.Asas-Asas Ekonomi Islam

B. .Asas-Asas Ekonomi Islam

1. Tauhid. Secara garis besar tauhid dapat dibagi kedalam dua bagian besar yang masing-masing memiliki implikasi tertentu yaitu : Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Tauhid Rububiyah menekankan suatu keyakinan bahwa hanya Allah saja yang memberi dan menentukan rizqi untuk segenap makhluknya di bumi ini. Segala sesuatu yang ada di alam (sumber daya alam) adalah milik Allah dan manusia sebagai pelaku ekonomi tidak lebih sebagai seorang trustee atau sebagai pemegang amanah, untuk mengelola dan memanfaatkannya untuk kepentingan

manusia. 10

9 M.A.Mannan, Teori Dan Peraktek Ekonomi Islam , terj.M.Nastangin (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995)

10 Muhammad Syafi`I Antoniuo, “Prinsip Dan Etika Bisnis Dalam Islam” Makalah, Seminar Dan Worshop …op.cit,. h.14-15

Etika Bisnis Islam

Berhubungan dengan pernyataan di atas dapat dilihat pada Q.S.Al-Baqarah 2;29 :

Artinya : “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu”. Dalam Q.S. Ibrahim 14 ; 32 juga dinyatakan :

Artinya : “Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu.

Konsekuensinya, pengolahan sumber daya alam yang ada di bumi ini haruslah sesuai dengan aturan- aturan yang disyari’atkan oleh Allah SWT, sebagai pemilik hakiki.

Sedangkan Tauhid Uluhiyah, bahwa aktivitas yang dilakukan dalam dunia bisnis adalah dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT, pelakunya berbuat sesuai dengan aturan- aturan Allah, sebaliknya pelanggaran dan penyimpangan terhadap aturan syari’ah merupakan suatu bentuk kekufuran kepada Allah SWT, menyangkut hal ini dapat dilihat pada Firman Allah SWT,

Q.S. Al-Maidah 5 ; 48-50, 11

2. Asas Kekhalifahan Manusia

11 Ibid.,

Etika Bisnis Islam

Kata “Khalifah” artinya orang yang menggantikan orang sebelumnya. Bisa juga bermakna al-Imarah yaitu kepemimpinan atau as-Sultan yaitu kekuasaan. Di dalam al- Qur’an kata ini digunakan dua kali dalam bentuk jamak yaitu khalaif dan khulafa.

Penelitian para ahli menunjukkan penggunaan kata khalifah dalam al- Qur’an mengacu pada individu manusia sebagai pemimpin dan kepada suatu generasi manusia yang tampil menggantikan generasi sebelumnya. Dengan kata lain kedudukan

manusia sebagai pemimpin yang bertugas memakmurkan bumi. 12 Berangkat dari pengertian ini, Azas kekhalifahan manusia

adalah keharusan manusia sebagai pemimpin untuk mengelola alam sebaik-baiknya dengan menggunakan perangkat ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kesejahteraan seluruh makhluk yang ada di bumi.

Dalam kerangka memproduksi sumber daya alam menjadi barang yang memiliki harga ekonomi, manusia harus memperhatikan komunitas lain dan bukan semata-mata kepentingan diri atau kelompoknya.

Contoh : Penebangan kayu, bagaimanapun besarnya keuntungan yang akan diperoleh haruslah tetap memperhatikan habitat lain seperti, burung dan generasi kayu itu sendiri, tanpa ini yang timbul adalah kerusakan.

12 Abbas Mahmud al-`Aqqad, al-Insan fi al- Qur’an al-karim, (Kairo:dar al-Islam, 1973), h.156. Lihat juga Musa `Asy`ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam al- Qur’an (Yogyakarta: LESFI,

Etika Bisnis Islam

3. Asas Ta’awun Manusia dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, Ia butuh orang lain. Atas dasar inilah dalam Ilmu Sosial manusia disebut Zoon Politicion (makhluk sosial), makhluk yang saling membutuhkan.

Jika demikian, sudah seharusnyalah manusia saling tolong menolong yang dalam istilah al- qur’an disebut dengan Ta’awun. Terlebih lagi dalam aktivitas ekonomi apakah produksi, distribusi dan konsumsi, kesemuanya tidak dapat dilakukan sendirian.

Hal ini penting dalam perspektif ekonomi islam bahwa kebahagian manusia (human falah) itu adalah kebahagiaan bersama bukan kebahagiaan individu semata-mata. Sebaliknya Islam melarang aktivitas ekonomi yang saling menjatuhkan dan menghancurkan, karena prilaku seperti itu tidak saja menimbulkan persaingan yang tidak sehat malah lebih jauh itu akan membawa kesengsaraan umat manusia secara keseluruhan.

4. Asas Maslahat Dalam maknanya yang sederhana Maslahat bermakna manfa’at. Kebalikan dari maslahat adalah mafsadat yang berarti kerusakan. Dalam maknanya yang lebih luas, maslahat adalah kebaikan yang besar lagi langgeng atau kebaikan untuk umum (publik good). Dalam kajian hukum islam yang dimaksud dengan maslahat adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mewujudkan

Etika Bisnis Islam

kebaikan dan menghindarkan keburukan atau dengan kata lain maslahat adalah setiap tindakan untuk menarik manfaat dan menolak mudharat.

Penting untuk diperhatikan, kemaslahatan yang diinginkan adalah kemaslahatan yang bersifat umum (kulliyah) dan bukan untuk kepentingan individu atau golongan tertentu saja. Paling tidak, kemaslahatan itu akan bermanfaat buat sebagian besar warga masyarakat. Jika suatu kebijakan hanya menguntungkan untuk orang-orang atau kelompok tertentu saja dan merugikan yang lainnya, maka hal itu bukanlah maslahat.

Keberadaan maslahat sebagai azas ekonomi islam, mengandung arti segala bentuk aktivitas ekonomi haruslah membawa kemaslahatan umum. Jadi tidak hanya demi kemaslahatan pribadi atau kelompok. Contoh : bisa saja memproduksi minuman keras membawa keuntungan pribadi atau sejumlah karyawan, akan tetapi kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar terlebih menyangkut masalah moral. Dengan demikian memproduksi minuman keras bertentangan dengan azas maslahat ekonomi islam.

5. Azas Keseimbangan dan Keadilan Keadilan dan Keseimbangan adalah suatu konsep yang luas berkaitan hampir dengan seluruh aspek kehidupan sosial, politik terutama ekonomi. Dalam al- qur’an kata adil disebut sebanyak

Etika Bisnis Islam

tiga puluh satu kali. Belum lagi kata-kata yang semakna seperti al-Qist, al-Wazn (Seimbang) dan al-Wast (Moderat) 13

Ditempatkannya keadilan dan keseimbangan sebagai asas ekonomi islam mengandung pengertian aktivitas ekonomi tidak boleh mengabaikan dua hal dia atas. Ajaran islam banyak memberi contoh praktek-praktek ekonomi yang membawa ketidakadilan seperti : 1), Monopoli, 2), Penumpukan barang, 3), Mempermainkan harga dengan cara membeli barang orang desa dengan harga yang lebih rendah dari pasar, pembelian maupun penjualan besar-besaran yang sengaja dilakukan pelaku utama

pasar dan lain-lain. 14 Dalam maknanya yang lebih luas, aktivitas ekonomi tidak

boleh membawa manusia menjadi spilit personality (keterpecahan pribadi) karena dominasi nafsu duniawi dalam mencari keuntungan sehingga aspek kebutuhan rohaninya menjadi terabaikan.

Sangat menarik perintah al- qur’an dalam surah al-jumu’ah ayat 10-11, dimana Allah perintahkan untuk meninggalkan jual beli disaat panggilan azan dikumandangkan. Setelah itu Allah juga perintahkan untuk “bertebaran” di muka bumi mencari karunia Allah setelah selesai mengerjakan sholat.

13 Lihat kesimpulan Disertasi Amiur Nuruddin, Konsep Keadilan Dalam Al- Qur’an dan

Implikasinya Terhadap Tanggungjawab Moral, Disertasi, Programa Pascasarjana IAIN. Yogyakarta, 1995.

14 M.Syafi`I Antonio, op.cit., h.18

Etika Bisnis Islam

Asas-asas Ekonomi Islam di atas, haruslah menjadi semangat sekaligus “ruh” dalam aktivitas ekonomi ummat. Disebabkan asas ekonomi islam itu pada hakikatnya adalah nilai universal islam, maka pelaku ekonomi dituntut untuk mampu menterjemahkannya secara dinamis dalam kehidupannya sehari- hari.