan terhadap skabies pada marmut dan setelah dilakukan analisa varian satu jalan diperoleh hasil yang tidak berbeda dengan efek obat pembanding (P>0,05). Ini berarti daun ketepeng cina dan salep 2­4 (Sulfur) memiliki efek yang sama. Dengan adanya basil­basil penelitian seperti diatas, perlu diharapkan penelitian­penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian­peneUtian berikutnya mengenai efek anti scabies daun ketepeng cina tersebut, sehingga akan lebih memungkinkan pengembangan ketepeng cina ini untuk menjadi obat skabies, sebagai alternatif pengganti obat skabies yang telah ada.

(No.77) CASSIA ALATA L. Mencari kondisi terbaik untuk pertumbuhan kalus Cassia alata L.

C.J. SOEGIHARDJO,1991; FF UGM

Telah dilakukan penelitian untuk mencari kondisi terbaik pertumbuhan kalus Cassia alata L, Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kondisi terbaik untuk pertumbuhan kalus C. alata L., guna kelak dapat digunakan sebagai inokulum untuk produksi senyawa antrakinon dengan teknik kultur jaringan tanaman. Dalam penelitian digunakan daun

CassiaalataL. Sebagai eksplan. Pensterilan permukaan daun dilakukan dengan larutan hipoklorit + 1% kemudian dilanjutkan pembilasan dengan air suling steril sebanyak tiga kali berturut­turut

selama 3,5 dan 15 menit.

Media yang dipilih adalah media RT (Revised Tobaco Medium) dan RTK. (media RT yang dilengkapi dengan 10% air kelapa) yang masing­masing mengandung 2,4­D sebanyak 1 bpj. Untuk mencegah oksidasi karena pengaruh enzim polifenoloksidase digunakan arang penyerap (norit) 30 dan 60 mg/100 ml media, polivinilpirolidon (PVP) sebanyak 1 g/100 ml media, asam askorbat

50 dan 100 mg/100 ml media dan sebagai pembanding digunakan media tanpa penambahan antioksidan tersebut. Pengeraman dilakukan pada suhu (25 + 3)° C dengan pencahayaan delapan jam gelap dan 16 jam terang. Pernantauan dilakukan meliputi terjadinya kalus, macam kalus,

perubahan warna kalus, dan pertumbuhan kalus. Pemanenan dilakukan pada akhir minggu keempat, kemudian ditetapkan bobot segar dan kering serta dilakukan analisis kandungan antrakinon secara KLT. Sistem yang diguunakan dalam analisis KLT, sebagai fase diam silika gel

GF 25 4, fase gerak campuran toluena­etilasetat­metanol­asam formiat (50:30:20:1) v/v untuk antrakinon terikat maupun bebas, sedang pereaksi semprot digunakan larutan kalium hidroksida 10% dalam etanol, kemudian dilihat dengan sinar biasa dan ultraviolet 366 nm. Selain itu, juga dilakukan perbandingan aglikon yang terdapat dalam kalus yang dihidrolisis dengan asam klorida dengan Rhei Radix yang diperlakukan sama.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa media yang baik adalah media RTK. dengan penambahan asam askorbat 50 atau 100 rag/100 ml media, bila dipandang dari kandungan senyawa antrakinonnya. Bila dipandang dari kelambatan mengalami proses oksidasi

maka media RTK yang ditambah dengan 1% PVP per 100 ml media. Disamping itu dapat ditambahkan disini bahwa kandungan senyawa antrakinon dalam kalus paling sedikit enam buah,

hal ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh peneliti terdahulu (Rai danShok, 1983) yanghanya tiga buah. Kadar antrakinon dalam daun sangat kecil bila dibandirtgkan dengan yang

terkandung dalam.kalus. Perubahan eksplan pada media RTK selain terbentuk kalus juga terbentuk kalus serupa akar. Dari kenyataan ini perlu diteliti lebih lanjut kemungkinan kegunaan

kedua jenis kalus dalam produksi antrakinon dengan teknik kultur suspensi sel atau kultur rizoid.

(No.78) CASSIA ALATA L. . Potentiation of antidandruff effect of an ethanolic extract of ketepeng (Cassia alata L.) leaves by salicylic acid BENNY LOGAWA; SUDANA A.; BADRUZZAMAN S.; E.Y. NUKMAN,