Siddiq Dan Amanah: Etika Kerjasama Islam

C.Siddiq Dan Amanah: Etika Kerjasama Islam

Berangkat dari penjelasan di atas, siddiq dan amanah adalah kata kunci dalam hubungan kerjasama. Kejujuran bermakna kesediaan menjalankan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya baik oleh pemilik modal, pengusaha atau pihak-pihak yang terlibat. Sedangkan amanah bermakna kesediaan dengan teguh untuk menjalankan bidang tugas masing-masing yang dibarengi dengan kesediaan untuk mempertangungjawabkan seluruh kerja yang telah dilakukan,

Menyangkut pentingnya amanah dalam kerjasama ekonomi dijelaskan Allah SWT dalam al- Qur’an seperti yang terdapat pada surah al-Maidah:283. Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang, .akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang dipercayai itu hendaklah ia menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya dan janganlah para saksi menyembunyikan persaksiannya. Dan barang siapa yang menyembunyikan persaksian, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan .

Dawam Rahardjo menyebut ayat ini sebagai ayat ekonomi (mu`amalah) yang memberikan petunjuk bagaimana seorang muslim dalam melakukan transaksi yang tidak tunai baik dalam keadaan muqim (orang yang menetap) terlebih lagi dalam keadaan musafir. Ada tiga tawaran yang diberikan al- Qur’an. Pertama, mencatat hutang yang ditransaksikan. Kedua, menyerahkan barang gadaian. Ketiga, tidak dicatat dan tidak pula memakai barang gadaian, melainkan cukup hanya dengan berbekal saling percaya. 12

Ayat ini menjelaskan ajaran dalam mu`amalat bahwa tulis menulis segala bentuk transaksi yang dilakukan itu sangat penting. Begitu pentingnya sampai-sampai mufassir yang khusus menulis tafsir ayat al-ahkam menghukumkannya dengan sunnat. Adanya bukti tertulis dalam satu transaksi mu`amalat terlebih lagi yang tidak tunai sangat berguna untuk menghindari terjadinya penipuan antara salah satu pihak. Namun demikian, hal ini bukanlah perintah yang paku mati. Sekiranya tidak ada penulis atau tidak terdapatnya alat-alat yang digunakan untuk menuliskannya, al- Qur’an memberikan tawaran berikutnya dengan cara memberikan barang gadaian. Jika ini juga tidak mungkin, al- Qur’an memberikan alternatif terakhir, jika dua

12 Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al- Qur’an:Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, (J akarta:paramadina, 1996), h. 190-191

Kedua belah pihak dalam bermu’amalah harus menunaikan amanah, karena keduanya mengemban janji (`aqd). Sebagai konsekuensi logis dari kontrak tersebut, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban. Keharusan untuk memenuhi kontrak ini dipertegas oleh Al- Qur’an surah al- maidah/5:1.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji. Mengomentari ayat ini mufassir Maulana Muhammad Ali menyatakan, menghormati segala perjanjian, kontrak, persetujuan, persekutuan, yang semua tercakup dalam kata `uqud, dan menghormati pula segala peraturan Allah yang dibuat untuk kesejahteraan orang-orang dan masyarakat.

Secara substansial ayat diatas (al-Baqarah ;238) menunjukkan hal-hal yang bersifat administratif (catatan hutang) dan keharusan adanya barang jaminan ketika seseorang melakukan aktivitas bisnis yang tidak tunai, menjadi tidak diperlukan lagi ketika kedua orang yang berinteraksi saling percaya.

Dalam skala yang lebih besar, Anwar Nasution pakar ekonomi Indonesia menyatakan bahwa Bank pada hakikatnya adalah “satu lembaga amanah”, baik para pemegang saham atau depositor, menaruhkan kepercayaannya pada bank yang berfungsi menjalankan amanah.Dengan kata lain bank pada hakikatnya juga merupakan satu bentuk kerjasama anatar Bank

dan nasabah yang mempercayakan modalnya untuk dikelola. 13 Bersamaan dengan disyahkannya UU Perbankan No.10 Tahun 1998

dimana bank Syari`ah mendapat tempat yang sejajar dengan bank konvensional, posisi amanah dan kejujuran semakin penting untuk dijalankan bagi pihak-pihak yang terlibat dengan bank syari`ah tersebut. Dalam salah satu tulisannya, Dawam Rahardjo menginformasikan, di Filipina terdapat sebuah Bank Islam yang memakai nama Amanah Bank. Asumsi dari pemakaian nama itu adalah bahwa Bank tersebut memang dimaksudkan sebagai “lembaga pengemban Amanah” para nasabahnya yang

mendepositokan uangnya pada Bank tersebut untuk selanjutnya dijalankan dalam usaha Bisnis.

Berbeda dengan bank konvensional yang menerapkan keharusan adanya jaminan (borgh) bagi orang yang ingin mengambil kredit, Bank Islam

13 Ibid., h. 191

pengusaha yang membutuhkannya dengan ketentuan bagi hasil yang disepakati, pengusaha tersebut tidak diharuskan untuk memberikan jaminan sebentuk borgh dalam permohonannya. Pihak bank hanya mempelajari proposal yang diajukan. Ketika dipelajari, rencana usaha tersebut benar-benar prospektif dan menjanjikan dan tidak bertentangan dengan syari`ah , maka

bank Islam akan memberikan bantuan modal. 15 .Dengan demikian munculnya rasa percaya pihak Bank terhadap

pemohon kredit ditunjukkan dengan adanya niat bayar dan kemampuan bayar serta kelayakan usaha yang meyakinkan. Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah, pihak Bank akan mempelajari track record pemohon selama ini. Jika ia memang telah dikenal sebagai orang yang jujur (siddiq) dan amanah, maka ini merupakan kredit point untuk lebih cepat mendapatkan bantuan.

Demikian juga dalam musyarakah kerja sama dalam satu usaha, keberadaan amanah sangat penting untuk direalisasikan dalam aktivitas bisnis. Dalam beberapa hadis Rasul dinyatakan, Allah akan bersama-sama orang yang berserikat, selama tidak ada salah satu pihak yang berkhianat. Jika salah seorang berkhianat, maka Allah “keluar” dari perserikatan tersebut dan hilanglah keberkatan usahanya.

Belakangan ini siddiq dan amanah sebagai etika yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam dunia bisnis semakin mendapatkan perhatian. Karya terakhir yang cukup komprehensif mengelaborasi konsep amanah adalah karya Iwan Triyuwono yang menulis Disertasi yang berjudul

“ Shari`ate Organisation and Accounting : The Reflection of Self’s faith and Knowledge yang setelah diterjemahkan penulisnya menjadi Organisasi Dan Akutansi

Syari`ah. 16 Dalam karyanya tersebut ia menguraikan konsep amanah dalam

14 Informasi yang diterima penulis dari pihak BMI, untuk hari ini pinjaman tanpa borgh (jaminan) belum dapat dilaksanakan, karena pihak Bank belum memiliki bukti-bukti kuat bahwa calon kreditor benar-

benar amanah.

15 BMI, Kertas Kerja Sosialisai Bank Syari`ah yang dilaksanakan BI cabang Medan, tanggal 17 April 2000.

16 Untuk menyebut diantaranya M.dawam Rahardjo menulis buku yang berjudul Etika Ekonomi Dan Manajemen (1990) berbicara amanah pada bab V dengan judul Amanah dalam manajemen.Y Pada

karyanya yang lain, Islam Dan Transformasi Sosial Ekonomi ( 1999), Dawam kembali menegaskan pentingnya amanah dalam aktivitas ekonomi (hal. 327. ) Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (1997) juga menyinggung amanah pada hal.171.Syed Nawab Haidar naqvi Etika Dan

Ada ungkapan yang menarik dari Iwan Triyuwono yang menyatakan, …Akan tetapi perlu dipertimbangkan bahwa kata-kata “berdasarkan Syari`ah” dan “bertangungjawab kepada Tuhan” memiliki arti implisit dan substansial yang pertama, mendorong pencarian nilai-nilai normatif untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, dan sifat altruistik dari diri untuk diekspresikan dalam transaksi komunal. Dalam pandangan Syari`ah , bisnis tidaklah sekedar untuk bisnis semata, tetapi ia semacam ibadah yang meliputi bukan hanya transaksi-transaksi ekonomi saja, melainkan rasa menolong

sesama, peduli lingkungan dan rasa cinta kepada Tuhan. 17 Dengan demikian dalam bisnis Islam aspek-aspek material-spritual,

sakral dan profan, sosial dan individu tidak terpisah tetapi terjalin secara integral. Implimentasi amanah dalam aktivitas ekonomi memberikan kesadaran baru bahwa pada satu sisi pelaku bisnis merupakan hamba yang selalu berada dalam pengawasan Allah, pada sisi lain ia juga merupakan makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain, dan harus menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.

Pada akhirnya menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan amanah dalam aktivitas bisnis, tidak saja memberikan keuntungan material - karena ia akan menjadi mitra bisnis yang disenangi rekan-rekannya- tetapi juga spritual berupa ketenangan batin sehingga tidak rentan terhadap goncangan- goncangan bisnis yang menderanya. Sebaliknya prilaku khianat tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merugikan orang lain. Lebih jelas dapat di lihat dalam kasus di bawah ini:

Kasus : Pemasok Komputer 18 PT W.V.K. merupakan perusahaan besar yang ingin mengganti sistem

komputernya, karena membutuhkan komputer tipe baru yang lebih canggih. Untuk itu mereka menghubungi perusahaan PT C.T.A. yang dapat memasok

IlmuEkonomi: Suatu Sintesis Islami (1985) menyatakan amanah sebagai salah satu aksioma etik Islam disamping Tauhid, kehendak bebas dan keseimbangan.

17 Iwan Triyuwono, Shari`ate Organisation and Accounting : The Reflection of Self’s faith and Knowledge, (Organisasi Dan Akutansi Syari`ah), (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 183.

18 K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 14

Mencermati kasus di atas terkesan ada ketidakjujuran dari PT.C.T.A sebagai pemasok komputer. Karena mungkin tergiur dengan keuntungan yang besar ia berani membuat janji yang barangkali sulit untuk dipenuhinya. Disini aspek etisnya ialah, janji harus ditepati. Kalau demi keuntungan besar, ia sanggup membuat janji palsu berarti ia akan menipu mitra bisnisnya. Padahal sebenarnya lebih baik ia jujur menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.