IWANG SOEDIRO; KOSASIH PADMAWINATA; SOEDIRO SOETARNO; KOMAR RUSLAN; KATSUYA FUKUHARA,1992; JT FMIPAITB

IWANG SOEDIRO; KOSASIH PADMAWINATA; SOEDIRO SOETARNO; KOMAR RUSLAN; KATSUYA FUKUHARA,1992; JT FMIPAITB

Telah diisolasi senyawa turunan xanton dari ekstrak n­heksana kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Uji hayati terhadap larva Anemia salina Leach, menunjukkan LC 5 o 2,58 bpj. Kpmponen utamanya telah dipisahkan dan diidentifikasi sebagai a­mangostin.

(No.149) GLORIOSA SUPERBA L. Pengaruh infus rhizoma kembang sungsang (Gloriosa superba, L.)

terhadap spermatogenesis tikus putih SAIKHU AKHMAD HUSEN,1993; FMIPA UNAIR

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh infus rhizoma kembang sungsang (Gloriosa superba L.) terhadap spermatogenesis tikus putih. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Medis FMIPA UNAIR Surabaya, dengan menggunakan rancangan eksperimental. Digunakan 12 ekor tikus putih jantan Wistar. Sampel yang diamati adalah jaringan histologi testis.

Data merupakan hasil perhitungan dari jumlah sel spermatogonium, spermatocyt I dan spermatid yang terdapat dalam tubulus seminiferus perlapangan pandang sebanyak 5 kali. Untuk

mengetahui adanya perbedaan antara kelompok kontrol, PI dan P 2 dianalisis dengan menggunakan uji Anava. Dari hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa infus rhizoma kembang sungsang dapat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis tikus putih.

(No.150) GLYCINE MAX MERR. Pengaruh blotong terhadap aktivitas bakteri tartan, pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai (Glycine max (L.), Merril) YULIANA DEWI WARSITANINGRUM,1992; FB UGM

Pembimbing: Dra.Harminani S.D.T; Drs.I.G.P Badjra Sidemen; Dr.Shaiihuddin D.T, M.Sc. Blotong merupakan limbah pabrik gula yang masih mengandung bahan­bahan organik

yang akan mengalami dekomposis secara alami. tanpa adanya penanganan yang tepat, blotong dapat menimbulkan bahaya langsung karena mengandung bahan penceinar yang dapat menyebabkan gangguan baik terhadap tumbuhan, hewan maupun mikrobia.

Pada penelitian ini, blotong diperlakukan sebagai media tanam. dengan tanali regosol. Komposisi blotong : tanah regosol =1:3 sebagai perlakuan A, blotong : tanah regosol = 1:1 sebagai perlakuan B, blotong : tanah regosol = 3:1 sebagai perlakuan C. Sedangkan media tanam kontrol adalah tanah regosol tanpa dicampur blotong. Tujuan penelilian ini adalah untuk

mengetahui bagaimanakah pengaruh blotong terhadap aktivitas bakteri tanab, pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai (Glycine max (L.), Merril). Rancangan percobaan yang dipakai

adalah CRD (Completely Randomized Design), ada tidaknya beda nyata dianalisis dengan Anova diikuti DMRT (Duncan's new Multiple Range Test) dengan a ­ 5%.

Dalam penelitian ini, dicari komposisi pemanfaatan limbah blotong secara tepat sehingga dapat menyongkong kesuburan tanah tersebut. Komposisi blotong : tanah regosol =1:3 (perlakuan A) ternyata sangat mendukung berlangsungnya aktifitas bakteri tanah (Amonifikasi, Nitrifikasi), pertumbuhan tanaman (panjang­lebar, jumlah daun dan tinggi tanaman) dan peningkatan produktifjtas tanaman kedelai (berat/100 butir biji kedelai, jumlah polong/tanaman dan kadar protein). Pada kontrol, aktifitas bakteri tanah (Amonifikasi, Nitrifikasi), pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai adalah lebih kecil dibanding perlakuan A. Sedangkan untuk perlakuan B dan C, berlebihannya kandungan bahan organik dan aktivitas bakteri tanah (Amonifikasi, Nitrifikasi) mengakibatkan semakin menurunnya pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai.

(No.151) GNETUM GNEMON L. Toksisitas Gnetum gnemon pada tikus putih HARDJANTO,1993; FK UGM Pembimbing: dr. Sutrisno D; Dr. Haripurnomo,MPH.Dr.PH

Melinjo (Gnetum gnemon) mengandung asam sianida dan asam siklopropenoid yang beracun. Sejauh ini belum pernali dilaporkan tentang keracunan melinjo secara akut maupun kronis. Tetapi dengan makin digemarinya makanan yang berasal dari melinjo, maka kemungkinan terjadinya keracunan ataupun efek samping dari melinjo perlu diselidiki secara cermat.

Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksisitas melinjo terhadap nafsu makan, pertumbuhan badan, gejala klinis umum dan perubahan morfologis dari hati dan paru­paru tikus percobaan, dimana 32 ekor tikus putih dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri atas

8 ekor hewan. Kelompok 1 diberi makan makanan standar CP 521 dan dipergunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok II diberi makan makanan percobaan yang mengadung 15% tepung melinjo. Kelompok HI diberi makan makanan percobaan yang mengandung campuran 12,5%

melinjo dan 2,5% susu skim. Kelompok IV diberi makan makanan percobaan yang mengandung 12,5% melinjo dan 2,5% tepung beras. Makanan dan air minum diberikan secara ad. libitum selama masa observasi. Percobaan berlangsung selama 28 hah.

Semasa observasi gejala klinis umum yang tampak pada kelompok II, III dan IV adalah keluarnya cairan merah dari mata dan telinga, pembengkakkan mata, dan atrpfi pada otot gerak. Nafsu makan dan berat badan tikus turun secara bermakna secara statistik (P<0,05), pada otopsi didapatkan perdarahan pam, hati berwarna hitam, test is berwarna ungu, pembengkakakan usus dan menipisnya jaringan lemak subkutan. Pada tikus yang masih hidup pada akhir percobaan dilakukan pemeriksaan hati didapatkan perubahan bentuk dan sususnan sel­sel hati (inti sel binuklear, susunan sel tidak teratur, ukuran sel relatif fcecil). Sedang pada pemeriksaan paru­paru didapatkan perdarahan, penebalan pada septum interalveoler dan infiltrasi sel­sel limfosit.

(No.152) GYNOSTEMMA PEDATUM BL. Isolasi dan identifikasi komponen kimia ekstrak n­butanol

daun kara'sa (Gynostemma pedatum Bl.) asal Kabupaten Tana Toraja EMILIA HANDAYANA,1993; JF FMIPA UNHAS

Telah dilakukan penelitian terhadap komponen kimia ekstrak n­butanol daun kara'sa (Gynostemma pedatum Bl.) tumbuh di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Penelitian ini meliputi ekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol, ekstrak metanol dipekatkan, selanjutnya diekstraksi .dengan pelarut dietileter dan n­butanol jenuh air. Pemisahan komponen kimianya dilakukan secara KLT dan KK. Hasil pemisahan dengan KK dimurnikan secara

kristalisasi, kemudian diideutifikasi dan dikaraterisasi dengan analisis spektroskopi. Pemisahan komponen kimia ekstrak dietileter secara KLT menggunakan pengembang heksan ­ etilasetat (8:2) menunjukkan adanya 11 noda, sedangkan ekstrak n­butanol pengembang kloroform­metanol­air (20:6:1) menunjukkan adanya 5 noda dengan penampak noda asam sulfat

10%. Senyawa yang terdapat pada ekstrak n­butanol dipisahkan secara KK menggunakan adsorben silikagel G«) dengan cairan pengembang kloroform­metanol­air (20:6:1; 20:6:0,5; 15:6:1; 15:6:0,5) menghasilkan 1 senyawa murni (fraksi G).

Senyawa murni (fraksi G) yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi dengan spektroskopi 13 inframerah, C­NMR dan penentuan titik leleh. Senyawa murni (fraksi G) diidentifikasi secara

spektroskopi infra merah menunjukkan adanya gugus ­OH dan ­CH, sedangkan untuk spektroskopi 13

C­NMR menunjukkan adanya gugus ­CH, ­OH, ­CH 2 dan ­CH 3 .

(No.153) GYNOSTEMMA PEDATUM BL. Penelitian efek antifertilitas ekstrak metanol daun lagili {Gynostemmapedatum Bl.) pada mencit betina