RUTH DIANA LAISKODAT,1994; JF FMIPA UNHAS
RUTH DIANA LAISKODAT,1994; JF FMIPA UNHAS
Telah dilakukan penelitian efek infus daun sembung (Blumea balsamifera DC.) terhadap fertilitas mencit betina. Hewan uji yang digunakan sebanyak 60 ekor mencit betina dan 24 ekor mencit jantan, dibagi dalam 2 metode perlakuan. Masingmasing perlakuan terdiri atas 6 kelompok (5 kelompok diberi iniiis daun sembung dan 1 kelompok diberi air suling sebagai kontrol). Tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit betina dan 2 ekor mencit jantan.
Metode perlakuan pertama: infiis diberikan pada lima kelompok mencit dengan konsentrasi masingmasing 15; 25; 35; 45 dan 55% b/v.secara oral dengan dosis 1 ml/30 gbb. selama 7 hari dan
digabung dengan mencit jantan mulai hari pertama sampai hari kelima. Untuk kelompok kontrol diberi air suling dengan dosis dan perlakuan yang sama. Metode perlakuan kedua: infiis diberikan dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan metode perlakuan pertama selama 7 hari berturut turut kemudian digabungkan dengan jantan selama 5 hari. Untuk kelompok kontrol diberi air suling
dengan dosis dan perlakuan yang sama. Basil penelitian menunjukkah bahwa ada pengaruh infus daun sembung pada fertilitas mencit betina. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada korelasi antara dosis dan efek baik pada metode perlakuan pertama maupun pada metode perlakuan kedua.
(No.60) BRASSICA JUNCEA CZERN. Pengaruh penyemprotan pupuk shell foliar melalui daun terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czem.) LILIS AMBAR WIRATMI,1991; FB UGM Pembimbing: Ir. Margona Partodidjojo
Percobaan ini dilakukan di kebun Fakultas Biologi UGM untuk mengetahui pengaruh pupuk Shell foliar yang diberikan melalui daun terhadap pertumbuhan tanaman sawi nijau (Brassica juncea (L.) Czern.). Biji sawi diperoleh dari toko pertanian, untuk disemaikan teriebih dahulu. Setelah bibit tanaman berumur 20 hari, kemudian dipindahkan ke dalam pot untuk selanjutnya diperlakukan dengan menyemprotkan pupuk Shell foliar pada daun.
Percobaan disusun dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (CRD) yang meliputi enam perlakuan yaitu 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 g/1 dengan lima kali ulangan untuk setiap perlakuan. Untuk mengetahui pengaruh pupuk Shell foliar yang disemprotkan melalui daun, dipilih beberapa parameter pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
berat basah tanaman, berat kering tanaman dan panjang, lebar serta jumlali stoma per satuan luas daun. Pengukuran parameter tersebut dilakukan tiga kali yaitu setelah tanaman berumur 42, 56 dan
70 hari, sedangkan pengukuran panjang, lebar dan perhitungan jumlah stoma per satuan luas daun hanya dilakukan pada akhir pengamatan, setelah tanaman berumur 70 hari. Data yang diperoleh diolah dengan Analisis Variance dengan perbedaan antar ratarata perlakuan diuji dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata (level of significance) 5%.
Analisis statistik menunjukkan bahwa dengan meningkatnya umur tanaman dan dosis pupuk yang diberikan akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan panjang, lebar stoma, sedangkan jumlah stoma per satuan luas daun menurun. Dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%, konsentrasi pupuk 2,5 g/1 mempunyai hasil tertinggi dan menunjukkan peningkatan secara nyata
terhadap luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan lebar stoma, sedangkan jumlah stoma per satuan luas daun menurun.
(No.61) BRASSICA PEKINENSIS RUPR. Pengaruh penyemprotan pupuk hyponex merah (25520) dan hyponex hijau (202020) terhadap pertumbuhan tanaman petsai (Brassica pekinensis Rupr.) ESTI SARWO ENDAH,1993; FB UGM Pembimbing: Ir.H. Margono Partodidjojo; Drs. Bambang Prayitno; Dra. Th.MA.Sri Woelaningsu\MS
Penelitian dilakukan dikebun Fisiologi Tumbuhan FB UGM, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan pupuk hyponex hijau dan pupuk. hyponex merah terhadap pertumbuhan tanaman petsai (Brassica pekinensis Rupr.) serta untuk mengetahui pupuk yang tepat untuk tanaman petsai, dari kedua pupuk tersebut, yang komposisinya berbeda yang dapat meningkatkan hasil tanaman yang maksimal.
Percobaan dilakukan dengan cara menyemaikan biji tanaman petsai yang diperoleh dari toko pertanian, pada campuran tanah sawah dengan pupuk kandang (2:1) dalam polybag. Pada umur
20 hari dipilih tanaman yang morfbloginya hampir sama, dipindah kedalam pot tanah berdiameter
30 cm, untuk selanjutnya pada umur 30 hari (10 hari setelah tanam) diberi perlakuan dengan pupuk hyponex hijau dan hyponex merah dengan dosis masingmasing pupuk adalah: 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0 g/1 dan kontrol (0,0 g/1), dengan menyemprotkannya pada daun setiap satu minggu sckali (selang 7 hari) sampai 6 kali penyemprotan. Untuk mengamati pengaruh penyemprotan pupuk hyponex hijau dan pupuk hyponex merah yang disemprotkan melalui daun, digunakan parameter pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering 2 tanaman serta jumlah stomata per 0,01 mm epidermis daun. Pengukuran parameter tersebut dilakukan tiga kali yaitu setelah tanaman berumur 42, 56 dan 70 hari. Data yang diperoleh diolah dengan Analisa variance dan perbedaan antara ratarata perlakuan diuji dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT), pada taraf nyata (level of significance) 5%. Analisis statistik menunjukkan bahwa dengan meningkatnya umur tanaman dan dosis pupuk yang diberikan, pupuk hyponex hijau memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat 2 kering serta jumlah stomata per 0,01 mm epidermis daun, untuk luas daun tidak memberikan pengaruh yang nyata. Sedang pupuk hyponex merah memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter pertumbuhan.
Konsentrasi pupuk hyponex hijau yang memberikan hasil yang optimum untuk pertumbuhan teaman petsai adalah 1,0 g/1 sedangkan pupuk hyponex merah adalah 2,0 g/1. jumlah stomata per 0,01mm 2 epidermis daun pada perlakuan hyponex merah, dengan semakin meningkatnya dosis pupuk jumlah stomata semakin turun sampai dosis 2,0 g/1. untuk perlakuan pupuk hyponex hijau, jumlah terendah dijumpai pada dosis 1,5 g/1. Perlakuan pupuk hyponex merah paoa tanaman petsai memberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian pupuk hyponex hijau
sampai pada umur 70 nan.
(No.62) BRASSICA RUVO BAILEY. Pengaruh makaii brokoli terhadap farmakokinetika kinidin pada kclinci IKA PUSPITA SARI, 1995; FF UGM Pembimbing: Dr. Lukman Hakim,MSc.,Apt; Dr. Sugiyanto,SU,Apt; Drs. Mulyono, Apt.
Penelitian tentang pengaruh pemberian brokoh" terhadap farmakokinetika kinidin telah dilakukan pada kelinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan antaraksi brokoli dengan kinidin sehingga dapat dilihat perubahanperubahan nilai parameter yang terjadi pada kinidin.
Penelitian dilakukan dengan rancangan sama subyek, menggunakan hewan uji kelinci jantan keturunan Australia (usia 23 bulan, berat 1,52 kg) dengan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberi kinidin dalam tween 80 1% dosis tunggal (10 mg/kg bb.) secara oral. Kelompok I diberi praperlakuan brokoli 25 g sekali sehari selama 4 hari kemudian diberi kinidin dalam tween
80 1% dosis tunggal (10 mg/kg bb.). Kelompok II dengan praperlakuan brokoli 25 g sekali sehari selama 7 hari kemudian diberi kinidin dalam tween 80 1% dosis tunggal (10 mg/kg bb.). Sampling darah dilakukan melalui vena marginalis telinga pada menit ke 2; 6; 10; 20; 30; 60; 90; 100; 120; 150; 180; 210; 240; 300 dan 360. Penetapan kadar kinidin utuh dalam darah
dilakukan secara fluorometri (X eksitasi 350 nm; X emisi 450 nm). Kurva kadar kinidin lawan waktu dianalisis dengan bantuan perangkat lunak STRIPE untuk memperoleh parameter farmakokinetika kinidin. Uji statistik analisis variasi satu jalan (sama subyek) dilakukan terhadap parameter farmakokinetika antar kelompok, dilanjutkan dengan uji Student t (95%).
Dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praperlakuan brokoli 25 g sekali sehari selama 4 dan 7 hari kepada kelinci, tidak mengubah harga Ka, tl/2 ab, tmaks, a, tl/2 a, k 2 i dan k i2 kinidin (dosis 10 mg/kg; p.o) jika dibandingkan dengan harga kontrol (p>0,05). Perbedaan nilai parameter kinidin terjadi antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan brokoli (p<0,05), namun tidak antara perlakuan brokoli 4 dan 7 hari (p>0,05). Jadi setelah perlakuan selama 4 dan 7 hari dengan brokoli, terjadi pengurangan harga Cl t berturutturut sebesar 38,19 dan 30,33%, serta Cmaks
sebesar 36,80 dan 46,33%; harga Yd.* berturutturut meningkat sebesar 81,26 dan 95,81%, AUC sebesar 62,00 dan 42,94%, serta ti/ 2 P masingmasing 204,73%, jika dibandingkan dengan nilai kontrol (p<0,05). Secara urnum dapat dikatakan bahwa praperlakuan dengan brokoli kepada kelinci tidak mempengaruhi kecepatan absorbsi, tetapi meningkatkan volume distribusi dalam keadaan tunak dan mengurangi kirens total kinidin.