21 | G.V. Plekhanov

21 | G.V. Plekhanov

Feuerbach yang memusatkan usaha-usahanya pada perjuangan melawan unsur spekulatif dalam filsafat Hegel, kurang menghargai unsur dialektis-nya, dan sedikit sekali menggunakannya. “Dialektika yang sesungguhnya,” demikian ia berkata, “bukanlah suatu monolog oelh seorang pemikir seorantg diri dengan dirinya sendiri; ia adalah suatu

dialog di antara sang ego dan sang tu.” 75 Namun, pertama-tama sekali, dengan Hegel maka diialektika tidaklah berarti suatu monolog oleh seorang pemikir seorang diri dengan dirinya sendiri; dan kedua, pernyataan Feuerbach memberikan suatu definisi yang tepat mengenai titik-pangkal filsafat, tetapi tidak mengenai metodenya. Kekosongan ini diisi oleh Marx dan Engels, yang memahami bahwa akan merupakan sebuah kesalahan, dalam melakukan perjuangan terhadap filsafat spekulatif Hegel, untuk mengabaikan dialektikanya.Beberapa pengritik telah menyatakan bahwa, selama tahun-tahun segera sesudah ditinggalkannya idealisme olehnya, Marx juga sangat mengabaikan dialektika. Sekalipun pendapat ini mungkin tampak mengandung sesuatu yang mendekati kebenaran, ia disangkal oleh kenyatan yang tersebut di muka bahwa, dalam Deutsch-Französischen Jahrbüchern, Engels sudah berbicara tentang metode sebagai jiwa dari sistem pandangan-pandangan baru itu. 76

Betapapun, bagian kedua dari Misère de la Philosophie tidak memberikan ruang bagi keraguan bahwa pada waktu polemiknya dengan Proudhon, Marx sangat menyadari arti-penting metode dialektis dan mengetahui bagaimana memanfaatkannya sebaik-baiknya. Kemenangan Marx di dalam kontroversi itu adalah dari seseorang yang mampu berpikir secara dialektis, atas seseorang yang tidak pernah mampu memahami sifat dialektika, tetapi berusaha menerapkannya pada suatu analisis atas masyarakat kapitalis. Bagian kedua yang sama dari Misère

de la Philosophie menunjukkan bahwa dialektika itu, yang dengan Hegel mempunyai suatu watak idealis semurninya dan tetap begitu dengan Proudhon (sejauh ia berasimilasi dengannya) ditempatkan atas suatu landasan materialis oleh Marx. 77

Bagi Hegel, Marx menulis kemudian, menggambarkan materialisme dialektisnya, proses kehidupan dari otak manusia, yaitu, proses berpikiir, yang, dengan nama Ide itu, bahkan ditransformasikannya menjadi suatu

Masalah-Masalah Dasar Marxisme | 22

subyek yang gberdiri sendiri, adalah demiurgos dari dunia nyata, dunia nyata hanyalah bentuk eksternal, fenomenal dari Ide itu. Dengan saya, sebaliknya, yang ideal itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah dunia material yang dicerminkan oleh pikiran manusia dan diterjemahkan menjadi bentuk-bentuk pikiran. 78 Uraian ini berarti kesepakatan sepenuhnya dengan Feuerbach, pertama-tama dalam sikap terhadap Ide Hegel, dan, kedua, dalam hubungan pikiran dan keberadaan. Dialektika Hegelian hanya dapat dijungkir-balikkan oleh seseorang yang yakin mengenai ketepatan azas dasar dari filsafat Feuerbach, yaitu, bahwa bukanlah pikiran yang menentukan keberadaan, tetapi keberadaan yang menentukan pikiran.

Banyak orang mengacaukan dialektika dengan doktrin perkembangan; dialektika sesungguhnya adalah suatu doktrin seperti itu. Namun, iaa berbeda secara mendasar dari teori tentang eviolusi yang vulgar/dangkal, yang sepenuhnya berdasarkan atas azas bahwa Alam maupun sejarah tidak berlangsung dengan lompatan-lompatan dan bahwa semua perubahan di dunia terjadi secara berangsur-angsur.Hegel sudah menunjukkan bahwa, memahaminya secara demikian itu, maka doktrin tentang perkembangan itu adalah tidak-tepat dan menertawakan.

Manakala orang hendak memahami bangkitnya atau lenyapnya sesuatu apapun, katanya dalam Jilid I dari karyanya, Wissenschaft der Logik, lazimnya mereka membayangkann bahwa mereka mencapai pengertian lewat perantaraan suatu konsepsi mengenai sifat gradual (berangsur- angsur) dari kebangkitan atau kelenyapan itu. Namun, perubahan- perubahan dalam keberadaan terjadi, tidak hanya dengan suatu peralihan dari perbedaaan-perbedaan kualitatif menjadi kuantitatif, dan, sebaliknya, dengan suatu peralihan yang menginterupsi/menyelangi

keberangsuran, dan menggantikan suatu gejala dengan gejala lain. 79 Dan setiap kali keberangsuran diinterupsi, suatu lompatan terjadi. Hegel selanjutnya menunjukkan dengan sejumlah contoh betapa sering lompatan-lompatan terjadi dalam Alam maupun dalam sejarah, dan ia mengekspose kesalahan logis yang menggelikan yang mendasari teori mengenai evolusi yang dangkal. Mendasari doktrin keberangsuran, katanya, adalah konsepsi bahwa yang sedang bangkit sudah ada/eksis di dalam realitas, dan tetap tidak terpantau hanya karena dimensi-