SITI HAFIDA NUR HIDAYATI,1992; FK UGM
SITI HAFIDA NUR HIDAYATI,1992; FK UGM
Pembimbing: dr. Budhiarto; Dra. Yuliastuti,Apt
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peugaruh rebusan daun bayam duri terhadap peningkatan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. .Hasil penelitian menunjukkan bahwa rebusan daun bayam duri dapat meningkatkan jumlali eritrosit dan kadar hemoglobin.
Penelitian ini menggunakan kelinci jantan dengan umur dan berat badan yang kurang lebih sama. Daun bayam duri yang dibuat rebusan merupakan campuran daun tua dan muda, diperoleh dari desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta. Pemberian dilakukan secara peroral pada kelinci yang sebelumnya telah dibuat anemia dengan mengambil darahnya sebanyak kurang lebih 20% dari volume darah total. Sebagai kontrol digunakan akuades.
Pengukuran hasil penelitian menggunakan hemasitometer tipe improved Neubauer untuk menghitung jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin diukur dengan metode Sahli. Sampel darah diambil dari vena marginalis yang terletak di telinga kelinci. Analisis hasil penelitian dilakukan
dengan student t test, yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran kelompok yang diteliti terhadap kontrolnya dengan nilai p sama dengan 0,05.
(No.31) AMARANTHUS SPINOSUS L. Efek diuretik infus akar Amaranthus spinosus Linn, pada tikus putih dibanding hidroklorotiazida ISKANDAR MUDA,199S; JF FMIPA USU Pembimbing: Dr. Urip Harahap,Apt.
Penelitian efek diuretik akar Amaranthus spinosus Linn. 15% dan 20% telah diuji pada tikus betina. Sebagai pembanding digunakan hidroklorotiazida 1,6 mg/kg bb. yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal. Pertambahan volume urine (ratarata) secara berturutturut 0,65; 1,50 dan 2,54 ml setelah pemberian infus akar A. spinosus L. 15% dan 20% dengan dosis 2 ml/100 g bb. dan hidrokllorotiazida dengan dosis 1,6 mg/kg bb. Infus akar A. spinosus L. 15% dan 20% juga
menyebabkan pertambahan jumlah ekskresi elektrolit (Na + ,K + , Cl").
(No.32) AMARANTHUS TRICOLOR L. Pengaruh limbah pabrik tahu terhadap pertumbuhan dan kandungan klorofil tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor, L.) SUHEIR UMAR,1994; FB UGM
Pembimbing: Dr. ShalihuddinD.T.,M.Sc.;Dra. Harminani S.D.T;Ir.H.Margono Partodidjqjo Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh limbah Pabrik tahu terhadap pertumbuhan
dan kandungan klorofil tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor, L.). Penelitian dilakukan dengan cara analisis kualitas air limbah meliputi temperatur, pH, oksigen teriarut, CO 2 bebas, kebutuhan biologis akan oksigen serta kandungan N, P, K, Ca, Mq, S. Kualitas air limbah tersebut ternyata tidak memenuhi batas syarat air buangan yang diperbolehkan. Adanya unsur N, P, K, S, Ca, Mg yang terkandung dalam limbah cair pabrik tahu, diduga mempuyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan klorofil tanaman bayam cabut.
Penanaman bayam cabut dilakukan di dalam polybag kemudian disiram dengan air limbah pabrik tahu dengan konsentrasi 0; 25; 50; 75 dan 100% sebanyak 200 ml tiap polybag dan masingmasing perlakuan dengan 4 kali ulangan. Penyiraman dengan air limbah tersebut dilakukan
2 minggu sekali sampai tanaman dewasa/berbunga (berumur 60 hari). Pertumbuhan tanaman bayam
Hasil penelitian memmjukkan bahwa. pemberian limbah cair pabrik tahu ternyata mempercepat pertumbuhan terlihat pada tolok ukur tinggi tanaman, berat basah total tanaman maupun berat kering total tanaman. Selain itu terjadi pada peningkatan kandungan klorofil tanaman bayam cabut tersebut. makin tinggi kadar limbah yang disiramkan, pertumbuhan semakin cepat; dan yang paling cepat terlihat pada konsentrasi 100%.
(No.33) AMOMUM ACRE VAL. Uji toksisitas akut ekstrak metanol kulit buah panasa (Amomum acre Val.) pada hewan percobaan mencit JULIANA SERAFINA,1992; JF FMIPA UNHAS
Telah dilakukan penelitian toksisitas akut ekstrak metanol kulit buah panasa (Amomum acre Vat.) pada hewan percobaan mencit. Penelitian ini meliputi pengamatan efek toksik yang
timbul pada mencit setelah pemberian sediaan dan penentuan LD 50 ekslrak metanol kulit buah panasa. Ekstrak metnol kulit buah panasa yang telah dipekatkan, selanjutnya dibuat suspensi menggunakan pensuspensi natrium karboksimetilselulosa atau CMC 1% b/v. Suspensi ekstrak metanol kulit buah panasa dibuat dengan konsentrasi 5; 10; 15; 20; 25 dan 30% b/v. Hewan percobaan sebanyak 70 ekor dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak metanol kulit buah panasa dan 1 kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 1% b/v, dengan volume pemberian 1 ml/30 g bb. Efek toksik yang diamati adalah pengeluaran urine dan air liur yang berlebihan, peningkatan laju pernafasan, penurunan aktifltas gerak, penurunan tekanan badan, kejang dan gerakan melompat dengan waktu pengamatan 5; 10; 15; 30 menit serta
1; 2; 3 dan 4 jam. Sedangkan untuk penentuan LD 50 , data diambil berdasarkan jumlah kematian mencit setiap kelompok selama 7 hari. Hasil analisis data pengamatan efek yang dihubungkan dengan kategori masingmasing efek menunjukkan bahwa efek dengan kategori yang paling dominan adalah depresi sistim saraf pusat dan relaksasi otot. Kategori lainnya adalah simpatolitik, stimulasi sistim saraf pusat, parasimpatomimetik dan simpatomimetik. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Reed dan
Muench, diperoleh LD 50 ekstrak metanol kulit buah panasa sebesar 4,6806 g/kg bb. mencit.