(No.161) GYNURA SP.

(No.161) GYNURA SP.

Efek penghambatan karsinogenisitas benzo (A) pirena oleh prcparat tradisional tanaman Gynura sp. dan identifikasi awal senyawa yang berkhasiat SUGIYANTO; B. SUDARTO; EDY MEIYANTO,1993; FF UGM

Di Indonesia kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskuler (Anonim, 1988). Patogenesis kanker itu sendiri belum dapat dijelaskan dengan memuaskan. Akan tctapi sudah diketahui bahwa proses karsinogenesis meliputi beberapa tahap. Diketahui pula bahwa

karsinogen kimiawi tersebut adalah Benzo (a) pirena (BP) yang banyak ditemui di udara dan dapat berasal dari asap gas buang motor, asap tembakau, asap generator pembangkit tenaga maupun didalam daging yang dipanggang dengan arang.

Aktifasi BP mcnjadi metabolit yang karsiuogenik aktif terjadi dalam beberapa tahap reaksi metabolik (Gelboin, 1980; Thakker dkk, 1985). Oksidasi tahap pertama oleh sistem MFO (mixed function oxidases) menghasilkan epoksida yang segera terhidrolisa oleh enzim hidrolase epoksida menjadi derivat dihidrodiol (diol). Diantara diol yang terbentuk BP­7, 8­diol­9, 10­epoksida. Metabolit inilah yang sangat rektif dan mampu berinteraksi dengan DNA. Interaksi metabolit aktif dengan DNA ini yang diketahui mampu menyebabkan terjadinya mutasi sel somatik yang selanjutnya mcmicu proses inisiasi kankcr. Metabolit reaktif tersebut sering discbut ultimate carcinogen. Beberapa senyawa alami tclah dibuktikan mampu menghambat terjadinya interaksi antara BP­7,8­diol­9, 10­epoksida dengan DNA melalui berbagai mekanisme. Senyawa­senyawa tersebut mempunyai gugus polifenol atau tcrmasuk golongan flavonoid (Sayer dkk, 1989) beberapa diantaranya adalah asam tanat, asam elagat, quersetin, krisin dan mirisetin. Senyawa­senyawa ini dapat ditemukan di dalam berbagai jenis tumbuhan.

Secara klinik efektifitas obat anti kanker ternyata belum memuaskan karena selektifitas yang rendah dari senyawa aktifhya. Pada umumnya obat anti kanker juga sitotoksik terhadap sel normal. Oilain pihak secara tradisional telah banyak praktek pengobatan kanker dengan ramuan tradisional. Tentu saja praktek pengobatan ini tanpa dasar ilmiah dan efektifitas penyembuhannyapun belum terbukti secara benar. Salah satu tumbuhah/bagian tumbuhan yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan kanker adalah daun Gynura procumbens. Daun tumbuhan ini diketahui pengandung berbagai senyawa antara ­lain senyawa­senyawa polifenol scperti asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p­hidroksi benzoat, asam tanat dan

berbagai flavonoid (Asepgana Suganda dkk, 1988; Sudarto & S. Pramono, 1985). Di dalam penelitian ini telah dilakukan uji penghambatan karsinogenisitas karena BP pada mencit oleh sediaan tradisional daun G. procumbens. Sediaan tradisional yang digunakan adalah infus 10%, infus 20%, ekstrak etanol dan ekstrak eter serbuk daun kering. Uji

karsinogenisitas dilakukan dengan metoda newborn mice. Mencit­mencit yang bam lahir disuntik BP di dalam dimetilsulfoksida secara intra peritoneal pada hari ke­1, ke­8 dan kc­15 setelah

kelahiran masing­masing sebanyak 0,2; 0,4 dan 0,8 umol. Pada umur 21 hari mencit­mencit disapih dan seminggu kemudian dibagi di dalam beberapa kelompok untuk mendapat perlakiian sediaan tradisional secara oral. Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml untuk infus 10% dan infus 20%. Untuk ekstrak eter dan etanol diberikan dosis setara dengan 100 mg serbuk daun. Pemberian

sediaan ini dilakukan 2 kali seminggu selama 8 minggu. Pemeriksaan tumor dilakukan pada mencit yang berumur 4bulan. Pada umur tersebut mencit dibunuh dan diambil limfa, hepar, para dan ginjalnya untuk diamati ada tidaknya tumor. Setiap kelompok dihitung prosentasi mencit yang menderita tumor dan dihitung pula jumlah rata­

rata nodul tumor per organ. Dengan penyuntikan BP hanya menyebabkan tumor pada paru. Pemberian ekstrak eter dan infus 10% tidak menunjukkan efek penghambatan karsinogenisitas BP. Sedang pemberian ekstrak etanol daun dapat menurunkan prosentasi mencit yang terkena tumor sebesar 23%. Demikian pula jumlah nodul rata­rata turun dari 6 nodul/paru pada mencit kelompok kontrol positif menjadi 3 nodul/paru pada mencit yang diberi ekstrak etanol. Penurunan jumlah nodul pada paru mencit yang mendapatkan infus 20% juga terlihat akan tetapi tidak berbeda nyata

bila dibandingkan nodul tumor pada mencit kelompok kontrol positif. Infus 20% juga menurunkan prosentasi mencit yang terkena tumor sebesar 15%.

Hasil isolasi senyawa yang berkhasiat dari ekstrak etanol dcngan 4 sistem KLT belum mampu memberi informasi berarti tentang senyawa yang terkandung. Spektra UV yang didapat dari dua bercak utama tidak menunjukkan kemiripan dengan spcktra dua senyawa flavonbid, rutin dan flavanonol.

(No.162) HEMIGRAPHIS COLORATA (BL.) HALL.F. Pengaruh infus daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall.)

terhadap batu kandung kemih buatan dan diuresis pada tikus putih ADJIRNI; B. WAHJOEDI; PUDJIASTUTI,1996; PPPF, BADAN LITBANGKES

Telah dilakukan penelitian pengaruh inftis daun sambang getih (Hemigraphis colorata Hall.) terhadap batu kandung kemih buatan dan diuresis pada tikus putih. Penelitian dilakukan dengan membuat batu kandung kemih buatan menurut cara Lio CS (1981).

Diuji efek pencegah dan penghancur batu kandung kemih dari inftis daun sambang getih dengan dosis 3,25; 32,5 dan 325 mg/100 g bb. yang diberikan secara oral selama 7 hari. Untuk efek pencegah batu kandung kemih, bahan diberikan 2 hari setelah penempatan inti pada kandung kemih dan untuk efek penghancur batu, bahan diberikan setelah 14 hari penempatan inti pada kandung kemih. Kemudian tikus dimatikan dan dihitung berat batu yang ada pada kandung kemih. Untuk efek diuretik dilakukan menurut cara Taylor dan Topliss, dengan pembanding hidro klorotiazid 0,16 mg/100 g bb., volume urine diukur sarapai jam ke 8 setelah pemberian bahan.

Hasil penelitian, teriihat pengurangan berat batu pada dosis 32,5 mg dan 325 mg/100 g bb. Ternyata Infus daun sambang getih pada dosis 32,5 mg dan 325 ing/100 g bb. mempunyai efek mencegah dan menghancurkan batu kandung kemih pada tikus putih, ini terlihat dari berat batu

yang terbentuk setelah pemberian bahan mempunyai berat rata­rata yang lebih kecil dari pada berat rata­rata yang diberikan akuades ataupun yang tidak diberi apa­apa. Pada percobaan efek diuretik,

jumlah volume urine selama 8 jam tidak melebihi volume tikus yang diberi akuades. Ternyata infus daun sambaug getih tidak menunjukkan efek diuretik.

(No.163) HIBISCUS ROSA­SINENSIS L. Pengaruh sari alkohol daun Hibiscus rosa­sinensis L. terhadap

pertumbuhan rambut kelinci jantan dan penapisan fitokimianya WIRASTI;1994, FF UGM Pembimbing : Drs. Didik Gunawan, SU. Apt.

Rambut sangat berperan dalam kehidupan manusia antara lain untuk melindungi kulit kepala dari panas, dingin, sebab­sebab yang melukai kulit dan tidak ketinggalan untuk keindahan. Di Indonesia banyak tumbuhan yaug berkhasiat mempercepat pertumbuhan rambut, oleh sebab itu perlu langkah yang tepat untuk memanfaatkannya. Karena hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh daun Hibiscus rosa­sinensis L. terhadap pertumbuhan rambut

dan mengidentifikasi kandungan zat kimia yang terdapat didalam daun tersebut. Penelitian pertumbuhan rambut digunakan 6 ekor kelinci jantan dilakukan dengan

berpedoman kepada metode yang dilakukan oleh Tanaka et. al. (1980) mengikuti rancangan acak lengkap pola searah, yaitu sebagai berikut : bag i an punggung kelinci dibersihkan dari rambut

sainpai benar­benar licin, bagiaii kiri punggung dengan metode pelunakan dan bagian kanan punggung dengan metode pencukuran. Masing­masing bagian dibagi nienjadi tiga daerah.

Ill Ill

Dosis setiap pengolesan 1 ml dengan konsentrasi 50%. Pertumbuhan rambut diamatai, kemudian setelah tumbuh diukur pertumbuhan rambutnya tiga hari sekali sebanyak enam kali pengukuran.

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi satu jalan dan kemudian dibuat grafik panjang rambut terhadap waktu. Penapisan fltokimia dilakukan dengan uji tabling dan pemeriksaan

KLT. Dan hasil yang didapat daun H. rosa­sinensis L. dapat mempercepat pertunibuhan rambut, dilihat secara grafik dan analisis statistik variansi satu jalan memberikan perbedaan bermakna untuk taraf kepercayaan 95%. Dan hasil penapisan fltokimia, didapatkan hasil bahwa daun H. rosa­­ sinensis L. mengandung fenol, flavonoid dan saponin. .

(No. 164) HIBISCUS TILIACEUS L. Pengaruh sari etanol tangkai dan tulang daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan dan skrining fitokimianya. NOR AISHAH BINTI WAN MAT DAUD;1994, FF UGM. Pembimbing : Drs. Didik Gunawan, SU., Apt.

Rambut memainkan peranan penting dalam aspek penampilan seseorang, tetapi masalah kerontokan rambut sering dihadapi baik oleh kaum wanita maupun pria. Mengingat kenyataan besarnya flora Indonesia, berakarnya pemakaian obat tradisionaf termasuk penggunaan beberapa

jenis tumbuhan yang dapat membantu pertumbuhan rambut dalam masyarakat Indonesia, maka dilakukan penelitian ini dan hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan formulasi sediaan kosmetika untuk rambut.

Dalam penelitian ini dibuat sari etanol tangkai dan tulang daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) yang kemudian dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan. Penentuan efek terhadap pertumbuhan rambut dilakukan dengan menggunakan kelinci jantan, berumur 4­5 bulan, berat badan 2,5 ­ 3 kg. Mengikuti rancangan acak pola lengkap dua arah dengan metode seperti yang pernah dilakukan oleh Tanaka (1980). Punggung kelinci dibagi dua, sebelah kanan diperlakukan dengan metode pencukuran, sebelah kiri dilakukan dengan metode perontokan.

Pengolesan sari etanol tangkaidan tulang daun waru sebagai bahan yang diuji, sari etanol kulit kina sebagai pembanding dan etanol 80% sebagai kontrol dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore. Pengukuran panjang rambut dilakukan dengan menggunakan mikrometer setiap 3 hari sebanyak 6 kali. Data yang didapatkan dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dan dilanjutkan dengan uji tabung (Bettolo, 1981) dan KLT.

Hasil penelitian menunjukkan sari etanol tangkai dan tulang daun waru dapat mempercepat pertunibuhan rambut kelinci jantan. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara metode pencukuran dan metode perontokan. Berdasarkan skrining fltokimia tangkai dan tulang daun waru mengandung senyawa fenol, flavonoid, dan saponin.

(No.165) HYPTIS SUAVEOLENS (L.) POIT. Daya antibakteri sari petroleum eter dan sari etanol hasil soksletasi bertingkat daun Hyptis suaveolens (L.) Poit. SRI MULYANI,1991; FF UGM

.Salah satu tumbuhan dari familia Labiatae yang belum banyak mendapat perhatian dari peneliti adalah tumbuhan Hyptis suaveolens (L.) Poit. (jukut). Di Indonesia tumbuhan .ini secara tradisional digunakan untuk pencuci luka dan emenagoga. Tumbuhan ini diketahui mengandung flavonoid dan minyak atsiri, yang umumnya kedua senyawa ini mempunyai aktivitas antibakteri. Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri dari sari petroleum eter dan etanol daun

jukut yang diperoleh dari daerah Imogiri Yogyakarta. Juga dilakukan pemeriksaan adanya kandungan flavonoid dan minyak atsiri dari masing­masing sari yang diperoleh. Sari petroleum eter dan etanol diperoleh dengan cara sokhletasi bertingkat serbuk daun jukut, mula­mula dengan penyari petroleum eter sampai penyari tidak berwarna hijau lagi, kemudian penyarian dilanjutkan dengan menggunakan etanol. Penyarian dengan etanol dilakukan sampai

penyari tidak berwarna hijau lagi. Uji aktivitas antibakteri dari masing­masing sari yang telah diuapkan dilakukan dengan mencampurkan sari ke dalam media pertumbuhan bakteri sampai dengan kadar yang setara dengan bobot serbuk daun sebesar 1 ; 1,5 dan 0,25 g. Sebagai bakteri uji digunakan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pemeriksaan adanya flavonoid dan minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan metoda KLT dengan pereaksi identifikasi uap amonia, sitro

borat, anisaldehid asam sulfat dan sinar lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 366 nm dan 254 nm.

Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: dari hasil penyarian bertingkat dengan sokhletasi diperoleh sari petroleum eter dan sari etanol yang berwarna hijau tua. Sari petroleum eter dan etanol menunjukkan aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus sampai dengan kadar sari yang setara dengan 0,5 g serbuk daun kering. Aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan bakteri E. coli hanya ditunjukkan oleh sari petroleum eter sampai dengan kadar sari yang setara dengan Ig serbuk daun kering. Dari hasil KLT menunjukkan bahwa dalam sari

petroleum eter paling sedikit terdapat 10 senyawa terpenoid sebagai penyusun minyak atsiri dan dalam sari etanol paring sedikit terdapat 5 senyawa terpenoid dan 2 senyawa flavonoid.