Sistem Ekonomi Komunis
C. Sistem Ekonomi Komunis
Sejak awal perkembangannya ajaran-ajaran Kapitalisme telah menimbulkan berbagai reaksi yang kritis dari berbagai pihak. Reaksi yang muncul tidak hanya dalam bentuk perdebatan teoritis, tetapi juga dalam bentuk gerakan politik. Seperti apa yang disebutkan oleh Karl Mark, Kapitalisme telah melakukan penghisapan atas manusia oleh manusia
lainnya. 16 Menurutnya, Kapitalisme dapat bertahan hidup karena dua hal. Pertama, adanya pemilikan terhadap alat-alat produksi seperti, tanah, mesin,
modal, dan keterampilan. Kedua, adanya penjualan tenaga oleh pemilik tenaga kerja. 17
Penjualan tenaga kerja ini terjadi karena mereka tidak memiliki alat-alat produksi Tentu saja pemilik modal berada pada posisi yang kuat dalam transaksi penjualan tenaga tersebut, dan buruh pada posisi yang lemah karena mereka dengan terpaksa menjual tenaganya untuk dapat melanjutkan kehidupan. Dalam situasi inilah pemilik modal dapat memberikan imbalan terhadap tenaga yang dibelinya dengan harga yang murah. Murah dalam arti mereka menerima harga jauh lebih rendah dari nilai yang mereka berikan kepada pemilik modal.
Dari sinilah, Kapitalisme telah menciptakan susunan kelas sosial baru yang belum pernah dikenal sebelumnya; pemilik modal (borjuasi) yang jumlahnya sangat sedikit tetapi memiliki modal yang cukup besar dan kelas
buruh (proletar). 18 Selanjutnya, jumlah kelas buruh mengalami perkembangan yang cukup
pesat karena kebanyakan kelas menengah tidak mampu lagi bersaing dengan pemilik modal besar sehingga merekapun bangkrut lalu masuk ke dalam kelas buruh. Pada saat yang bersamaan muncul pula sebuah kesadaran baru kaum buruh akan eksploitasi yang mereka derita selama ini yang pada gilirannya memunculkan keinginan untuk keluar dari penindasan pemilik modal. Untuk itulah kaum buruh mengorganisasikan diri dalam serikat-serikat buruh yang
pada gilirannya melahirkan revolusi Sosialis. 19 Revolusi itu pada mulanya bersifat politis: proletariat merebut
kekuasaan negara dan mendirikan “kediktatoran proletariat”. Artinya, proletariat menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis
16 Steven Pressman, op.cit, h.71
17 Ibid., h. 114 18 Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx:dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme,
(Jakarta:Gramedia, 2000), h.166 19 Ibid., h.168 (Jakarta:Gramedia, 2000), h.166 19 Ibid., h.168
juga disebut dengan sistem Komunis.
1. Pengertian. Sosialisme didefinisikan sebagai bentuk perekonomian di mana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat dalam menasionalisasikan industri-industri besar seperti pertambangan, jalan-jalan, jembatan dan cabang-cabang produksi
lainnya yang mencakup hajat hidup orang banyak. 21 Dengan kata lain, negaralah yang menjadi pemilik alat-alat produksi, tanah-tanah dan bukan
swasta seperti pada sistem Kapitalisme. Dalam pemakaiannya sehari-hari, sosialisme dan Komunisme sering dipakai secara bergantian. Memang di antara keduanya tidak banyak perbedaan. Bahkan Marx sering menggunakan kedua istilah tersebut untuk menjelaskan persoalan yang sama. Kendati demikian, sebagian pakar mencoba membedakannya.
Mereka menyebut, kalau Sosialisme menggambarkan pergeseran hak milik kekayaan dari swasta kepada pemerintah berlangsung secara perlahan- lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dan memberikan kompensasi kepada pemilik-pemilik swasta. Sedangkan dalam Komunisme, peralihan pemilikan swasta kepada Pemerintah tersebut berlangsung dengan cepat dan
“revolusioner”, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. 22 Dengan demikian antara sosialisme dan komunisme terdapat persamaan tujuan
namun berbeda dalam cara. Sendi-sendi sistem Komunisme dapat dilihat di bawah ini:
1. Tentang hak milik
2. Sosialisme pasar
3. Nilai Kerja dan Laba
1.Tentang Hak Milik
20 Ibid., h.169 21 Deliarnov, op.cit, h.53
22 Ibid., h.54
Dalam masyarakat Sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau kolektivisme (collectivism). Ini tercermin pada bentuk kepemilikan yang mereka anut. Bagi sistem ini barang-barang dimiliki bersama-sama dan didistribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan masing- masing anggota masyarakat. Ada sebuah motto yang sering digunakan dalam sistem ini,”from each according to his abilities, to each according to his needs.(dari setiap orang sesuai dengan kemampuan, untuk setiap orang sesuai kebutuhan).
Dengan demikian ciri masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan dialihkannya hak milik pribadi tersebut kepada negara. Namun menurut Marx ini hanya berlaku ketika Kapitalisme masih menjadi ancaman, namun ketika Kapitalisme dipastikan tidak lagi berdaya, maka negara akan kehilangan perannya dan pabrik serta tempat produksi lainnya akan diurus langsung oleh mereka yang bekerja di
pabrik tersebut. 23
1. Sosialisme Pasar Berbeda dengan sistem Kapitalis yang mempercayakan dirinya kepada mekanisme Pasar, maka Komunisme mempercayakan sistemnya pada “perencanaan dan pengendalian’. Dalam sistem Sosialis yang memegang kendali adalah satu badan yang disebut dengan Badan Pusat Perencanaan (BPP) yang bertugas untuk menentukan harga barang-barang yang diproduksi. Badan ini selanjutnya akan menginformasikan harga tersebut kepada perusahaan sesuai dengan dua patokan. Pertama, meminimalkan biaya produksi, Kedua, menghasilkan output produksi di mana tingkat harga sama dengan tingkat biaya.
Bila pada suatu akhir masa perencanaan terjadi kelebihan barang yang diproduksi, maka PBB menurunkan tingkat harga. Sebaliknya bila terjadi peningkatan permintaan, maka harga dinaikkan. Tegasnya, BPP menjadi penentu harga dimana tingkat permintaan dan penawaran seimbang.
C. Nilai Kerja Dalam sistem Kapitalis, tenaga kerja buruh identik dengan komoditi. Si buruh menjual tenaga kerjanya kepada pemliki modal, dan pemilik modal akan membelinya sesuai dengan nilai tukarnya. Masalahnya adalah bagaimana nilai tukar ini ditentukan.? Menurut Marx, nilai tenaga kerja adalah jumlah nilai semua komoditi yang perlu diberikan kepada buruh agar ia dapat hidup;
23 Franz Magnis Suseno, op.cit, h.170 23 Franz Magnis Suseno, op.cit, h.170
Tegasnya menurut Marx, upah yang diterima buruh adalah upah yang wajar dalam arti senilai (equivalent) dengan apa yang diberikannya. 24 Dengan
demikian upah yang diterima buruh adalah upah yang adil dalam arti transaksi antara majikan dan buruh berupa pertukaran ekuivalen. Hanya dengan inilah eksploitasi buruh seperti yang dilakukan kapitalis dapat dihindari.