69 | G.V. Plekhanov
69 | G.V. Plekhanov
kekerasan 189 mungkin dianggap sebagai suatu–kurang atau lebih– keharusan historis–menyedihkan, artinya, dalam proporsi terbalik dengan ukuran kompensasi adil yang diberikan. Tetapi bagi petani yang haus akan tanah, yang sebaliknya yang benar: kompensasi adil itu akan menyajikan dirinya sebagai suatu–kurang-lebih–keharusan menyedihkan, sedangkan pengalienasian paksa akan dipandang sebagai suyatu pernyataan kehendak dirinya yang tidak terbelenggu, dan jaminan kebebasannya yang paling berharga.
Dengan mengatakan ini, saya menyentuh yang mungkin pokok terpenting dalam doktrin kebebasan - suatu hal yang tidak disebut oleh Engels hanya, tentu saja, karena itu sedemikian jelasnya bagi setiap or- ang yang telah menguasai ajaran Hegelian.
Di dalam filsafatnya mengenai agama Hegel mengatakan, Die Freiheit ist dies: nichts zu wollen als sich, 190 yaitu, Kebebasan tidak menghendaki
apapun jkecuyali dirinya sendiri. 191 Observasi ini dengan gamblang menerangkan seluruh masalah mengenai kebebasan, sejauh masalah itu
berlaku atas psikologi sosial. Sang petani yang menuntut agar tanah tuan-tanah ditransfer pada dirinya tidak menginginkan apapun kecuali dirinya sendiri; sang tuan-tanah yang Demokratik-Konstitusional yang setuju memberi kepadanya tanah tidak menghendaki lagi dirinya sendiri, tetapi apa yang sejarah memaksa dirinya kehendaki. Yang tersebut terdahulu bebas, sedang yang tersebut terakhir dengan bijak tunduk pada keharusan.
Itu akan sama saja, seperti dengan sang petani, bagi proletariat, yang mengubah alat-alat produksi menjadi hak-milik sosial, dan mengorganisasi produksi sosialk atas suatu landasan baru. Ia tidak menghendaki apapun kecuali dirinya sendiri, dan akan merasa bebas sekali. Sedangkan bagi para kapitalis, mereka akan, tentu saja, paling- paling merasa bahwa mereka berada dalam posisi tuang-tanah yang telah menerima program 192 agraria Konstitusional-Demokratik; mereka tidak bisa tidak berpikir bahwa kebebasan adalah satu hal, dan keharusan historis, suatu hal yang lain.
Bagi saya para pengritik itu, yang berkeberatan dengan sikap Engels telah gagal memahaminya juga, secara kebetulan, karena sebab mereka
Masalah-Masalah Dasar Marxisme | 70
tidak mampu membayangkan diri mereka dalam posisi sang kapitalis, tetapi secara total tidak mampu membayangkan diri mereka dalam kedudukan sang proletarian, saya berpendapat bahwa ini juga, mempunyai sebab sosial–dan pada akhirnya, sebab ekonomisnya.
XVI
Dualisme, yang menjadi kecenderungan para ahli ideologi burjuis, masih mempunyai sesuatu perhitungan yang ditujukan pada materialisme historis. Melalui Stammler ia menyalahkan bahwa materialisme historis telah gagal memperhitungkan teleologi sosial. Pengkaitan kedua ini, yang kebetulan sangat menyerupai yang pertama, sama tidak berdasarnya.
Marx mengatakan, “Dalam produksi sosial kehidupan mereka, manusia memasuki hubungan-hubungan tertentu.” 193 Stammler merujuk pada perumusan ini sebagai bukti bahwa, walaupun teorinya, Marx tidak mampu menghindari pertimbangan-pertimbangan teleologis; kata-kata Marx, dalam pendapat Stammler, berarti bahwa manusia secara sadar memasuki saling hubungan-hubungan (produksi) yang tanpanya produksi menjadi tidak mungkin. Konsekuensinya, hubungan-hubungan ini adalah hasil dari 194 tindakan yang berguna sekali.
Mudah diketahui di bagian mana dari argumen ini Stammler membuat kesalahan logis yang meninggalkan capnya atas semua pernyataan kritisnya.
Mari kita ambil sebuah contoh. Orang-orang biadab yang hidup dari perburuan mengejar buruannya, misalnya seekor gajah. Untuk itu merteka berkumpul bersama, dan secara tertentu mengorganisasi kekuatan-kekuatan mereka. Apakah tujuan-nya, dan apakah cara/alat- nya? Tujuannya jelas untuk menangkap atau membunuh gajah itu, dan caranya, ialah bergabung kekuatan untuk mengejar khewan itu. Apakah yang mendorong tujuan itu? Oleh kebutuhan-kebutuhan organisme tubuh manusia. Nah, apakah yang menentukan cara-cara itu? Oleh kondisi- kondisi perburuan itu. Adakah kebutuhan-kebutuhan tubuh manusia bergantung pada kehendak manusia? Tidak; pada umummnya, itu