47 | G.V. Plekhanov
47 | G.V. Plekhanov
materialis mengenai kehidupan itu. Sekalipun bangkitnya kembali idealisme yang begitu dibanggakan dalam ilmu-ilmu sosial, penjelasan itu semakin saja menjadi umum setiap kali para peneliti berhenti melontarkan meditasi dan pengujaran puji-pujian mengenai ideal itu, dan sebaliknya menjalani tugas mereka untuk mengungkap kaitan-kaitan kausal antara gejala-gejala itu. Dewasa ini bahwa orang-orang yang tidak hanya tidak menganut pandangan materialis mengenai sejarah, melainkan tidak mempunyai sedikitpun ide mengenainya, ternyata terbukti kaum materialis dalam penelitian-penelitian historis mereka. Di sinilah ketidak-tahuan mereka mengenai pandangan ini, atau prasangka mereka terhadapnya, yang menghalangi suatu pemahaman akan semua aspeknya, memang membawa pada keberat-sebelahan dan kesempitan konsep-konsep.
XI
Ada sebuah ilustrasi yang bagus. Sepuluh tahun yang lalu Alrfred Espinas, sarjana Perancis yang terkenal (dan secara kebetulan seorang musuh besar dari kaum sosialis masa-kini), mengumumkan sebuah studi sosioliogis yang menarik–sekurang-kurangnya dalam konsepsi–berjudul Les origines de la technologie. Dalam buku ini, sang pengarang, berawal dari proposisi yang semurninya materialis bahwa praktek senantiasa mendahului teori di dalam sejarah umat-manusia, meyelidiki pengaruh teknologi atas perkembangan ideologi, atau untuk lebih tepatnya, atas perkembangan religi dan filsafat di Yunani purba.
Ia sampai pada kesimpulan bahwa dalam tiap periode perkembangan itu, pandangan-dunia Yunani purba ditentukan oleh keadaan tenaga- tenaga produktif mereka. Sudah tentu ini sebuah kesimpulan yang sangat menarik dan sangat penting, tetapi setiap orang yang secara sadar terbiasa untuk menerapkan materialuisdme pada suatu pennjelasan mengenai peristiwa-peristiwa historis akan, setelah membaca studi Espinas itu, menemukan bahwa pandangan yang dinyatakan di dalamnya itu adalah berat-sebelah. Hal itu sederhana saja dikarenakan bahwa sarjana Perancis itu secara praktis tidak memberi perhatian pada faktor-faktor lain di dalam perkembangan ideologi, seperti misalnya, perjuangan kelas.
Masalah-Masalah Dasar Marxisme | 48
Padahal faktor tersebut terakhir itu mempunyai artipenting yang sungguh luar-biasa.
Dalam masyarakat primitif, yang tidak mengenal pembagian dalam kelas-kelas, aktivitas-aktivitas produktif manusia mengerahkan suatu pengaruh langsung atas pandangan-dunianya dan selera-selera estetiknya. Desain-desain dekoratif menimba motif-motifnya dari teknologi, dan menari–boleh jadi yang terpenting dari seni-seni dalam sebuah masyarakat seperti itu–seringkali sekedar menirukan proses produksi itu. Ini khususnya dapat dilihat pada suku-suku pemburu, yang berada pada taraf terendah yang dikenal dari perkembangan ekonomis. 143 Itulah sebabnya mengapa saya terutama merujuk pada mereka ketika saya mendiskusikan ketergantungan mentalitas manusia primitif atas aktivitas-aktivitasnya dalam perekonomian yang ia jalankan. Namun, dalam suatu masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, pengaruh langsung aktivitas-aktivitas itu menjadi jauh kurang terlihat. Itu dapat dimengerti. Jika, sebagai misal, salah-satu dari tari-tarian wanita ab- original Australia mereproduksi pekerjaan pengumpulan akar-akaran, sudah dengan sendirinya tiada dari tari-tarian yang lemah-gemulai yang dengannya, misalnya, para nyonya terhormat dari Perancis Abad ke XVIII bercengkerama yang dapat melukiskan pekerjaan produktif nyonya-nyonya itu, karena mereka tidak terlibat dalam pekerjaan seperti itu, dan terutama lebih suka mengabdikan diri mereka pada ilmu- pengetahuan akan nafsu lemah-lembut. Di sini kita berurusan dengan sebuah tarian yang ekspresif mengenai psikologi suatu kelas non- poduktif. Suatu psikologi jenis ini bertanggung-jawab atas mayoritas terbesar dari adat-adat kebiasaan dan konvensi-konvensi dari yang disebut masyarakat terhormat. Sebagai konsekuensinya, dalam kasus ini faktor ekonomis itu adalah sekonder pada faktor psikologis itu. Namun, jangan dilupakan bahwa permunculan kelas-kelas non-produktif dalam sebuah masyarakat adalah produk dari perkembangan ekonomis dari yang tersebut terakhir itu. Selanjutnya, kala itulah bahwa arti- penting ini menjadi kenyataan yang terasa, karena ketika itulah ia menentukan “kemungkinan dan batas-batas pengaruh faktor-faktor lain.” 144
Itu belum seluruhnya. Bahkan manakala ia berpartisipasi dalam proses