35 | G.V. Plekhanov
35 | G.V. Plekhanov
mereka. Itu jelas. Akan lebih berguna lagi untuk mencatat bahwa pengaruh menentukan dari keberadaan atas pikiiran dilihat dengan jelas sekali pada suku-suku primitif, yang kehidupan sosial dan intelektualnya secara gamblang sekali lebih sederhana ketimbang kepunyaan rakyat- rakyat beradab. Mengenai penduduk asli Vbrazil Tengah, Karl von den Steinen menulis bahwa kita hanya akan memahami mereka apabila kita memandang mereka itu sebagai hasil ( Erzeugnis) dari kehidupan mereka sebagai kaum pemburu. “Hewan-hewan telah menjadi sumber utama pengalaman mereka,” ia selanjutnya berkata, “dan adalah terutama dengan bantuan pengalaman itu, mereka telah menginterpretasikan Alam dan membentuk pandangan-dunia mereka.” 116 Kondisi-kondisi kehidupan mereka sebagai pemburu telah menentukan, tidak hanya pandangan-dunia suku-suku ini, tetapi jkuga konsep-konsep moral mereka, sentimen-sentimen mereka, dan bahkan, demikian penulis itu melanjutkan, selera-selera estika mereka. Kita melihat hal yang sepenuhnya sama pada suku-suku penggembala. Di antara mereka yang Ratzel istilahkan “ para penggembala khususnya Subyek dari sekurang- kurangnya 99% dari semua percakapan adalah ternak, asal-usul mereka, kegbiasaan-kebiasaan, kebaikan-kebaikan dan kekurangan- kekurangan.” 117
Misalnya, Herreros 118 yang malang, yang orang-orang Jerman yang beradab baru-baru ini damaikan dengan kebrutalan seperti itu, adalah kaum penggembala yang khususnya seperti itu. 119
Apabila hewan-hewan merupakan sumber pengalaman utama dari pemburu primitif, dan jika seluruh pandangan-dunianya didassarkan pada pengalaman itu, maka tidaklah mengherankan bahwa mitologi suku-suku pemburu, pada taraf itu mengambil tempatnya filsafat, teologi dan ilmu-pengetahuan, dan menimba seluruh isinya dari sumber yang sama itu. “Keistimewaan mitologi Bushman,” demikian Andrew Lang menulis, “adalah predominasi yang nyaris mutlak dari hewan-hewan. Kecuali seorang wanita tua yang kadang-kadang tampil di dalam legenda-legenda yang membingungkan ini, maka mitos-mitos mereka nyaris tidak menunjukkan seseorang sosok manusia.” 120 Menurut Brough Smith, kaum aborijin Australia,–seperti suku Bushman, yang belum keluar dari taraf berburu–mempunyai terutama burung-burung dan
Masalah-Masalah Dasar Marxisme | 36
hewan-hewan sebagai dewa-dewa mereka. 121 Religi suku-suku primitif belum dipelajari secara secukupnya. Sekalipun
begitu, yang sudah kita ketahui sepenuhnya menguatkan ketepatan tesis singkat dari Marx dan Feuerbach bahwa bukan religi yang menjadikan manusia, tetapi manusia yang membuat religi. Seperti yang dikatakan oleh Ed. Tyler, “Jelaslah, bahwa di antara semua nasion, mamnusia merupakan tipe kedewaan. Ini menjelaskan mengapa struktur masyarakat manusia dan pemerintahannnya telah menjadi model-model bagi masyarakat surgawi dan pemerintahan surga.” 122 Ini tidak-perlu dipertanyakan lagi adalah suatu pandangan materialis mengenai religi: diketahui, bahwa Saint Simon berpandangan berlawanan, dengan menyelaskan sistem sosial dan politis kaum Yunani purba melalui kepercayaan-kepercayaan religius mereka. Namun, adalah jauh lebih penting bahwa ilmu pengetahuan telah sudah mulai mengungkapkan kaitan kausal antara tingkat teknis rakyat-rakyat primitif dan pandangan- dunia mereka. 123 Dalam hal ini penemuan-penemuan berharga terbukti berada di depan bagi ilmu-pengetahuan. 124
Di bidang ideologi masyarakat primitif, seni telah dipelajari lebih baik ketimbang semua cabang lainnya: berlimpah bahan telah dikumpulkan, membuktikan dengan cara yang paling jelas dan meyakinkan mengenai kebenaran dan, orang boleh mengatakan, ketidak-terelakkannya penjelasan materialis mengenai sejarah. Begitu berlimpahnya bahan ini, sehingga di sini saya hanya dapat menyebutkan beberapa yang paling penting dari karya-karya yang membahas hal-ikhwal ini: Schweinfurth, Artes Africanae, Leipzig, 1875; R. Andree, Ethniografische Paralelen, karangan berjudul Das Zeichnen bei den Naturvölkern; Von den Steinen, Unter den Naturvölkern Zentral-Brasiliens, Berlin, 1894; G. Mallery, Picture Writing of the American Indians, X Annual Reoport of the Bu- reau of Ethnology, Washington, 1893 (Laporan untuk tahun-tahun lainnya mengandung bahan berharga mengenai pengaruh keahlian- keahlian mekanis, khususnya perajutan, atas desain-desain ornamen- tal); Hörnes, Urgeschichte der bildenden Kunst in Europa, Wina, 1898; Ernst Grosse, Die Anfänge der Kunst, juga Kunstwissenschaftliche Studien, Tübingen, 1900; Yrjö Hirn, Der Ursprung der Kunst, Leipzig, 1904; Karl Bücher, Arbeit u7nd Rhythmus, 3. Auflage, 1902; Gabriel et