Jalan-jalan Memperoleh Harta Yang Halal.

C. Jalan-jalan Memperoleh Harta Yang Halal.

Di muka telah dijelaskan bahwa harta itu dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Al- Qur’an juga dalam hal ini memberikan tuntunan cara pengumpulan harta, mana cara yang dibolehkan syari’at dan mana yang dilarang.

Merujuk kepada al- Qur’an akan ditemukan paling tidak tiga cara pengumpulan harta. Pertama, lewat eksplorasi sumber daya alam. Kedua,

lewat usaha perdagangan. Ketiga, lewat pemberian orang lain. 5

5 Yahaya Bin Jusoh, op.cit., h.92-93.

Eksploarasi sumber daya alam adalah produksi yang memungut langsung hasil bahan-bahan alamiah yang ada dipermukaan dan perut bumi. Tentu saja ini membutuhkan usaha manusia untuk menguaknya.Tanpa usaha manusia harta itu akan tetap tersimpan dan tidak dapat termanfaatkan dengan baik. Eksplorasi sumber daya alam mengisyaratkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang harus dimiliki manusia.

Berkaitan dengan ekplorasi sumber daya alam, al-Q ur’an mengisyaratkan tiga hal. Melalui pertanian (Q.S al-Kahfi/18:34,39). Pertanian adalah segala sesuatu yang bertalian dengan tanaman-tanaman atau produksi pertumbuhan tanaman. Kedua.melalui peternakan. Allah SWT menjadikan binatang-binatang yang hidup di alam ini untuk dapat dipelihara manusia sebagai binatang ternak yang dapat dikembangbiakkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. 6 Dalam al- Qur’an Allah SWT menyatakan bahwa diturunkannya hujan

untuk menyuburkan bumi dan menumbuhkan tanaman, semunya itu diperuntukkan bagi manusia dan binatang ternak. (Q.S `abasa/80:25-32, Q.S al- nazia’at /79:29-33). Ketiga adalah pertambangan. Sebagaimana diketahui perut bumi mengandung beragam jenis bahan tambang yang apabila digali, maka dapat dikumpulkan menjadi harta yang berguna. Pertambangan sendiri

bermakna menggali tambang untuk mendapatkan hasil bumi. 7 Di dalam al- Qur’an banyak ditemukan ungkapan-ungkapan ,”Dialah

Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk manusia ” yang merupakan pernyataan implisit meminta manusia untuk menyelidiki dan berusaha untuk mencari kekayaan diperut bumi, seperti besi, tembaga, emas,perak dan lain sebagainya. Ungkapan-ungkapan ini ditemukan pada (Q.S.al- Saba’/34:10-12).

Menyangkut tentang perdagangan dalam al- Qur’an, topik ini diungkap dengan kata tijarah (perdagangan) yang berarti menebarkan modal untuk mendapatkan keuntungan. Perdagangan yang disebut dengan kata tijarah diungkap al- Qur’an sebanyak 8 kali dan kata bai`un yang bermakna jual beli disebut sebanyak 6 kali. Banyaknya ayat-ayat al- Qur’an yang mengungkap kata ini menunjukkan bahwa usaha perdagangan merupakan salah satu cara yang paling baik dan utama dalam pengumpulan harta. Pernyataan ini dapat dilihat pada surah al- nisa’ ayat 29.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku suka

6 Rafiq Isa Beekun, op.cit, h.32 7 Ibid,.

sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.

Ayat ini melarang manusia untuk mengumpulkan harta dengan jalan yang batil dan sebaliknya memerintahkan kepada manusia untuk mengumpulkan harta dengan jalan perdagangan yang didasari suka sama suka. Berkaitan dengan ini , Muhammad al-Bahiy dalam karyanya yang berjudul Al-Fikr al-Islamy wa al-Mujtama` al-Islami menyatakan, ungkapan “ illa an takuna tijaratan `an taradin minkum”, menunjukkan wujud keseimbangan dan kerelaan antara penjual dan pembeli tanpa adanya unsur penindasan atau

paksaan. 8 Dalam ayat lain, Allah juga menegaskan bahwa perdagangan yang

menguntungkan adalah yang dilaksanakan atas keimanan kepada Allah dan harta tersebut digunakan untuk berjihad (al-Saf/61:10-11). Ini bisa terjadi jika harta yang dikumpulkan dijadikan modal untuk hal-hal yang dapat membawa kemanfaatan bagi masyarakat banyak. Disamping ia akan mendapatkan keuntungan material, ia juga memperoleh keuntungan spritual, rasa bahagia karena telah berbuat baik untuk masyarakat.

Cara memperoleh harta yang ketiga adalah melalui pemberian orang lain. Ada isyarat dari al- Qur’an, pemberian harta dari orang lain dengan jalan- jalan yang dibenarkan syari`at merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan harta. Beberapa ayat al- Qur’an menunjukkan bahwa sebenarnya pada harta yang dimiliki seseorang terdapat hak orang lain yang harus segera ditunaikan. Dalam surah al-Ma`arij/70:24 Allah berfirman:

Artinya: Pada harta mereka tersebut ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Pada surah al-zariyat/51:19 Artinya: Dan pada harta mereka ada hak orang yang meminta-minta dan orang- orang yang serba kekurangan. Pemberian harta dari orang lain dapat berbentuk, zakat, sadaqah, infaq, ganimah, jizyah, fai`, warisan dan sebagainya. Ini bukan berarti kebolehan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Dalam sebuah perbincangan, Rasul pernah ditanya seorang sahabat, apakah usaha yang paling baik ? Rasul menjawab, yang paling baik (afdal) adalah, usaha mandiri. Secara implisit hadis ini melarang umat Islam untuk meminta-minta. Pesan ini diperkuat dengan beberapa ayat al- Qur’an dan

8 Muhammad al-Bahiy, al-Fikr al-Islami wa al-Mujtama` al-Islami (Mesir: dar al-Qaumiyyah, 1963),h. 35-36.

hadis nabi yang melarang umatnya untuk berpangku tangan, malas, putus asa dan sebagainya. Jika demikian dapat dikatakan, pemberian orang lain yang dimaksud ayat-ayat di atas, bukanlah berangkat dari satu usaha agar ia diberi atau meminta belas kasihan dari orang lain.

Dari penjelasan di atas, tampaklah cara-cara memperoleh atau mengumpulkan harta yang dibolehkan menurut al- Qur’an. Namun harus diingat, perintah al- Qur’an untuk mengumpulkan harta melalui eksplorasi sumber daya alam, perdagangan dan pemberian orang lain tetap harus sesuai dengan aturan-aturan agama. Jika aturan-aturan tersebut dilanggar, seperti menipu pembeli, menebang kayu sehingga merusak hutan, maka dipandang sebagai cara yang ditolak al- Qur’an. Sama halnya larangan al-Qur’an mengumpulkan harta dengan cara yang haram seperti memproduksi minuman keras, menjual benda-benda yang diharamkan, prostitusi, judi,

transaksi bisnis yang mengandung unsur tipuan (garar), 9 mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya.