(No.73) CARICA PAPAYA L.

(No.73) CARICA PAPAYA L.

Skrining fitokimia daun tanaman pepaya (Carica papaya L.) menggunakan metode kromatografi lapis tipis FEBRU HARTONO,1994; FF UGM

Tanaman Carica papaya L. dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama pepaya. Daun tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat sebagai penambah nafsu makan, obat disentri dan qbat malaria. Sepengetahuan peneliti sampai saat ini belum ada penelitian tentang skrining fitokimia

daun tanaman pepaya, sehubungan dengan hal tersebut telah dilakukan penelitian tentang skrining fitokimia terhadap daun tanaman pepaya (C. papaya L.),

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pemeriksaan kandungan kimia tanaman terhadap sepuluh golongan senyawa, menggunakan metode KLT, Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF­ 254 dan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat­metanol­air (100:13,5:10) v/v untuk pemeriksaan : glikosida antrakinon, arbutin, zat pahit, flavonoid, saponin, glikosida jantung dan alkaloid. Pada pemeriksaan minyak atsiri, kumarin dan valepotriat digunakan fase gerak kloroform­metanol (70:30) v/v. Untuk kromatografi bidimensional digunakan fase diam silika gel G dan fase gerak I: metanol dan fase gerak II: klorofor­metanol (70:30) v/v, Dilakukan fraksi warna selanjutnya dilakukan uji spektroskopi ultraviolet.

Hasil pemeriksaan terhadap kandungan kimia daun lanaman C papaya L. menunjukkan bahwa daun tanaman tersebut mengandung glikosida antrakinon dan senyawa­senyawa yang

mengarah pada zat pahit saponin, minyak atsiri dan alkaloid. Uji spektroskopi terhadap senyawa golongan alkaloid. Uji spektroskopi terhadap senyawa golongan alkaloid didapatkan hasil adanya 4

puncak serapan yaitu pada panjang gelombang 273; 395; 419 dan 446 nm dengan masing­masing absorbans 1,296; 0,146; 0,128; 0,121, didukung uji warna data tersebut menunjukkan senyawa tersebut mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi dan atau gugus fungsi tertentu.

(No.74) CARICA PAPAYA L. Pemanfaatan daun pepaya muda dalam proses pembuatan minyak kelapa CHRISTIAN ZAI,1994; FF UGM Pembimbing: Dr. Ediati S.,Apt.

Pada umumnya dikenal dua macam cara pembuatan minyak kelapa yaitu proses kering dan proses basali. Proses kering dengan memeras kopra, sedangkan proses basah dengan mengolah

daging kelapa segar secara basah, seperti cara industri rumah tangga yang membutuhkan waktu pemanasan berjam­jam. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan minyak kelapa proses basah secara industri rumah tangga dengan memanfaatkan daun pepaya muda segar (irisan) dan kering (serbuk), yang diketahui mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik akan mencegah protein sebagai emulcifying agent dalam santan, sehingga didapatkan minyak kelapa. Minyak kelapa dipisahkan dari protein terhidrolisis melalui pemanasan yang relatif singkat.

Irisan daun pepaya muda segar 0 g (blangko), 1; 2 ; 4; 6 dan 8 g dicampur masing­masing dengan 300 cc krim, didiamkan selama 4 jam. Bagian protein dipisahkan dengan dari minyak dengan pemanasan, disaring dan minyak ditampung. cara yang sama dilakukan terhadap serbuk

daun muda pepaya kering 0 g (blangko), 0,25; 0,5; 1; 2 dan 4 g. Diperoleh jumlah optimum penambahan irisan daun pepaya muda segar 4 g dan 2 g serbuk daun pepaya muda kering. Irisan

daun pepaya muda segar 4 g dicampur dengan 300 cc krim dalam enam kelompok uji, didiamkan selama 0 jam (blangko), 1;2;3;4 dan 5 jam. Masing­masing kelompok dididihkan, disaring dan

minyak ditampung. .Cara yang sama dilakukan terhadap serbuk daun pepaya muda kering 2 garam. Kedua perlakuan diperoleh waktu pendiaman optimum 4 jam.

Minyak kelapa yang diperoleh dengan pemanfaatan irisan daun pepaya muda segar berwarna kuning muda, jernih, bau khas, tidak tengik, bobot jenis 0,9194 ± 0,0009; indeks bias (40° C) 1,4492+ 0,0001; bilangan peroksida 0,412 ±0,089; bilangan penyabunan 260,18 ±16,63; bilangan asam 0,320 ± 0,016 dan rendemen 78,43%. Minyak yang diperoleh dengan penamabahan serbuk daun pepaya muda kering berwarna kuning muda, jernih, bau khas, tidak tengik, bobot

jenis 0,9181 ± 0,0005; indeks bias (40° C) 1,4491 ± 0,0001; bilangan peroksida 0,407 ± 0,063; bilangan penyabunan 254,62 ± 15,57; bilangan asam 0,407 + 0,027 dan rendemen 77,45%. Jadi minyak kelapa yang diperoleh memenuhi persyaratan yang berlaku (Fj), kecuali bilangan asam. Pemanfaatan daun pepaya muda segar dalam pembuatan minyak kelapa proses basah (cara industri rumah tangga) lebih praktis dibandingkan daun pepaya muda kering. Daun pepaya muda yang mengandung enzim proteolitik, dapat digunakan untuk mencegah protein emulsifying agents dalan santan, sehingga proses pembuatan minyak kelapa lebih efisien dan minyak kelapa yang diperoleh

berkualitas cukup baik.

(No.75) CARICA PAPAYA L. Uji antehninthik infus dan perasan biji pepaya terhadap Ascaris suum dibandingkan dengan piperazin sitrat secara in vitro RISMA NURULITA S.,1995; JF FMIPA USD Pembimbing; Drs. Awaluddin Saragih,Apt.

Telah dilakukan satu uji antelmintik secara in vitro dari infus dan perasan biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap cacing perut babi (Ascaris suum) sebagai binatang percobaan. Ternyata, biji pepaya inemiliki efek antelmintik. Secara statistik, infus dan perasan biji pepaya dengan kadar

10% b/v memiliki efek antelmintik sebanding dengan larutan piperazin sitrat 0,2% b/v. Infos dan perasan biji pepaya dengan kadar 20% b/v efeknya lebih kuat dari larutan piperazin sitrat 0,2% b/v.

(No.76) CASSIA ALATA L. Efek ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap skabies pada marmut yang disebabkan Sarcoptes scabiei