JERRY TURANGAN,1991; FP UNSRAT

JERRY TURANGAN,1991; FP UNSRAT

Pembimbing: B.N Polii; H.H. Sompie

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan pektin yang tepat dan untuk mengetahui rendemen pektin dengan cara ekstraksi dan mempelajari sifat­sifat pektin tersebut Penelitian ini menggunakan 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan dilaksanakan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor. Kedua faktor tersebut adalah faktor pH medium (A) dengan 3 taraf yaitu pH 1; pH 2 dan pH 3 serta faktor lama ekstraksi (B) dengan 2 taraf yaitu lama ekstraksi 50 dan 60 menit.

Dari hasil penelitian pendahuluan diketahui bahwa perlakuan lama ekstraksi 60 menit dan medium dengan pH 2 menghasilkan pektin yang paling banyak yaitu sebesar 1,82%.

Pada penelitian lanjutan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pH medium sebesar 2 dan lama ekstraksi 60 menit Hasil pektin yang diperoleh mempunyai sifat­sifat sebagai berikut: kadar air 9,96%, kadar abu 2,84%, berat ekuivalen 1785,71, kandungan metoksil 13,45% (metoksil tinggi). kandungan asam anhidrogalakturonat 86,24%, dcrajat cstcrifikasi 88,545% (ester linggi). Pektin ini tergolong pada "rapid set pectin". Hasil ini menunjukkan bahwa daging buah pala yang sudah masak/tua mempunyai kemungkinan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan pektin kering dan pektin yang dihasilkan ternyata memenuhi persyaratan untuk pembuatan jeli.

(No.206) MYRISTICA FRAGRANS HOUTT. Pengaruh letak benih dan perlakuan mekanis tcrhadap perkecambahan benih pala (Myristica fragrans Houtt.) HASAN MOHAMAD,1989; FP UNSRAT Pembimbing: Prof. IT. F.H.M. Wokas; Ir. D. Memah Kojoh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengamh letak benih dan perlakuan mekanis terhadap perkecambahan benih pala. Penelitian ini dilaksanakan di green house FP Unstrat Manado.

Metode penelitian menggunakan percobaan faktorial dalam blok yang terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor A = letak benih, dengan perlakuan Ai = jalur putihnya (celah) pada kulit biji diletakkan pada bagian bawah, A 2 = jalur putihnya (celah) pada kulit biji diletakkan pada bagian atas, A 3 ­ posisi tegak (berdiri) dan faktor B = perlakuan mekanis terhadap benih, B t = pemecahan benih, B 2 = pengikisan kulit benih, B 3 = tanpa perlakuan. Bahan tanaman yang digunakan adalah benih pala (Myristica fragrans Houtt.). Media perkecambahan menggunakan subtratum pasir. Variabel yang diamati adalah koefisien perkecambahan dan daya kecambah benih. Koefisien perkecambahan menggunakan ekspresi matematis koefisien perkecambahn, daya kecambah dihitung

sampai minggu kedelapan dengan persen daya kecambah. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

Hasil penelitian menunjukkan letak benih tidak berpengaruh terhadap variabel yang diamati, sedangkan perlakuan mekanis berpengaruh sangat nyata terhadap koefisien perkecambahan dan daya kecambah benih.

(No.208) NICOLAIA SPECIOSA HORAN Skrining fitokimia rimpang Nicolaia speciosa Horan. secara mikrokimiawi kromatografi lapis tipis,dan spektrofotmetri UV

SUTOPO EDY ANTORO,1995; FF UGM Pembimbing: Dra. Wahyuningsih, Apt.

Tumbuhan kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) merupakan tumbuhan yang tersebar cukup luas di Indonesia. Penggunaan N. speciosa Horan sebagai bahan obat sangan banyak

ragamnya. Tumbuhan ini digunakan sebagai bahan pangan dan juga dipakai untuk pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi data dengan melakukan skrining fitokimia terhadap kandungan kimia yang terdapat pada rimpang N. speciosa Horan dengan metode mikrokimiawi dan metode KLT serta spektrofotometri ultra violet sebagai metode penegasan.

Terlebih dahulu rimpang kecombrang dikeringkan. Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam, kemudian dibuat serbuk. Setelah itu dilakukan skrining fitokimia terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin dan minyak atsiri. Percobaan dilakukan secara mikrokimiawi, KLT, KLT preparatif dan KLT dua dimensi. Untuk alkaloid dengan

menggunakan fase diam silika gel GF 2 54 dan silika gel G, fase gerak etil asetat­metanol­air (100 : 13,5 : 10 v/v), fase gerak etanol dan fase gerak metanol. KLT untuk flavonoid menggunakan fase diam silifea gel GF 254 , silika gel G dan selulosa dengan fase gerak t­butanol­asam asetat ­ air (3:1:1 v/v) dan asam asetat 15%. Hasil KLT dua dimensi untuk alkaloid dari ekstrak alkohol 80%

dengan fase diam silika gel G, fase gerak I : etil asetat­metanol­air (100:135:10 v/v) dan fase gerak ft: metanol­air (13,5:10 v/v) mempunyai Rfl 0,14 danRfIIO,10. KLT untuk ekst; menurut Materia Medika dengan fase diam silika gel G, fase gerak I : etanol dan fase gerak II : metanol

toluena dengan fase diam silika gel GF 25 4 dan fase gerak : n­heksana ­ etil asetat (96:4 v/v) menghasilkan 1 bercak berwarna kuning dengan Rf 0,11 dan 2 bercak berwarna violet dengan Rf 0,19 dan 0,28. Demikian juga dengan metode Tanur­TAS setelah diuji dengan pereaksi anisaldehid ­ asam sulfat pekat menghasilkan 1 bercak berwarna kuning dengan Rf 0,11 dan 2 bercak berwarna

violet dengan Rf 0,19 dan 0,28. Uji spektrofotometri terhadap alkaloid menghasilkan spektra yang menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang antara 200­210 nm, yang menyatakan adanya ikatan rangkap pada struktur kimia senyawa tersebut. Untuk ilavonoid uji spektrofotometri dilakukan dengan

penambahan pereaksi diagnostik natrium hidroksida 2 M natrium asetat, asam borat, alumunium klorida dan asam klorida sehingga menghasilkan pergeseran panjang gelombang serapan

maksimumnya. Data spektra ultra violet senyawa flavonoid yang dianalisis mengarah pada struktur 5,7,3',4,­tetrahidroksi flavonol. Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.) terdapat senyawa alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri.

(No.209) NOTHOPANAX SCUTELLARIUM MERR. Skrining fitokimia daun mangkokkan (Nothopanax scutellarium Merr.)

serta isolasi dan karaktcrisasi alkaloidnya