33 | G.V. Plekhanov
33 | G.V. Plekhanov
mengenai pengaruh langsung dari iklim atas manusia sosial: telah dianggap bahwa di bawah pengaruh iklim sesuatu ras menjadi menyintai- kebegbasan, yang lainnya menjadi cenderung untuk menyerah secara sabar pada kekuasaan suatu monaark yang kurang-lebih despotik, sedangkan suatu ras lain menjadi tahyul dan karenanya bergantung pada suatu kependetaan, dsb. Pandangan ini sudah berdominasi, misalnya, dengan Buckle. 107 Menurut Marx, lingkungan geografis mempengaruhi manusia “melalui medium hubungan-hubungan produksi, yang lahir di suatu wilayah tertentu atas dasar tenaga-tenaga produktif tertentu, yang kondisi perkembangan utamanya terletak dalam sifat-sifat lingkungan itu.” Etnologi modern semakin beralih pada titik-pandang ini, dan secara konsekuen mengatributkan semakin sedikit arti-penting pada ras dalam sejarah peradaban. “Pemilikan pencapaian-pencapaian kultural tertentu tidak ada sangkut paut apapun dengan ras,” kata Ratzel. 108
Tetapi segera setelah suatu taraf peradaban telah dicapai, iat diak pelak lagi mempengaruhi kualitas-kualitas lahir dan batin dari 109 ras itu.
Pengaruh lingkungan geografis atas manusia sosial adalah suatu besaran variabel. Dikondisikan oleh sifat-sifat lingkungan itu, perkembangan tenaga-tenaga produktif meningkatkan kekuasaan manusia atas Alam, dan dengan begitu menempatkannya di dalam suatu hubungan baru dengan lingkungan geografis yang mengelilingi dirinya; demikian or- ang Inggris dewasa ini bereaksi pada lingkungan itu dengan cara yang tidak sama dengan cara bereaksi yang dilakukan suku-suku yang menghuni Inggris pada zaman Julius Caesar. Ini pada akhirnya menyingkirkan keberatan bahwa watak penduduk suatu wilayah tertentu dapat secara mendasar diubah, sekalipun sifat-sifat geografis wilayah itu tetap, tidak berubah.
VIII
Hubungan-hubungan legal dan politis 110 yang dilahirkan oleh suatu struktur ekonomi tertentu mempunyai suatu pengaruh menentukan atas
seluruh mentalitas manusia sosial. Marx menyatakan: “Di atas berbagai bentuk kepemilikan, di atas
Masalah-Masalah Dasar Marxisme | 34
kondisi-kondisi keberadaan (kehidupan) sosial, lahir suatu keseluruhan bagunan-atas dari sentimen-sentimen yang terbentuk secara jelas dan tertentu, ilusi-ilusi, cara-cara berpikir dan pandangan-pandangan hidup.” 111 Keberadaan menentukan pikiran. Dapat dikatakan bahwa setiap langkah yang dibuat oleh ilmu-pengetahuan dalam menjelaskan proses perkembangan historis adalah suatu argumen segar yang menguntungkan tesis fundamental dari materialisme masa-kini ini.
Pada tahun 1877, Ludwig Noiré sudah menulis: Adalah aktivitas gabungan yang ditujukan pada pencapaian suatu tujuan bersama, adalah kerja primordial dari nenek-moyang kita, yang menghasilkan bahasa dan penalaran. 112 Mengembangkan pikiran menarik ini, L Noiré menunjukkan bahwa bahasa pada asalnya menandai basrang-barang dari dunnia obyektif, bukannya memiiliki suatu bentuk tertentu, tetapi sebagai telah menerima/mendapatkan bentuk itu ( nicht als Gestalten, sondern als gestaltete); bukannya aktif dan mengerahkan suatu aksi tertentu, melainkan pasif dan dikenakan pada aksi itu. 113 Seterusnya ia menjelaskan ini dengan sebuah pernyataan yang bagus bahwa segala sesuatu memasuki medan pengelihatan manusia, yaitu, menjadi benda- benda/sesuatu baginya, semata-mata dalam artian mereka itu ditundukkan/dikenakan pada aksinya; dan adalah bersesuaian dengan ini mereka itu mendapatkan penandaannya, yaitu, nama-nama. 114 Singkatnya, adalah aktivitas manusia yang, dalam pendapat Noiré, memberi arti pada akar-akar awal dari bahasa. 115
Menarik bahwa Noiré menemukan janin pertama teorinya dalam gagasan Feuerbach bahwa hakekat manusia terletak dalam komunitas, dalam kesatuan manusia dengan manusia. Ia agaknya tidak mengetahui apa- apa tentang Marx, karena kalau tahu, maka ia pasti melihat bahwa pandangannya mengenai peranan aktivitas dalam pembentukan bahasa adalah lebih dekat pada Marx, yang dalam epistemologi-nya memberi tekanan pada aktivitas manusia, tidak seperti Feuerbach, yang terutama berbicara mengenai kontemplasi.
Dalam kaitan ini, nyaris tidak perlu mengingatkan pada pembaca, dengan merujuk pada teori Noiré, bahwa watak aktivitas manusia di dalam proses produksi ditentukan oleh keadaan tenaga-tenaga prtoduktif