Harta Yang Halal, Haram dan Syubhat

B. Harta Yang Halal, Haram dan Syubhat

Al- Qur’an menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini diciptakan Allah SWT untuk kepentingan dan kebahagian manusia .Kendati demikian bukan berarti manusia bebas untuk menikmatinya. Ada aturan- aturan yang telah digariskan Allah dalam kitabnya tentang pengelolaan dan pemanfaatan isi alam baik dalam bentuk perintah ataupun larangan.

Peraturan –peraturan itu berguna untuk membatasi manusia yang cenderung memiliki sifat tamak dan rakus, tidak pernah merasa puas terhadap harta yang pada gilirannya dapat mencelakakan dirinya sendiri. Banyak sekali ayat-ayat dan hadis-hadis nabi yang menunjukkan kecenderungan negatif manusia tersebut. Dapatlah dikatakan, aturan-aturan itu penting agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan mampu memilah dan memilih mana yang penting, berguna dan mana pula yang sekedar hiasan semata.

Ditinjau dari kaca mata hukum Islam, harta itu ada yang bendanya (a`in) halal (boleh dikumpulkan dan dimanfaatkan) dan ada pula yang haram (dilarang mengumpulkannya, mengkonsumsi dan memproduksinya). Diantara dua katagori tersebut ada yang disebut syubhat (tidak jelas kehalalannya dan keharamannya). Dalam wilayah bisnis katagori halal dan Ditinjau dari kaca mata hukum Islam, harta itu ada yang bendanya (a`in) halal (boleh dikumpulkan dan dimanfaatkan) dan ada pula yang haram (dilarang mengumpulkannya, mengkonsumsi dan memproduksinya). Diantara dua katagori tersebut ada yang disebut syubhat (tidak jelas kehalalannya dan keharamannya). Dalam wilayah bisnis katagori halal dan

Dari sisi mendapatkannya atau memperolehnya demikian juga ada yang halal , haram dan syubhat. Katagorisasi ini berangkat dari sebuah hadis Rasul yang artinya:

Yang halal itu telah jelas dan yang haram itu juga jelas, dan antara keduanya adalah hal-hal yang syubhat. Barang siapa yang bergelimang pada hal-hal syubhat diibaratkan seorang yang mengembalakan kambingnya dipinggir jurang .

Pernyataan hadis di atas yang menyebut bahwa sesuatu yang halal itu jelas, begitu pula yang haram, berpijak pada satu kenyataan bahwa al- Qur’an dan hadis sebagai sumber hukum Islam telah memberikan keterangan- keterangan yang rinci dan tegas menyangkut katagori tersebut. Berbeda dengan yang syubhat, keterangannya tidak begitu jelas, namun apakah ia dikatagorikan kepada halal atau haram dapat dilihat dari indikasi-indikasi yang ada.

Menarik untuk dicermati adalah metode yang digunakan al- Qur’an dalam mengungkap dan menjelaskan harta yang halal dan yang haram.. Ketika menyebut hal-hal yang diharamkan al- Qur’an menggunakan bahasa yang rinci dan tegas.Contohnya pada surah al-maidah/5:3

Artinya; Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kamu sempat menyembelihnya dan diharamkan bagimu menyembelih untuk berhala…

Sedangkan ketika menjelaskan hal-hal yang dihalalkan, al- Qur’an menggunakan bahasa yang gelobal seperti firman Allah di bawah ini: Artinya: Wahai manusia, ,makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.

Hikmah semua ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam menggunakan harta. Pengungkapan harta yang haram dengan rinci adalah bertujuan agar manusia tidak mengalami kebingungan dalam menentukannya. Jika tidak dijelaskan, dipastikan manusia akan berbeda dalam menentukan mana yang haram dan mana yang tidak karena manusia akan dipengaruhi oleh kepentingan pribadinya (hawa al-nafs). Ternyata jumlah

4 Rafiq Isa Beekun, Islamic Businees Ethic (Virginia : The International Institut Of Islamic Thought, 1981).h. 31 4 Rafiq Isa Beekun, Islamic Businees Ethic (Virginia : The International Institut Of Islamic Thought, 1981).h. 31

Ini berbeda ketika Allah menjelaskan harta-harta yang halal dengan ungkapan yang global. Allah SWT hanya menyebutkan halalan tayyiba (halal lagi baik). Tidak dijelaskan apa-apa saja yang halal lagi baik tersebut. Seandainya Allah juga merincinya, disamping jumlahnya sangat banyak, al- Qur’an menjadi jauh lebih tebal dan tidak fleksibel. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi manusia sendiri. Kesulitan ini bisa saja dalam mengidentifikasi harta-harta yang halal dan lebih sulit lagi ketika muncul produk-produk baru yang tentu saja tidak disentuh al- Qur’an. Muncullah persoalan baru tentang kejelasan hukumnya. Di satu sisi produk baru tersebut bisa jadi dibutuhkan manusia. Pada sisi lain kejelasan hukumnya belum ada karena tidak ditegaskan oleh al- Qur’an. Mengantisipasi persoalan yang seperti inilah, metode yang ditempuh al- Qur’an ketika menjelaskan harta yang haram dengan cara merincinya sedangkan harta yang halal dijelaskannya dengan global. Semuanya dalam rangka memberikan kemudahan dan kemaslahatan bagi manusia.

Menyangkut harta yang syubhat sebenarnya di sini ada keleluasaan manusia dalam menentukan sikap. Rasulullah hanya memberikan isyarat, bermain-main dengan barang yang syubhat tak obahnya seperti pengembala kambing yang mengembalakan kambingnya dipinggir jurang, sehingga besar kemungkinan akan jatuh kedalamnya. Artinya, bermain-main dengan harta yang syubhat dapat menjerumuskan manusia pada hal-hal yang diharamkan.

Dengan isyarat yang diberikan Rasul, seyogiyanya harta-harta yang syubhat (tidak jelas kehalalan dan keharamannya) itu dihindari agar kita tidak terjerumus pada harta-harta yang haram.