(No.181) LANTANA GAMARA L. Daya antibakteri minyak atsiri daun Lantana camara L. (Hasil isolasi dari daun basah dan kering). DIDIK GUNAWAN,1991 ; FF UGM

(No.181) LANTANA GAMARA L. Daya antibakteri minyak atsiri daun Lantana camara L. (Hasil isolasi dari daun basah dan kering). DIDIK GUNAWAN,1991 ; FF UGM

Tumbuhan dari familia Verbenaceae kebanyakan mengandung minyak atsiri yang dapat berkhasiat sebagai obat. Salah satu tumbuhan liar dari familia ini yang belum banyak dipcrhastikan para peneliti adalah tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) yang secara tradisional sering digunakan untuk obat mulas, anti kejang, keputihan, obat batuk anak­anak, korigen odoris dan

sebagainya. Dalam kaitan untuk memanfaatkan tumbuhan liar tersebut, maka telah dilakukan penelilian yang meliputi isolasi minyak, profil kromatografi dan uji aktivitas hambatan terhadap

bakteri. Minyak atsiri diperoleh baik dari daun yang masih segar maupun yang telah dikeringkan,

sementara daun yang digunakan sebagai bahan penehtian dikumpulkan dari daerah Imogiri Yogyakarta. Isolasi minyak stsiri dilakukan dengan cara penyulingan uap dan air, lalu diidentifikasi

lewat KLT dan diuji aktivitas hambatannya terhadap pertumbuhan bakteri Escherechia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: Isolasi minyak atsiri dari daun yang masih basah diperoleh minyak dengan warna kuning muda, bau aromatis pedas segar, rendemen

scbcsar 0,35%, sementara minyak yang dihasilkan dari daun kering berwaraa kuning tua, bau aromatis tajam, rendemen 0,20%. Dari analisis KLT dari kedua isolat minyak terdapat 5 bercak dibawah UV 254 nm, 2 bercak di bawah UV 366 nm dan 10 bercak setelah disemprot dengan anisaldehid­asam sulfat pekat. Diperoleh kenyataan, bahwa dalam pengenceran dengan etil asetat 50% dan 25% justru memberikan bercak yang semakin kuat intensitasnya.

Uji hambatan terhapap pertumbuhan bakteri memberikan hasil positif pada S. aureus, namun sama sekali tidak memberikanaktivitas terhadap E. coli. Juga didapat kecenderungan, bahwa kadar yang paling encer justru memberikan aktivitas hambatan yang terbesar (pengencer yang digunakan adalah etil asetat = 100; 50; 25 dan 0%).

(No.182) LAWSONIAINERMIS L. Isolasi dan idcntifikasi komponen kimia daun pacar jawa (Lawsonia inermis Linn.) asal Kotarnadya Ujung Pandang ST. NURHAYATI,JF FMIPA UNHAS; 1993

Telah dilakukan penelitian kandungan kimia dari daun pacar jawa (Lawsonia inermis Linn) yang tumbuh di Kecamatan Ujung Tanah Kotamadya Ujung Pandang. Penelitian ini beitujuan memperoleh data kimia daun pacar jawa untuk mendukung penggunaannya sebagai obat tradisional, yang meliputi ekstraksi secara maserasi dengan pelarut metanol, ekstrak mctanol dipekatkan selanjutnya diekstraksi dengan pelarut eter dan n­butanol jenuh air.

Analisis komponen kimia dilakukan secara KLT dan KK. KLT ekstrak eter menggunakan cairan pengelusi heksan­etil asetat (7:3) menunjukkan 8 komponen, dengan menggunakan cairan pengelusi heksan ­ etil asetat (9:1 dan 8:2) masing­masing menunjukkan 9 komponen, sedang ekstrak n­butanol menggunakan cairan pengelusi klorofonn­metanol­air (15: 6: 1) dan etil asetat­ etanol­air (10: 2: 1) masing­masing menunjukkan 4 komponen dengan penampak noda asam sulfat

10%. Komponen kimia ekstrak eter dipisahkan secara KK menggunakan adsorben silika gel Geo dengan cairan pengelusi heksan ­ etil asetat (9:1) sampai (7:3) menghasilkan 1 komponen tunggal

(fraksi E). Komponen tunggal yang diperoleh selanjutnya diidcntifikasi dengan spektroskopi ultra violet, infra merah dan ^­NMR. Analisis komponen tunggal fraksi E dengan spektroskopi infra

merah dapat diidentifikasi adanya gugus ­OH, ­CH 3 , ­CH 2 , =C=O, =C=C= pada bilangan gelombang (8) 3250; 2925 ; 2800; 1700; 1600cm 4 . Analisis dengan spektroskopi ^­NMR, dari

fraksi E menunjukkan adanya gugus ­CH 3 pada 5 0,99 ppm dan gugus ­CH 2 pada delta 8 1,37 ppm. Sedangkan analisis dengan spektroskopi ultraviolet diperoleh spektrum serapan dengan panjang

gelombang 258 dan 286 nm.

(No.183) LEUCAENA GLAUCA BTH. Pengaruh ekastrak daun lamtoro (Leucaena glauca Bth.) terhadap fekunditas dan perkembangan embrio mencit {Mus musculus) CHRISNAWATI WIDORATIH,1994; FB UGM Pembimbing: Drs. Mammed Sagi, MS.; Drs. Suharno, S.U; Drs. Bambang Prayitno

Daun lamtoro (Leucaena glauca) sebagai pakan ternak menyebabkan kerontokan ranbut karena pengaruh mimosin. Permasalahan lain timbul apakah efek mimosin berpengaruh terhadap : reproduksi ternak yang diberi pakan daun lamtoro. Ekstrak diberikan secara oral pada mencit selaina empat minggu, kemudian induk dikawinkan dan setelah kawin induk mencit niasih diberi ekstrak lagi. Dosis ekslrak 1500; 3000 dan 5000 mg/kg bb. Kontrol dengan perlakuan akuades. Parameter dalam penelitian ini adalah: prosentase kehamilan induk mencit, panjang dan berat badan fetus, anatomi, sistem rangka dan histologi organ dalam. Metodc penelitian ini adalah metode parafm untuk pengamatan histologi uterus dan ovarium mencit, metode alizarin Red S untuk pengamatan sistem rangka dan metode

raser blade section. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembehan dosis ekstrak 1500 mg/kg bb. tak menunjukkan pengaruh sedangkan dosis 3000 mg/kg bb. dan 5000 mg/kg bb. terlihat ada pengaruhnya. Dari hasil analisa statistik didapatkan perbedaan yang bermakna pada berat, panjang

fekunditas dan implahtasi embrio mencit. Pada pengamatan dengan menggunakan metode rasor blade section diperoleh hasil terjadi pendarahan pada bagian lateral nasale, ventral centrum, bulbus

olfactorius, ventral vissura dan atropi pada timus. Pada pengamatan sistem rangka tidak diperoleh kelainan­kelainan. Pada pengamatan hitologi ovarium didapatkan pendarahan pada ovarium, perkembangan folikel terhambat dan kerusakan pada corona radiata. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa daun lamtoro pada dosis 3000 mg/kg bb dan 5000 mg/kg bb. yang diberikan pada induk mencit mempengaruhi fekunditas, pada awal kehamilan menyebabkan tidak terjadinya iinplantasi dan pada periode organogenesis menimbulkan anomali organ.