VONNY RAHARJA,1994; FF UGM

VONNY RAHARJA,1994; FF UGM

Pembimbing: Drs. Wahyono, SU.,Apr.; Dr. Sugiyanto, SU.,Apt.

Telah dilakukan penelitian KLT dan uji daya anti inflamasi dari sediaan ekstrak etanol umbi rumput teki (Cypenis rotundas, L.). Kromatografi dengan fase diam silika gel GF 2 54, menggunakan fase gerak metanol : NRtOH (200:3) dan senyawa pendeteksi Dragendorf, iodoplatinat dan pereaksi Marquis dimaksudkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya senyawa

alkaloid. Sedangkan fase diam silika gel GF 25 4 yang dipadukan dengan fase gerak heksan­etil asetat (8:2), kemudian etil asetat­asam formiat­asam asetat glasial ­metanol (100:11:11:27), dengan senyawa pendeteksi anisaldehid asam sulfat dan vanilin asam sulfat untuk mengetahui kemungkinan adanya senyawa­senyawa terpen dan minyak atsiri. Fase diam selulosa KLT satu dimensi dengan fase gerak n­butaiiol­asam asetat­air (4:1:5), sedang untuk KLT dua dimensi dengan fase gerak

yang sama dan atau asam asetat 15% dalam air suling dan senyawa pendeteksi sitroborat, A1C1 3 dan uap amonia serta dilihat di bawah lampu UV dimaksudkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya senyawa flavonoid.

Pengujian daya anti inflamasi ekstrak etanol umbi rumput teki menggunakan alat pletismograf untuk mengukur volume udema kaki tikus, dilakukan secara oral dan golongan yang bcrbeda mekanisme kerjanya, indometasin sebagai obat anti inflamasi non steroid dan prednison

dari golongan steroid. Ekstrak etanol teki pada pemberian oral dosis 750 mg/kg bb. mampu menghasilkan daya anti inflamasi 7 yang lebih kurang sama dengan pada pemberian secara

intraperitoneal dengan dosis 375 mg/kg bb. Sedang dibandingkan dengan ke­2 sediaan obat pembandingnya, yakni indometasin dosis­ 18 mg/kg bb. dan prednison dosis 9 mg/kg bb., ekstrak etanol teki pada pemberian secara intra peritoneal memberikan daya anti inflamasi yang lebih kecil, sedangkan pada pemberian secara oral ekstrak etanol teki justru menunjukkan khasiat anti radang yang lebih besar daripada ke­2 pembanding tersebut.

(No.110) DATURA METEL L. Isolasi dan identifikasi flavonoid daun Datura metel L. ERNA RAHAYUNINGSIH,1994; FF UGM Pembimbing: Drs. B. Sudarto,SU, Apt.

Pada umumuya tanaman Datura metel L. dengan nama daerah kecubung (famili Solanaceae) mengandung alkaloid tropana. Menurut Markham bahwa senyawa flavonoid tersebar dalam sctiap tanaman hijau. Sepengetahuan peneliti belum ada pustaka yang menyebutkan daun

kecubung mengandung flavonoid. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya kandungan flavonoid dalam daun kecubung, kemudian diisolasi, dilakukan penentuan struktur flavonoid.

Penelitian diawali dengan pemeriksaan pendahuluan adanya kandungan flavonoid dalam serbuk daun menggunakan uap amoniak, pereaksi sianidin dan aluminium klorida 5%. Hasil pemeriksaan ternyata menunjukkan reaksi positif adanya senyawa flavonoid dalam serbuk daun,

dengan uap amoniak berwarna kuning, pereaksi sianidin berwarna oranye kemerahan dan dengan pereaksi aluminium klorida 5% berwarna kuning.

Dilakukan isolasi senyawa flavonoid dalam serbuk daun dengan membuat infus. Fraksi air yang diperoleh diekstraksi dengan etil asetat. Kandungan flavonoid tiap fraksi diperiksaa secara

KLT dengan berbagai fase diam dan fase gerak. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan flavonoid fraksi air memberikan hasil lebih baik berdasarkan banyaknya bercak dan intensitas warna bercak dibandingkan fraksi etil asetat. Pemisahan terbaik diperoleh menggunakan fase diam selulosa

dan fase gerak BAW (n­butanol ­ asam asetat ­ air, 4:1:5 v/v lapisan atas). Oleh karena itu fraksi air dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Flavonoid dalam fraksi air diisolasi dengan KLT perparatif fase diam selulosa dan fase gerak BAW, dihasilkan 5 pita dengan Rf bercak masing­masing 0,31;

0,46; 057; 0,64 dan 0,70. Masing­masing pita dikerok kemudian diekstraksi dengan metaanol sehingga diperoieh isolat flavonoid A ($f 0,31); B (Rf 0,46), C (Rf 0,57), D (Rf 0,64) dan E (Rf 0,70). Pemurnian dilakukan terhadap kelima isolat secara KLT preparatif ulang menggunakan fose diam selulosa dan fase gerak asam asetat 15%.

Kemurnian tiap­tiap isolat diperiksa secara KLT dua dimensi, menggunakan fase diam selulosa dan fase gerak pertama BAW, fase gerak kedua asam asetat 15%. Ternyata masing­masing

isolat menunjukkan hanya satu bercak. Dengan demikian kelima isolat telah murni secara kromatografi. Penentuan struktur parsial kelima isolat flavonoid dilakukan dengan spektroskopi ultra violet menggunakan pereaksi diagnostik khusus untuk senyawa flavonoid. Dari lima isolat flavonoid yang telah diisolasi yang dapat ditentukan struktur parsialnya hanya 3 isolat, yaitu isolat A mengarah pada turunan 7­hidroksi isoflavon, isolat B mengarah pada turunan 4'­hidroksi flavon dan isolat D mengarah pada turunan 4'­hidroksi isoflavon yang teroksigenasi pada C­6 atau C­8. Sedangkan isolat C dan E belum dapat ditentukan struktur parsialnya.